BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Kedudukan
umat Islam di berbagai Negara di Asia Tenggara ini bermacam - macam. Di
Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam, umat Islam adalah sebagai mayoritas,
sedangkan di Thailand, Singapura, dan Filiphina, mereka berada dalam minoritas.
Agama yang dipeluk oleh kebanyakan rakyat Thailand adalah Budhisme. Negara
Gajah Putih inilah yang akan pemakalah bahas dalam makalah singkat dan sederhana
ini.
Budha adalah agama terbesar di Thailand dan resmi
menjadi agama kerajaan. Kehidupan
Budha telah mewarnai hampir seluruh sisi kehidupan di Thailand, dalam pemerintahan
(kerajaan), sistem dan kurikulum pendidikan, hukum, dan lain sebagainya. Namun terdapat
agama-agama lain,d iantaranya adalah Islam, Kristen, Konghucu, Hindudan
Singh.
Pembahasan akan dimulai dari sejarah masuknya
Islam kewilayah ini serta proses Islamisasi yang ada. Kemudian kondisi polotik yang ada di Thailand,
ekonomi, hukum, social budaya ,danpendidikan.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimanakah
sejarah masuknya Islam di Thailand ?
2. Bagaimana
proses masuknya Islam di Thailand ?
3. Apa
bukti-bukti masuknya Islam di Thailand ?
4. Apa
bukti-bukti perkembangan Islam di Thailand ?
5. Bagaimana
manoritas muslim di Thailand ?
A.
TUJUAN
PENULISAN
1. Mengetahui
sejarah masuknya Islam di Thailand
2. Mengetahui
proses masuknya Islam di Thaliand
3. Mengetahui
bukti-bukti masuknya Islam di Thailand
4. Mengetahui
bukti-bukti perkembangan Islam di Thailand
5. Mengetahui
manoritas muslim di Thailand
BAB II
PEMBAHASAN
A.
ASAL MULA NAMA DARI THAILAND
Kerajaan Thai ( nama resmi bahasa Thai: Ratcha Anachak
Thai; atau Prathet Thai), yang lebih sering disebut Thailand dalam bahasa
inggris, atau dalam bahsasa aslinya Mueang Thai (dibaca: “meng-thai”, sama
dengan versi inggrisnya, berarti “Negara Thai”), adalah sebuah negara di Asia
Tenggara yang berbatasan dengan Laos dan Kamboja di timur, Malaysia dan teluk
siam di selatan, dan Nyanmar dan laut Andamandi barat. Kerjaan Thai dahulu
dikenal sebagai Siam sampai tanggal 11 Mei 1939. Kata “Thai” berarti
“kebebasan” dalam bahasa Thai, Namun juga dapat merujuk kepada suku Thai,
sehingga menyebabkan nama Siam masih digunakan diakalangan warga negara Thai
terutama kaum mayoritas Tionghoa.[1]
Asal mula Thailand secara tradisional dikaitkan dengan
sebuah kerajaan yang berumur pendek, kerajaan sukhothai yang didirikan pada
tahun 1238. Kerajaan ini kemudian diteruskan kerajaan Ayuttaya yang didirikan
pada pertengahan abad ke-14 dan berukuran lebih besar dibandingkan sukhothai.
Hubungan dengan beberapa
negara Eropa, meski pengaruh barat, pemasuk ancaman kekerasan, mengakibatkan
berbagai perubahan pada abad ke-19 dan diberinya banyak kelonggaran bagi
pedagang-pedagang hittaniah.
Sebuah Revolusi tak berdarah pada tahun 1932 menyebabkan
dimulainya munarki konstisional. Sebelumnya dikenal sebagai nama Siam, negara
ini mengganti namanya menjadi Thailand pada tahun 1939 dan untuk seterusnya,
setelah pernah sekali mengganti ke nama lamanya pasca perang dunia ke-2.[2]
Pada perang tersebut,
Thailand bersekutu dengan
jepang, tetapi pada saat perang dunia ke2 berakhir Thailand menjadi sekutu
Amerika serikat.
Negara Thailand mengambil bentuk morki konstitusional
dengan sistem demokrasi parlementer, dimana kekuasaan dan wewenang raja
bersifat terbatas. Kebudayaan dipengaruhi kuat oleh tiongkok dan india.
Hubungan dengan beberapa negara besar eropa dimulai pada abad ke-16.[3]
Meski mengalami tekanan yang kuat, Thailand tetap bertahan sebagai satu-satunya
negara di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh negara Eropa. Namun
demikian, pengaruh barat temasuk ancaman kekerasan, mengakibatkan berbagai
perubahan pada abad ke-19 dan diberikannya banyak kelonggaran bagi
pedagang-pedagang brintania.
B.
PROSES MASUKNYA ISLAM DI THAILAND
Masuknya Islam ke Thailand diperkiraan pada abad ke-10
melalui pedagang arab, dan ada juga yang ngatakan Islam masuk ke Thailand
melalui samudra pasai ditaklukkan oleh Thailand, banyak orang-orang muslim yang
ditawan, kemudian dibawak ke Thailand. Para tawanan itu akan dibebaskan apabila
telah membayar uang tebusan. Kemudian para tawanan yang telah bebas itu ada
yang kembali ke Indonesia ada yang menetap di Thailand untuk menyebarkan agama
Islam.
Tanggapan
pemakalah tentang proses masuknya Islam di Thailand, sama seperti kota-kota
asia tenggara lainnya, menyebar luasnya melalui sistem peradagangan yang di
datangi oleh bangsa Arab untuk berdakwah dan sekalian berdagang.
Hal ini sangat berkaitan erat dengan sejarah masuknya
Islam di Thailand, “jika dikatakan masuk”. Karena kenyataanya dalam sejarah,
Islam bukan masuk Thailand, tapi lebih dulu ada sebelum Kerajaan Thailand “
Thai Kingdom” berdiri pada abad ke-9. [4]
Muslim di Thailand sekitar 15 persen, dibandingkan
penganut Budha, sekitar 80 persen. Mayoritas Muslim tinggal di Selatan
Thailand, sekitar 1,5 juta jiwa, atau 80 persen dari total penduduk, khususnya
di Patani, Yala dan Narathiwat, tiga provinsi yang sangat mewarnai dinamika di
Thailand Selatan. Thailand Selatan terdiri dari lima provinsi: Pattani, Yala, Narathiwat,
Satun dan Songkhla, dengan total penduduk 6.326.732 Mayoritas penduduk Muslim
terdapat di empat provinsi: Pattani, Yala, Narathiwat dan Satun, yaitu sekitar
71% diperkotaan, dan 86 % di pedesaan sedangkan di Songkhla, Muslim sekitar 19
%, minoritas, dan 76.6 % Buddha.[5] Sementara mayoritas penduduk yang
berbahasa Melayu, ratarata 70 persen berada di tiga provinsi: Pattani, Yala dan
Narathiwat, sementara penduduk berbahasa China, ada di tiga provinsi:
Narathiwat, 0.3 %, Pattani, 1.0 %, dan Yala, 3.0 %.
C.
BUKTI-BUKTI MASUKNYA ISLAM DI THAILAND
Sebagai
bukti bahwa ada sejarah masuknya Islam di
Thailand adalah dengan ditemukannya bukti-bukti peninggalan Islam. Adapun
bukti-bukti masuknya Islam di tanah Thailand adalah :
1. Batu nisan yang bertuliskan Arab di dekat
kampung Teluk Cik Munah, pekan Pahang yang bertepatan pada tahun 1028 M.
2. Masjid jawa yang didirikan oleh komunitas
warga muslim suku jawa Indonesia yang bekerja di Thailand.
3. Kanal dan sistem perairan di Krung Theyp
Mahanakhon (sekarang dikenal sebagai provinsi Bangkok), yang merupakan bangunan
yang dibangun oleh pekerja muslim dari Malaysia dan Indonesia yang masuk ke
Thailand pada akhir abad ke-19.
4. Kitab-kitab Islam berbahasa Arab jawi yang
sampai saat ini masih di ajarkan di beberapa sekolah muslim dan pesantren di
Thailand selatan.
5. Lukisan kuno yang menggambarkan bangsa
Arab di Ayuthaya, sebuah daerah di Thailand dan juga keberhasilan bangsa Arab dalam
mendirikan Daulah Islamiyah.
6. Ditemukan bahwa terdapat nama-mana ulama
sufi terkenal sebagai penyebar Islam, diantaranya adalah syiekh syafiuddin
Ahmad Ad Dajjani Al-Qusyasyi, bekiau adalah seorang keturunan Abbas bin Abdul
Muthalib (paman nabi Muhammad S.A.W)
D.
BUKTI-BUKTI PERKEMBANGAN ISLAM DI THAILAND
Menurut
pendapat lain yang mengatakan islam masuk ke Thailand melalui kerajaan samudra
pasai di Aceh. Salah satu bukti yang menguatkan adalah ditemukannya batu nisan
yang bertuliskan Arab di dekat Kampung Teluk Cik Munah, Pekan Pahang yang
bertepatan pada tahun 1028 M.
Islam
berada di daerah yang sekarang menjadi bagian Thailand selatan sejak awal
mulanya penyebaran islam dari jazirah Arab. Hal ini bisa kita lihat buktinya
seperti lukisan kuno yang menggambarkan bangsa arab di Ayuthaya, disuatu daerah
Thailand.
E.
PERKEMBANGAN ISLAM DI THAILAND
Dakwah
Islam senantiasa di seluruh penjuru dunia. Islam adalah agama yang tidak
mengenal batas dan sekat-sekat nasionalisme. Pun di sebuah negeri yang
mayoritas penduduknya bukanlah pemeluk agama Islam Thailand. Thailand dikenal
sebagai negara yang pandai menjual potensi pariwisata sekaligus sebagai salah
satau negara agraris yang cukup maju di Asia Tenggara. Mayoritas penduduk
Thailand adalah Bangsa Siam, Tionghoa dan sebagian kecil bangsa Melayu. Jumlah
kaum muslimih di Thailand memang tidak lebih dari 10% dari total 65 juta
penduduk, namun Islam menjadi agama mayoritas kedua setelah Budha.[6]
Penduduk
muslim Thailand sebagian besar erdomisili di bagian selatan Thailand, seperti
di propinsi Pha Nga, Songkhla, Narathiwat dan sekitarnya yang dalam sejarahnya
adalah bagian dari Daulah Islamiyyah Pattani. Proses masuknya Islam di Thailand
dimulai sejak kerajaan Siam mengakuisi kerajaan Pattani Raya (atau lebih
dikenal oleh penduduk muslim Thai sebagai Pattani Darussalam).
Perkembangan
Islam di Thailand semakin pesat saat beberapa pekerja muslim dari malaysia dan
indonesia masuk ke Thailand pada akhir abad ke-19. Saat itu mereka membantu kerajaan
Thailand membangun beberapa kanal dan system perairan di Krung Theyp Mahanakhon
(sekarang dikenal sebagai propinsi bangkok). Beberapa keluarga muslim bahkan
mampu menggalang dana dan mendirikan mesjid sebagai saran ibadah, sebuah masjid
yang didirikan pada tahun 1949 oleh warga Indonesia dan komunitas muslim asli
Thailand[7].
Tanah wakaf masjid ini adalah milik Almarhum Haji Saleh, seorang warga
Indonesia yang bekerja di Bangkok.
Proses
masuknya Islam di Thailand dimulai sejak kerajaan Siam mengakuisi kerajaan
Pattani Raya (atau lebih dikenal oleh penduduk muslim Thai sebagai Pattani
Darussalam). Pattani berasal dari kata Al Fattani yang berarti kebijaksanaan
atau cerdik karena di tempat itulah banyak lahir ulama dan cendekiawan muslim
terkenal. Berbagai golongan masyarakat dari tanah Jawa banyak pula yang menjadi
pengajar Al Qur’an dan kitab-kitab Islam berbahasa Arab Jawi. Beberapa kitab
Arab Jawi sampai saat ini masih diajarkan di beberapa sekolah muslim dan
pesantren di Thailand Selatan.
[8]Masjid
Jawa adalah masjid lain yang juga didirikan oleh komunitas warga muslim
Indonesia di Thailand. Sesuai dengan namanya, pendiri masjid ini adalah warga
Indonesia suku Jawa yang bekerja di Thailand. Namun demikian, anak cucu para
pendiri masjid ini berbicara dalam bahasa Thai dan Inggris saat menceritakan
asal muasal berdirinya Masjid Jawa ini. Masjid Indonesia dan Masjid Jawa
hanyalah sebagian dari lima puluhan masjid lain yang tersebar di seluruh
penjuru Bangkok.
F. MINAROTAS
MUSLIM THAILAND
Minoritas Muslim di Muangthai tinggal di tempat provinsi
dibagaian selatan: pattani, yala, satun dan narahiwat, provinsi ini dulunya
termasuk wilayah kesultanan pattani,namun proses Islamisasi dikalangan
penduduknya secara lebih intensif terjadi pada abad ke-12 hingga ke-15.[9]
Syekh Said dari kampong pasai-pasai memainkan peranan yang sangat menentukan
bagi proses Islamisi kerajaan pattani yang berikutnya berubah menjadi
kesultanan. Dengan berdirinya kesultanan pattani, wilayah ini tidak hanya
meneguhkan diri sebagai pusat kekuasaan politik, dan dunia dagang, namun juga
menjadi persemaian wacana agama dan intelektual. Dengan ketiga unsur tersebut,
pada pattani pada zaman kesultanan termasuk satu wilayah kosmopolik.
Negara
bukan Islam yang berjulukan Negara Gajah Putih, tercatat minoritas kaum Muslim
yang berjumlah sekitar 5% atau 1,5 juta jiwa dari penduduk Thailand, Mayoritas
Muslim tinggal di wilayah selatan khususnya Pattani, Yala, dan marathiwat.[10]
Mereka kerap terdiskriminasi dalam segala sektor kehidupan. Pada saat ini
mayoritas penduduk Thailand yang beragama Budha sekitar 80%. Daerah-dareh
tersebut awalnya merupakan bagian dari sebuah kerajaan Melayu Islam Pattani
Darusalam.Daerah yang sekarang disebut Thailand selatan pada masa dahulu berupa
kesultanan-kesultanan yang merdeka dan berdaulat, diantara kesultanan yang
terbesar adalah Patani. Thailand sebelumnya bernama Siam yang kemudian pada
tahun 1939 M, Nama Siam diganti dengan Muangthai.
G.
DISKRIMINASI MUSLIM PATTANI ( SOSIAL EKONOMI DAN
PENDIDIKAN)
1. Sosial Ekonomi
Masyarakat
pattani menganggap ada beberapa hal yang perlu dibenahi dalam rangka perbaikan
hubungan pattani dan pemerintah Bangkok. Masalah kota hatyai adalah salah
satunya. Haytai yang menjadi kota ke-2 terbesar di Thailand setelah Bangkok
dikenal surga laki-laki. Kebanyakan usaha di pattani dikuasai oleh cina
Thailand. Pabrik pengalengan makanan dan pengalengan ikan dimiliki oleh cina.
Mereka mengambil para pekerja dari wilayah utara yang mayoritasnya budha.
Produk makanan kaleng kebanyakan dipasarkan di negara arab dan muslim. Produk
itu diberi lebel halal.[11]
Untuk mendapatkan lebel tesebut diperlukan sertifikat halal yang dikeluarkan
oleh syaiful islam Thailand.
Masalah
tenaga kerja ini terjadi pada pabrik karet, Thailand adalah negara pengekspor
karet terbesar ke-2 setelah Indonesia. Hal ini Karena masyarakat pattani
menolak dibayar dengan upah rendah, sedangkan pekerja dari wilayah utara mau
dibayar rendah. Pabrik-pabrik karet yag besar dimiliki oleh orang cina.
Pengatur harga ditetapkan oleh pemerintah tetapi usalan harga dan jumlah produk
karet disampaikan oleh warga cina.[12]
Tetapi kebebabas usaha yang diberikan oleh pemeritahan kepada cina dan
datangnya pekerja dari wilayah utara yang budha akan berdampak pada ekonomi
masyarakat pattani.[13]
BNN
mengakui memang tidak ada tekanan ekonomi secara langsung kepada masyarakat
pettani. Tetapi kebebasan usaha yang diberikan oleh pemerintahan kepada cina
dan datangnya pekerja dari wilayah utara yang budha akan berdampak kepada
ekonomi masyarakat petani. Hal ini ditambah lagi dengan danya IMT-GT yang
membebaskan jalur perbatasan dengan Malaysia. Berbagai kebijakan pemerintahan Bangkok
itu menjadikan masyarakat pattani semakin terjepit dalam berusaha. Ditambah
lagi dengan adanya masalah yang berhibungan dengan moral dan tingkah laku
masyarakat terutama prostitusi. Di Thailand dikenal dengan industry pariwisata
yang merupakan penghasilan terbesar di negara itu.[14]
2. Pendidikan
Meskipun
sikap orang-orang pattani atau orang-orang islam Thailand sudah mulai melunak
terhadap pemerintahan, mereka tidak sepenuhnya tidak percaya pada
program-program pembangunan yang dilakukan oleh pemerintahan Thailand.sebab
mereka pembangunan itu merupakan upayah pengisian indetitas kultural mereka.
Hal ini terlihat dilarang nya pedirian podok pondok pesantren oleh para ulama
di Thailand. Pada awal pemerintah tidak melarang tetapi ketika jumlah pondok
pesantren didirikan semakin banyak, pemerintah Thailand mengangap pondok
sebagai tempat radikalisme dan aktivitas politik yang menentang pemerintah.
Sekitar tahun1923, pemerintahan
Bangkok meninjau kembali kebijakan mengenai pendidikan wajib penetrasian
birokasmi, dan campur tangan dalam urusan ekonomi sosial di provinsi melayu.
Pada
tahun tahun selanjutnya guru guru agama dan sekolah local menjadi institusi
utama bagi melayu islam untuk mempelajari budaya, indetitas,sejarah mereka.
Sementara keputusan bangko menghalangi budayah melayu muslim di bidang bidang
tertentu seperti media dan pemerintahan. Agaknya pendidikan menjadi
permasalahan yang berterusan di Thailand. Dalam usaha pengembangan pendidikan
masyarakat mencoba menyebarkan secara purba atau tradisonal.[15]
Sekitar
tahun 1968, pemerintahan Bangkok meninjau kembali kebijakan yang mengenai
pendidikan wajib, penetrasian birokrasi, dan campur tangan dala urusan ekonomi
sosial di provinsi melayu. Setelah itu pemerintah juga melarang pendirian
pondok pessantren baru. Pemerintah yang tadinya mengubah pondok-pondok
pesantren menjadi sekolah swasta secara suka rela, menjelang akhir tahun 1971
menjadikannya suatu kewajiban.
[16]Tahun
1975-1976 pattani unaitide organization (PULO) menggerakkan masa untuk
melakukan serangan demokrasi untuk menuntut pemerintahan yang bersifat otonomi
aksi ini mendapat perhatian dan dukungan internasional.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Muslim
di Thailand mempunyai sejarah tersendiri yang bisa dibilang strategi dan
berlaku. Mulai dari abad ke-13 dimana agama Islam menapakkan kakinya di
kerajaan pattani dan kemudian menjadi mayoritas di wilayah tersebut.
Hal
itu berangkat dari background masyarakat muslim sendiri yaitu komunitas melayu
pattani yang dari awalnya berdiri dan kemudian dikuasai oleh siam atau
Thailand. Dan saat ini, dimana modernisme merambah semua negara dan Thailand
menjadi negara demokrasi, muslim Thailand mulai dipandang positif oleh
komunitas yang lainnya. Hal ini memunculkan era baru antara muslim-pemerintah
yang memberikan ruang lebih luas bagi umat muslim Thailand merambah dunia
politik dan ekonomi.
Hal
ini tampak dari pertumbuhan mesjid di Thailand yang berkembang pesat; Bangkok
159
Masjid, Krabi 144 masjid, Satun 147
masjid. Dan beberapa masjid di berbagai kota Thailand. Biarpun begitu,
minoritas muslim Thailand masih jauh dari kelapangan dalam hidup. Karena mereka
tetap menjadi minoritas yang mendapatkan tekanan dan diskriminasi yang tak
henti-henti.
B.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, pemakalah
merekomendasikan berupa saran-saran berikut:
·
Memahami lebih dalam bagaimana sejarah
perkembangan Islam di Thalaind
·
Sebagai pelajaran untuk diterapkan di masa
sekarang.
·
Untuk menyelidiki dan menjadi bahan pemahaman
sejauh mana kemajuan yang telah di capai oleh umat Islam Terdahulu hingga
sekarang.
·
Untuk menggali lagi faktor-faktor apa yang
menyebabkan kemajuan Islam di Thailand.
·
Untukmengetahuibagaimanaperubahandarizamandahuluhinggasekarangperkembanganislam
di Thailand.
DARTAR PUSTAKA
Arisman,
M. Sy, “Historikal Islam Asia tenggara”,
Kalimedia, Depok Sleman Jokjakarta. (2017)
HAMKA, Sejarah
Umat Islam, (Singapura: Pustaka Nasional PTE Ltd, 1997)
Muhammad Syamsu, Ulama
Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya, (Cet. II; Jakarta: PT. Lentera
Basritama, 1999)
Suhaimi, Cahaya
Islam di Ufuk Asia Tenggara, (Pekanbaru: Suska Pres. 2006)
Dr.H. Suhaimi,M.Ag, perkembangan dan arespon Pemerintah Terhadap Islam di Asia Tenggara, CV
Riau Creative Multi Media (Simpang Baru, Tampan Pekanbaru, 2018).
Abdul Rahman Haji Abdullah, Pemikiran Umat Islam di Nusantara (Dewab Bahasa dan Pustaka, 1990)
Helmiati, Dinamika
Islam Asia Tenggara, Suska Prees, Pekanbaru, 2008
http://aliumarumar.blogspot.com/2015/03/makalah-sejarah-agama-islam-di-thailand.html?m=1
http://komunikasi2d-uinsuska.blagspot.com/2015/03/perkembangan-islam-di-thailand.html?m=1
https://amperapatani1992.blogspot.com/2018/02/sejarah-dan-perkembangan-islam-di.html?m=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar