Rabu, 25 Maret 2020

Sejarah Islam di Thailand - Makalah SIAT


BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
            Kedudukan umat Islam di berbagai Negara di Asia Tenggara ini bermacam - macam. Di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam, umat Islam adalah sebagai mayoritas, sedangkan di Thailand, Singapura, dan Filiphina, mereka berada dalam minoritas. Agama yang dipeluk oleh kebanyakan rakyat Thailand adalah Budhisme. Negara Gajah Putih inilah yang akan pemakalah bahas dalam makalah singkat dan sederhana ini.
Budha adalah agama terbesar di Thailand dan resmi menjadi agama            kerajaan. Kehidupan Budha telah mewarnai hampir seluruh sisi kehidupan di Thailand, dalam pemerintahan (kerajaan), sistem dan kurikulum pendidikan, hukum, dan lain sebagainya. Namun terdapat agama-agama lain,d iantaranya adalah Islam, Kristen, Konghucu,  Hindudan Singh.
Pembahasan akan dimulai dari sejarah masuknya Islam kewilayah ini serta proses Islamisasi yang ada. Kemudian  kondisi polotik yang ada di Thailand, ekonomi, hukum, social budaya ,danpendidikan.

B.       RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimanakah sejarah masuknya Islam di Thailand ?
2.      Bagaimana proses masuknya Islam di Thailand ?
3.      Apa bukti-bukti masuknya Islam di Thailand ?
4.      Apa bukti-bukti perkembangan Islam di Thailand ?
5.      Bagaimana manoritas muslim di Thailand ?

A.       TUJUAN PENULISAN
1.      Mengetahui sejarah masuknya Islam di Thailand
2.      Mengetahui proses masuknya Islam di Thaliand
3.      Mengetahui bukti-bukti masuknya Islam di Thailand
4.      Mengetahui bukti-bukti perkembangan Islam di Thailand
5.      Mengetahui manoritas muslim di Thailand
                                                                                       














BAB II
PEMBAHASAN

A.    ASAL MULA NAMA DARI THAILAND
            Kerajaan Thai ( nama resmi bahasa Thai: Ratcha Anachak Thai; atau Prathet Thai), yang lebih sering disebut Thailand dalam bahasa inggris, atau dalam bahsasa aslinya Mueang Thai (dibaca: “meng-thai”, sama dengan versi inggrisnya, berarti “Negara Thai”), adalah sebuah negara di Asia Tenggara yang berbatasan dengan Laos dan Kamboja di timur, Malaysia dan teluk siam di selatan, dan Nyanmar dan laut Andamandi barat. Kerjaan Thai dahulu dikenal sebagai Siam sampai tanggal 11 Mei 1939. Kata “Thai” berarti “kebebasan” dalam bahasa Thai, Namun juga dapat merujuk kepada suku Thai, sehingga menyebabkan nama Siam masih digunakan diakalangan warga negara Thai terutama kaum mayoritas Tionghoa.[1]
            Asal mula Thailand secara tradisional dikaitkan dengan sebuah kerajaan yang berumur pendek, kerajaan sukhothai yang didirikan pada tahun 1238. Kerajaan ini kemudian diteruskan kerajaan Ayuttaya yang didirikan pada pertengahan abad ke-14 dan berukuran lebih besar dibandingkan sukhothai.
Hubungan dengan beberapa negara Eropa, meski pengaruh barat, pemasuk ancaman kekerasan, mengakibatkan berbagai perubahan pada abad ke-19 dan diberinya banyak kelonggaran bagi pedagang-pedagang hittaniah.
            Sebuah Revolusi tak berdarah pada tahun 1932 menyebabkan dimulainya munarki konstisional. Sebelumnya dikenal sebagai nama Siam, negara ini mengganti namanya menjadi Thailand pada tahun 1939 dan untuk seterusnya, setelah pernah sekali mengganti ke nama lamanya pasca perang dunia ke-2.[2] Pada perang tersebut,
Thailand bersekutu dengan jepang, tetapi pada saat perang dunia ke2 berakhir Thailand menjadi sekutu Amerika serikat.
            Negara Thailand mengambil bentuk morki konstitusional dengan sistem demokrasi parlementer, dimana kekuasaan dan wewenang raja bersifat terbatas. Kebudayaan dipengaruhi kuat oleh tiongkok dan india. Hubungan dengan beberapa negara besar eropa dimulai pada abad ke-16.[3] Meski mengalami tekanan yang kuat, Thailand tetap bertahan sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh negara Eropa. Namun demikian, pengaruh barat temasuk ancaman kekerasan, mengakibatkan berbagai perubahan pada abad ke-19 dan diberikannya banyak kelonggaran bagi pedagang-pedagang brintania.           

B.     PROSES MASUKNYA ISLAM DI THAILAND
            Masuknya Islam ke Thailand diperkiraan pada abad ke-10 melalui pedagang arab, dan ada juga yang ngatakan Islam masuk ke Thailand melalui samudra pasai ditaklukkan oleh Thailand, banyak orang-orang muslim yang ditawan, kemudian dibawak ke Thailand. Para tawanan itu akan dibebaskan apabila telah membayar uang tebusan. Kemudian para tawanan yang telah bebas itu ada yang kembali ke Indonesia ada yang menetap di Thailand untuk menyebarkan agama Islam.
Tanggapan pemakalah tentang proses masuknya Islam di Thailand, sama seperti kota-kota asia tenggara lainnya, menyebar luasnya melalui sistem peradagangan yang di datangi oleh bangsa Arab untuk berdakwah dan sekalian berdagang.
            Hal ini sangat berkaitan erat dengan sejarah masuknya Islam di Thailand, “jika dikatakan masuk”. Karena kenyataanya dalam sejarah, Islam bukan masuk Thailand, tapi lebih dulu ada sebelum Kerajaan Thailand “ Thai Kingdom” berdiri pada abad ke-9. [4]
            Muslim di Thailand sekitar 15 persen, dibandingkan penganut Budha, sekitar 80 persen. Mayoritas Muslim tinggal di Selatan Thailand, sekitar 1,5 juta jiwa, atau 80 persen dari total penduduk, khususnya di Patani, Yala dan Narathiwat, tiga provinsi yang sangat mewarnai dinamika di Thailand Selatan. Thailand Selatan terdiri dari lima provinsi: Pattani, Yala, Narathiwat, Satun dan Songkhla, dengan total penduduk 6.326.732 Mayoritas penduduk Muslim terdapat di empat provinsi: Pattani, Yala, Narathiwat dan Satun, yaitu sekitar 71% diperkotaan, dan 86 % di pedesaan sedangkan di Songkhla, Muslim sekitar 19 %, minoritas, dan 76.6 % Buddha.[5]         Sementara mayoritas penduduk yang berbahasa Melayu, ratarata 70 persen berada di tiga provinsi: Pattani, Yala dan Narathiwat, sementara penduduk berbahasa China, ada di tiga provinsi: Narathiwat, 0.3 %, Pattani, 1.0 %, dan Yala, 3.0 %.

C.    BUKTI-BUKTI MASUKNYA ISLAM DI THAILAND
            Sebagai bukti bahwa ada sejarah masuknya Islam di Thailand adalah dengan ditemukannya bukti-bukti peninggalan Islam. Adapun bukti-bukti masuknya Islam di tanah Thailand adalah :
1.      Batu nisan yang bertuliskan Arab di dekat kampung Teluk Cik Munah, pekan Pahang yang bertepatan pada tahun 1028 M.
2.      Masjid jawa yang didirikan oleh komunitas warga muslim suku jawa Indonesia yang bekerja di Thailand.
3.      Kanal dan sistem perairan di Krung Theyp Mahanakhon (sekarang dikenal sebagai provinsi Bangkok), yang merupakan bangunan yang dibangun oleh pekerja muslim dari Malaysia dan Indonesia yang masuk ke Thailand pada akhir abad ke-19.
4.      Kitab-kitab Islam berbahasa Arab jawi yang sampai saat ini masih di ajarkan di beberapa sekolah muslim dan pesantren di Thailand selatan.
5.      Lukisan kuno yang menggambarkan bangsa Arab di Ayuthaya, sebuah daerah di Thailand dan juga keberhasilan bangsa Arab dalam mendirikan Daulah Islamiyah.
6.      Ditemukan bahwa terdapat nama-mana ulama sufi terkenal sebagai penyebar Islam, diantaranya adalah syiekh syafiuddin Ahmad Ad Dajjani Al-Qusyasyi, bekiau adalah seorang keturunan Abbas bin Abdul Muthalib (paman nabi Muhammad S.A.W)
D.    BUKTI-BUKTI PERKEMBANGAN ISLAM DI THAILAND
Menurut pendapat lain yang mengatakan islam masuk ke Thailand melalui kerajaan samudra pasai di Aceh. Salah satu bukti yang menguatkan adalah ditemukannya batu nisan yang bertuliskan Arab di dekat Kampung Teluk Cik Munah, Pekan Pahang yang bertepatan pada tahun 1028 M.
Islam berada di daerah yang sekarang menjadi bagian Thailand selatan sejak awal mulanya penyebaran islam dari jazirah Arab. Hal ini bisa kita lihat buktinya seperti lukisan kuno yang menggambarkan bangsa arab di Ayuthaya, disuatu daerah Thailand.

E.     PERKEMBANGAN ISLAM DI THAILAND
            Dakwah Islam senantiasa di seluruh penjuru dunia. Islam adalah agama yang tidak mengenal batas dan sekat-sekat nasionalisme. Pun di sebuah negeri yang mayoritas penduduknya bukanlah pemeluk agama Islam Thailand. Thailand dikenal sebagai negara yang pandai menjual potensi pariwisata sekaligus sebagai salah satau negara agraris yang cukup maju di Asia Tenggara. Mayoritas penduduk Thailand adalah Bangsa Siam, Tionghoa dan sebagian kecil bangsa Melayu. Jumlah kaum muslimih di Thailand memang tidak lebih dari 10% dari total 65 juta penduduk, namun Islam menjadi agama mayoritas kedua setelah Budha.[6]
            Penduduk muslim Thailand sebagian besar erdomisili di bagian selatan Thailand, seperti di propinsi Pha Nga, Songkhla, Narathiwat dan sekitarnya yang dalam sejarahnya adalah bagian dari Daulah Islamiyyah Pattani. Proses masuknya Islam di Thailand dimulai sejak kerajaan Siam mengakuisi kerajaan Pattani Raya (atau lebih dikenal oleh penduduk muslim Thai sebagai Pattani Darussalam).
            Perkembangan Islam di Thailand semakin pesat saat beberapa pekerja muslim dari malaysia dan indonesia masuk ke Thailand pada akhir abad ke-19. Saat itu mereka membantu kerajaan Thailand membangun beberapa kanal dan system perairan di Krung Theyp Mahanakhon (sekarang dikenal sebagai propinsi bangkok). Beberapa keluarga muslim bahkan mampu menggalang dana dan mendirikan mesjid sebagai saran ibadah, sebuah masjid yang didirikan pada tahun 1949 oleh warga Indonesia dan komunitas muslim asli Thailand[7]. Tanah wakaf masjid ini adalah milik Almarhum Haji Saleh, seorang warga Indonesia yang bekerja di Bangkok.
            Proses masuknya Islam di Thailand dimulai sejak kerajaan Siam mengakuisi kerajaan Pattani Raya (atau lebih dikenal oleh penduduk muslim Thai sebagai Pattani Darussalam). Pattani berasal dari kata Al Fattani yang berarti kebijaksanaan atau cerdik karena di tempat itulah banyak lahir ulama dan cendekiawan muslim terkenal. Berbagai golongan masyarakat dari tanah Jawa banyak pula yang menjadi pengajar Al Qur’an dan kitab-kitab Islam berbahasa Arab Jawi. Beberapa kitab Arab Jawi sampai saat ini masih diajarkan di beberapa sekolah muslim dan pesantren di Thailand Selatan.
            [8]Masjid Jawa adalah masjid lain yang juga didirikan oleh komunitas warga muslim Indonesia di Thailand. Sesuai dengan namanya, pendiri masjid ini adalah warga Indonesia suku Jawa yang bekerja di Thailand. Namun demikian, anak cucu para pendiri masjid ini berbicara dalam bahasa Thai dan Inggris saat menceritakan asal muasal berdirinya Masjid Jawa ini. Masjid Indonesia dan Masjid Jawa hanyalah sebagian dari lima puluhan masjid lain yang tersebar di seluruh penjuru Bangkok.

F.     MINAROTAS MUSLIM THAILAND
            Minoritas Muslim di Muangthai tinggal di tempat provinsi dibagaian selatan: pattani, yala, satun dan narahiwat, provinsi ini dulunya termasuk wilayah kesultanan pattani,namun proses Islamisasi dikalangan penduduknya secara lebih intensif terjadi pada abad ke-12 hingga ke-15.[9] Syekh Said dari kampong pasai-pasai memainkan peranan yang sangat menentukan bagi proses Islamisi kerajaan pattani yang berikutnya berubah menjadi kesultanan. Dengan berdirinya kesultanan pattani, wilayah ini tidak hanya meneguhkan diri sebagai pusat kekuasaan politik, dan dunia dagang, namun juga menjadi persemaian wacana agama dan intelektual. Dengan ketiga unsur tersebut, pada pattani pada zaman kesultanan termasuk satu wilayah kosmopolik.
            Negara bukan Islam yang berjulukan Negara Gajah Putih, tercatat minoritas kaum Muslim yang berjumlah sekitar 5% atau 1,5 juta jiwa dari penduduk Thailand, Mayoritas Muslim tinggal di wilayah selatan khususnya Pattani, Yala, dan marathiwat.[10] Mereka kerap terdiskriminasi dalam segala sektor kehidupan. Pada saat ini mayoritas penduduk Thailand yang beragama Budha sekitar 80%. Daerah-dareh tersebut awalnya merupakan bagian dari sebuah kerajaan Melayu Islam Pattani Darusalam.Daerah yang sekarang disebut Thailand selatan pada masa dahulu berupa kesultanan-kesultanan yang merdeka dan berdaulat, diantara kesultanan yang terbesar adalah Patani. Thailand sebelumnya bernama Siam yang kemudian pada tahun 1939 M, Nama Siam diganti dengan Muangthai.

G.    DISKRIMINASI MUSLIM PATTANI ( SOSIAL EKONOMI DAN PENDIDIKAN)
1.      Sosial Ekonomi
           Masyarakat pattani menganggap ada beberapa hal yang perlu dibenahi dalam rangka perbaikan hubungan pattani dan pemerintah Bangkok. Masalah kota hatyai adalah salah satunya. Haytai yang menjadi kota ke-2 terbesar di Thailand setelah Bangkok dikenal surga laki-laki. Kebanyakan usaha di pattani dikuasai oleh cina Thailand. Pabrik pengalengan makanan dan pengalengan ikan dimiliki oleh cina. Mereka mengambil para pekerja dari wilayah utara yang mayoritasnya budha. Produk makanan kaleng kebanyakan dipasarkan di negara arab dan muslim. Produk itu diberi lebel halal.[11] Untuk mendapatkan lebel tesebut diperlukan sertifikat halal yang dikeluarkan oleh syaiful islam Thailand.
      Masalah tenaga kerja ini terjadi pada pabrik karet, Thailand adalah negara pengekspor karet terbesar ke-2 setelah Indonesia. Hal ini Karena masyarakat pattani menolak dibayar dengan upah rendah, sedangkan pekerja dari wilayah utara mau dibayar rendah. Pabrik-pabrik karet yag besar dimiliki oleh orang cina. Pengatur harga ditetapkan oleh pemerintah tetapi usalan harga dan jumlah produk karet disampaikan oleh warga cina.[12] Tetapi kebebabas usaha yang diberikan oleh pemeritahan kepada cina dan datangnya pekerja dari wilayah utara yang budha akan berdampak pada ekonomi masyarakat pattani.[13]
      BNN mengakui memang tidak ada tekanan ekonomi secara langsung kepada masyarakat pettani. Tetapi kebebasan usaha yang diberikan oleh pemerintahan kepada cina dan datangnya pekerja dari wilayah utara yang budha akan berdampak kepada ekonomi masyarakat petani. Hal ini ditambah lagi dengan danya IMT-GT yang membebaskan jalur perbatasan dengan Malaysia. Berbagai kebijakan pemerintahan Bangkok itu menjadikan masyarakat pattani semakin terjepit dalam berusaha. Ditambah lagi dengan adanya masalah yang berhibungan dengan moral dan tingkah laku masyarakat terutama prostitusi. Di Thailand dikenal dengan industry pariwisata yang merupakan penghasilan terbesar di negara itu.[14]

2.      Pendidikan
      Meskipun sikap orang-orang pattani atau orang-orang islam Thailand sudah mulai melunak terhadap pemerintahan, mereka tidak sepenuhnya tidak percaya pada program-program pembangunan yang dilakukan oleh pemerintahan Thailand.sebab mereka pembangunan itu merupakan upayah pengisian indetitas kultural mereka. Hal ini terlihat dilarang nya pedirian podok pondok pesantren oleh para ulama di Thailand. Pada awal pemerintah tidak melarang tetapi ketika jumlah pondok pesantren didirikan semakin banyak, pemerintah Thailand mengangap pondok sebagai tempat radikalisme dan aktivitas politik yang menentang pemerintah.
Sekitar tahun1923, pemerintahan Bangkok meninjau kembali kebijakan mengenai pendidikan wajib penetrasian birokasmi, dan campur tangan dalam urusan ekonomi sosial di provinsi melayu.
      Pada tahun tahun selanjutnya guru guru agama dan sekolah local menjadi institusi utama bagi melayu islam untuk mempelajari budaya, indetitas,sejarah mereka. Sementara keputusan bangko menghalangi budayah melayu muslim di bidang bidang tertentu seperti media dan pemerintahan. Agaknya pendidikan menjadi permasalahan yang berterusan di Thailand. Dalam usaha pengembangan pendidikan masyarakat mencoba menyebarkan secara purba atau tradisonal.[15]
      Sekitar tahun 1968, pemerintahan Bangkok meninjau kembali kebijakan yang mengenai pendidikan wajib, penetrasian birokrasi, dan campur tangan dala urusan ekonomi sosial di provinsi melayu. Setelah itu pemerintah juga melarang pendirian pondok pessantren baru. Pemerintah yang tadinya mengubah pondok-pondok pesantren menjadi sekolah swasta secara suka rela, menjelang akhir tahun 1971 menjadikannya suatu kewajiban.
      [16]Tahun 1975-1976 pattani unaitide organization (PULO) menggerakkan masa untuk melakukan serangan demokrasi untuk menuntut pemerintahan yang bersifat otonomi aksi ini mendapat perhatian dan dukungan internasional.










BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
            Muslim di Thailand mempunyai sejarah tersendiri yang bisa dibilang strategi dan berlaku. Mulai dari abad ke-13 dimana agama Islam menapakkan kakinya di kerajaan pattani dan kemudian menjadi mayoritas di wilayah tersebut.
            Hal itu berangkat dari background masyarakat muslim sendiri yaitu komunitas melayu pattani yang dari awalnya berdiri dan kemudian dikuasai oleh siam atau Thailand. Dan saat ini, dimana modernisme merambah semua negara dan Thailand menjadi negara demokrasi, muslim Thailand mulai dipandang positif oleh komunitas yang lainnya. Hal ini memunculkan era baru antara muslim-pemerintah yang memberikan ruang lebih luas bagi umat muslim Thailand merambah dunia politik dan ekonomi.
            Hal ini tampak dari pertumbuhan mesjid di Thailand yang berkembang pesat; Bangkok 159
Masjid, Krabi 144 masjid, Satun 147 masjid. Dan beberapa masjid di berbagai kota Thailand. Biarpun begitu, minoritas muslim Thailand masih jauh dari kelapangan dalam hidup. Karena mereka tetap menjadi minoritas yang mendapatkan tekanan dan diskriminasi yang tak henti-henti.


B.     SARAN
      Berdasarkan kesimpulan diatas, pemakalah merekomendasikan berupa saran-saran berikut:
·         Memahami lebih dalam bagaimana sejarah perkembangan Islam di Thalaind
·         Sebagai pelajaran untuk diterapkan di masa sekarang.
·         Untuk menyelidiki dan menjadi bahan pemahaman sejauh mana kemajuan yang telah di capai oleh umat Islam Terdahulu hingga sekarang.
·         Untuk menggali lagi faktor-faktor apa yang menyebabkan kemajuan Islam di Thailand.
·         Untukmengetahuibagaimanaperubahandarizamandahuluhinggasekarangperkembanganislam di Thailand.











DARTAR PUSTAKA

          Arisman, M. Sy, “Historikal Islam Asia tenggara”, Kalimedia, Depok Sleman Jokjakarta. (2017)
HAMKA, Sejarah Umat Islam, (Singapura: Pustaka Nasional PTE Ltd, 1997)
Muhammad Syamsu, Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya, (Cet. II; Jakarta: PT. Lentera Basritama, 1999)
Suhaimi, Cahaya Islam di Ufuk Asia Tenggara, (Pekanbaru: Suska Pres. 2006)
Dr.H. Suhaimi,M.Ag, perkembangan dan arespon Pemerintah Terhadap Islam di Asia Tenggara, CV Riau Creative Multi Media (Simpang Baru, Tampan Pekanbaru, 2018).
Abdul Rahman Haji Abdullah, Pemikiran Umat Islam di Nusantara (Dewab Bahasa dan Pustaka, 1990)
Helmiati, Dinamika Islam Asia Tenggara, Suska Prees, Pekanbaru, 2008
http://aliumarumar.blogspot.com/2015/03/makalah-sejarah-agama-islam-di-thailand.html?m=1
http://komunikasi2d-uinsuska.blagspot.com/2015/03/perkembangan-islam-di-thailand.html?m=1
https://amperapatani1992.blogspot.com/2018/02/sejarah-dan-perkembangan-islam-di.html?m=1




[1] Arisman, Historikal Islam Asia Tenggara, Kalimedia, Depok Slemen Jokjakarta, 2017, Hal. 368.
                [2] Drs.H.Suhaimi, Perkembangan dan Respon Pemerintah Terhadap Islam di Asia Tenggara, Creative Multimedia, Pekanbaru, 2018, Hal. 53.
                [3] Arisman, Ibid, Hal. 369.
                [4] Dr. Hj. Helmiati, Sejarah Islam Asia Tenggara, Zanafa Publishing, Pekanbaru, 2011, Hal. 80.
                [5] Suhaimi, Ibid, Hal. 53-54
                [6] Prof. Dr. H. Juhaya, Stidi Islam di Asia Tenggara, Pustaka Setia, Bandung, 2014, Hal. 85.
                [7] Prof. Dr. H. Juhaya, Ibid. 82-83.
                [8] Hamka, Sejarah Umat Islam, Singapura, 1997, Hal. 680.
                [9] Suhaimi, Ibid, Hal. 55-56.
                [10] Prof. Dr. H. Juhaya, Ibid. 86-87
                [11] Dardiri Husni, dkk, Sejarah Islam Asia Tenggara, Pekanbaru, 2006, Hal. 122
                [12] Arisman, Ibid, Hal. 373.
                [13] Suhaimi, Sejarah Islam Asia Tenggara, Hal. 102-103
                [14] Helmiati, Dinamika Islam Asia Tenggara, Pekanbaru, 2008.
                [15] Muhammad Syamsu As, Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya, Jakarta, 1999
                [16] Arisman, Ibid, Hal. 375-376.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar