BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam banyak pandangan, terutama bagi setiap
Muslim bahwa Islam adalah agama yang kaffah. Kaffah yang dalam definisi
sederhana berarti menyeluruh atau meliputi semua hal tentang kehidupan manusia.
Dalam hal ini Islam berarti agama yang meenyediakan berbagai aturan hidup bagi
seluruh umat manusia, tanpa terkecuali. Islam dengan demikian bukan hanya
dipandang sebagai konsep semata, yang berhenti pada tataran pemikiran
selayaknya agama sebagai penjaga moralitas dan etika (akherat), namun juga
memiliki keluasan kontekstual, termasuk meliputi urusan keduniawian.
Muslim-muslim sub-benua India, dan
selebihnya, bangga dengan asosiasinya dengan Islam. Saran bahwa negara-negara
mereka harus diperintah oleh Islam tidaklah jarang dan sangat natural. Dalam
konteks sub-benua itu, banyak yang kehilangan nyawanya dalam perjuangan
penciptaan tanah air Muslim dan mereka semua yang membuat visi itu menjadi mungkin dikenang sebagai para
pahlawan. Mereka mendukung khilafah di hari-hari
terakhirnya dan banyak suara-suara mendukung itu menjadi
para pendiri Pakistan itu sendiri. Frustasi terhadap berbagai partai
Muslim selama ber-dekade tidak pernah terhadap Islam, tapi terhadap
penyalahgunaan dan pencurangan Islam untuk tujuan politis oleh
kelompok-kelompok tertentu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian
Kepemimpinan Islam ?
2. Bagaimana
realita Kepemimpian Islam di Indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan Islam
Dalam
Islam istilah kepemimpinan dikenal dengan istilah khilafah, imamah, dan ulil amri
juga ada istilah rain. Kata khalifah mengandung makna ganda. Di satu pihak khalifah
diartikan diartikan sebagai kepala negara dalam pemerintahan dan kerajaan islam
di masa lalu, yang dalam konteks kerajaan pengertiannnya sama dengan sulthan.
Selain itu dikenal pula istilah khalifatur Rasul atau khalifatun nubuwwah yaitu
pengganti Nabi sebagai pembawa risalah atau syariat, memberantas kedhaliman dan
menegakkan keadilan. Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 30 berikut :

Artinya : Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Berkata mereka : Apakah Engkau hendak
menjadikan padanya orang yang merusak di dalam nya dan menumpahkan darah, padahal
kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia berkata : Sesungguhnya
Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
Dari firman Allah SWT tersebut dijelaskan
bahwasanya tidak sekedar menunjuk pada para khalifah pengganti Rasulullah, tetapi
adalah penciptaan manusia yang diberi tugas untuk memakmurkan bumi. Tugasnya adalah
menyeru dan menyuruh orang lain berbuat amar maruf nahi munkar. Dalam surat Yunus
ayat 4 dijelaskan bahwa perbuatan manusia yang disebut kepemimpinan tidak pernah
lepas dari perhatian dan penilaian Allah. Oleh karena itu secara spiritual kepemimpinan harus diartikan
sebagai kemampuan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah baik secara
bersama-sama maupun perseorangan. Kepemimpinan dalam arti spiritual tiada lain daripada
ketaatan atau kemampuan mentaati perintah dan larangan Allah dan RasulNya dalam
semua aspek Kehidupan.
Dalam pengertian spiritual ini kita dapat
menyimpulkan bahwa kepemimpinan Islam secara mutlak adalah bersumber dari Allah
yang telah menjadikan manusia sebagi khalifah di bumi sehingga dimensi control tidak
terbatas pada interaksi antara yang memimpin
dengan yang dipimpin, tetapi baik antara pemimpin dan yang dipimpin harus sama-sama
mempertanggung jawabkan amanah yang diembannya sebagai seorang khalifah di bumi.
Secara empiris kepemimpinan merupakan proses, yang berisi rangkaian kegiatan yang saling mempengaruhi, berkesinambungan
dan terarah pada satu tujuan. Rangkaian
kegiatan itu berwujud kemampuan, mempengaruhi, dan mengarahkan perasaan dan
pikiran orang lain agar bersedia melakukan sesuatu yang diinginkan pemimpin dan
teraah pada tujuan yang telah disepakati bersama.
B.
Realita Kepemimpinan Islam di Indonesia
Dahulu, Rasulullah SAW pernah diberikan tiga
tawaran oleh musuh-musuhya agar Beliau beralih ke pihak mereka. Tawaran yang pertama
adalah harta yang melimpah yang kemudian tawaran ini Beliau tolak. Disusul dengan
tawaran kedua yakni wanita yang cantik, ini tak sedikitpun menggetarkan keteguhan
hati Beliau. Dan yang ketiga yang akan menjadi sorotan ialah tawaran untuk menjadi
raja atau pemimpin kaum. Saat itu raja adalah seseorang yang memiliki kekuatan dan
kekuasaan penuh.
Rasulullah SAW menyadari saat itu yang ada
ialah sistem yang jahil, sehingga tidak ada gunanya menjadi pemimpin saat itu, kalaupun
syariat islam diterapkan, maka sistem yang ada akan menolak, bukannya kemaslahatan
yang akan didapat melainkan mudharat. Sehingga Beliau memulai membangun dari dasar,
membina para sahabat-sahabatnya, dari masa dakwah yang sembunyi-sembunyi, hingga
akhirnya terang-terangan dan melakukan ekspansi.
Kisah lain adalah Khalifah Umar bin Khatab.
Ketika Beliau diangkat menjadi khalifah menggantikan Abu Bakar, pertama yang Beliau
ucapkan adalah Istighfar dengan kelopak yang dipenuhi air mata, karena mengingat
pemimpin adalah sebuah amanat besar yang mesti diemban. Pernah suatu malam Khalifah
Umar bin Khaththab r.a. berjalan menyusuri lorong-lorong kota Madinah. Bersama seorang
pembantunya, Umar hendak melihat keadaan rakyatnya. Mereka mendapati seorang wanita
dan anak-anaknya yang masih kecil duduk mengitari periuk besar di atas tungku api.
Anak-anak itu terlihat menangis. Umar lalu mendekat dan bertanya, Apa yang sedang
terjadi?. Kami sudah dua hari tidak makan. Kami kedinginan dan kelaparan, jawab
wanita itu. Ia tidak tahu kalau yang ada di hadapannya itu adalah Khalifah Umar.
Lalu apa yang ada di dalam periuk itu?, tanya Umar. Air, agar mereka diam dan
tertidur, jawab wanita itu. Apa kau tidak memberi tahu pada Khalifah Umar?. Seharusnya
dialah yang harus tahu keadaan kami. Dia punya kuda, juga ribuan pegawai dan tentara.
Dia seharusnya tidak boleh tidur nyenyak di rumahnya, sementara ada rakyatnya seperti
kami yang kedinginan dan kelaparan, tegas wanita itu.
Hati Umar tergetar dan sangat pedih. Umar
bergegas pergi mengajak pembantunya menuju ke gudang penyimpanan gandum. Umar mengambil
sekarung gandum dan hendak memanggulnya. Sang pembantu mencegah, Jangan, Tuan,
biarlah saya saja yang memanggulnya. Umar malah marah dan menghardik, Apakah kamu
juga akan memanggul dosaku di Hari Kiamat kelak! Pembantu itu diam seribu bahasa.
Ia lalu membantu Umar menaikkan sekarung gandum itu ke pundaknya. Umar juga menenteng
beberapa liter minyak samin. Kemudian Umar berjalan tergesa menuju rumah wanita
tadi, tidak peduli dengan beratnya beban dan dinginnya malam.
Bencana krisis kepemimpinan sedang melanda
di negeri ini, yang ada sekarang pemimpin cenderung dijadikan sebagai jabatan prestise
yang dicari banyak orang bahkan kecenderungan ini merambah ke kalangan artis. Jika
dahulu Rasulullah ditawari menjadi seorang raja akan tetapi beliau tolak karena
sistem yang ada saat itu adalah sistem jahil, maka Beliau membangun kepemimpinan
mulai dari pondasi dasar. Namun sekarang
para pemimpin muncul dipermukaan hanya menjelang momentum pemilihan umum dan cenderung
instan, banyak yang mengabaikan untuk membangun dari awal. Jabatan dijadikannya
sebuah pekerjaan yang menghasilkan uang, jika modal yang dahulu dikeluarkan untuk
menjadi pemimpin menghabiskan banyak uang, maka bukan menjadi hal yang mustahil
lagi untuk mengembalikan modal saat periode jabatan. Sehingga yang mucul adalah
korupsi merambah diberbagai penjuru negeri ini.
Menurut hasil survey dari lembaga Kemitran Partnership
2010 di 27 provinsi. Survei menyebutkan 78 persen responden mempersepsikan DPR sebagai
lembaga terkorup, lembaga hukum 70 persen, dan pemerintah 32 persen. Jika dahulu
Umar bin Khatab pernah menangis melihat Rasulullah tidur hanya beralaskan tikar
hingga membekas dipunggung Beliau, maka bisa dilihat Wakil Rakyat dinegeri ini semakin
menjadi-jadi untuk memanjakan dan memperkaya diri mereka sendiri.
Peran warga negara terhadap keberlangsungan
pemerintahan memang sangat dominan, karena Indonesia adalah negara yang demokratis,
sehingga warga negara mayoritas tersebut memungkinkan menjadi cara untuk mengembangkan
konsep islam dalam pemerintahan dengan memilih pemimpin yang beragama islam. Dan
kenyataannya semua presiden Indonesia beragama islam, walaupun tidak sepenuhnya
menerapkan konsep islam dalam pemerintahannya. Kepemimpinan Islam di Indonesia
kian lama semakin berkembang, dengan adanya organisasi yang berideologikan islam, organisasi tersebut
menunjukkan konsep islam dalam berpolitik. Tujuan salah satu organisasi Islam adalah
terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur, sejahtera lahir batin, dan demokratis
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila di bawah rida Allah SWT. Tujuan tersebut yang memang
memperlihatkan konsep kepemimpinan islam.
Organisasi yang ada pada saat ini memang
bukan organisasi yang berideologikan islam kebanyakan, tetapi orang-orang yang tergabung
dalam organisasi tersebut mayoritas beragama islam, walaupun bukan berlandaskan islam kepemimpinan
organisasi tersebut, secara tersirat mengadopsi konsep-konsep islam yang dibawakan
oleh orang yang menjalankan kepemimpinannya dipartai tersebut. Akan tetapi konsep
islam seakan-akan hilang dengan banyaknya kasus-kasus Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(KKN) yang dialami para pelaksana pemerintahan yang notabennya beragama islam.
Hal ini membuat kepemimpinan islam mengalami
keterpurukan. Untuk itu perlu dipertanyakan tentang pemahaman konsep islam kepada
setiap pemimpin di Indonesia. Mungkin didalam sebuah pemerintahan juga terdapat
orang-orang yang memang mengerti konsep islam, sehingga terdapat beberapa substansi
pemerintahan yang dapat berjalan dengan konsep
islami walaupun tidak secara tertulis. Realita yang terjadi saat ini pada partai
Islam sungguh amat memprihatinkan. Bahkan dalam beberapa survey, partai Islam diperkirakan
akan hilang seiring perkembangan zaman karena ketidakmampuan partai Islam menangkap
cepat aspirasi ummat, disinyalir menjadi salah satu titik kemunduran partai Islam
pada Pemilu ke depan. Partai Islam dipandang hanya menampilkan jargon dan slogan,
tanpa implementasi ideologi perjuangan. Pemimpin dan kepemimpinannya
merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia dan berperan
sentral dalam menjalankan roda organisasi. Bahkan, pemimpin dengan kepemimpinannya
menentukan maju atau mundurnya suatu organisasi, dan dalam lingkup lebih luas menentukan
jatuh dan bangunnya suatu bangsa dan negara.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan modal keyakinan bahwa Tuhan itu
ada, bersifat kasih sayang, yang menguasai seluruh hidup dan kehidupan, pemberi
kekuasaan dan kekuatan serta pelindung seluruh mahluk-Nya dan sifat-sifat
lainnya yang ada pada Tuhan Yang Maha Esa, maka kalbu dan hati seorang pemimpin
menjadi bersih dan suci lahir dan bathin dan ia akan menjadi heneng, hening,
heling dan waspada. Heneng artinya seorang pemimpin bersifat teduh dan tenang,
dia selalu imbang tenang, tidak pernah gentar, tidak mudah gugup dalam menghadapi
masalah. Hening artinya bening, bersih, suci, sejati, ceria, jernih dan murni.
Pemimpin itu harus memiliki keheningan
bathin, yaitu ketulusan, kelurusan dan keikhlasan, dia selalu jujur terhadap
dirinya dan terhadap para pengikutnya, tanpa memilikin pamrih kecuali mengabdi
dan melayani kepada masyarakatnya. Heling artinya ingat, sadar, dan insyaf.
Yaitu menyadari hakikat alam dengan segala hukum-hukumnya, juga selalu ingat
pada perilaku yang luhur, baik dan jujur, serta ingat bahwa keserakahan,
kemunapikan dan kejahatan akan selalu menyebarkan malapetaka dan kesedihan,
baik pada diri sendiri maupun bagi orang banyak.
B. Saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada
pembaca agar dapat memahami lebih jauh lagi teori perilaku produsen sesuai dengan
tuntutan islam dari berbagai narasumber dan referensi lainnya karena dalam pembuatan
makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan kekurangan
baik dari bentuk maupun isinya.
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, J. 2000. Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya).
Imam Moedjiono. 2002. Kepemimpinan dan Keorganisasian. (UII
Press Yogyakarta:
Yogyakarta).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar