Rabu, 25 Maret 2020

Hubungan Interpersonal - Makalah Psikologi Sosial


HUBUNGAN INTERPERSONAL

Dosen Pembimbing : Rahmah. M. Si

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Psikologi Sosial







OLEH KELOMPOK 5:

Muhammad Mauladi                      NIM : 11840114094

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2019/2020


BAB II
PEMBAHASAN
A.    MODEL-MODEL HUBUNGAN INTERPERSONAL
Hubungan interpersonal sangat penting bahkan menentukan kesehatan mental seseorang. Jika seseorang tidak berhasil mengembangkan hubungan interpersonal secara sehat, Ia juga akan gagal berkembang menjadi pribadi yang sehat. Bahkan gagal mencapai cita-cita dan menentukan pasangan hidup.
1.      Model pertukaran social. Menurut model ini, hubungan antar pribadi yang tidak memuaskan merupakan sumber utama penyebab tingkah laku maladaptif. Menurut teori pertukaran sosial (‘social exchange’, Thibaut dan Kelley, 1959), misalnya, manusia saling menjalin hubungan dengan tujuan memuaskan kebutuhan masing-masing. Setiap orang mengharapkan sesuatu dari hubungannya dengan orang lain sehingga antar pribadi tersebut pada dasarnya tidak berbeda dengan hubungan jual-beli. Teori pertukaran sosial memprediksi perilaku kelompok dan individu berdasarkan penghargaan yang diterima dan biaya.
2.      Analisis transaksional (AT) adalah suatu pendekatan psikoterapi yang sangat dapat diterapkan dalam praktik pekerjaan sosial klinis (Cooper Turner, 1996). Analisis transaksional-gagasan Erik Berne (1910-1970) merupakan suatu pendekatan untuk mensistematisasi, menganalisis, dan mengubah saling pengaruh diantara manusia, yang menekankan interaksi keduanya (antara diri dan manusia lain) dan kesadaran internal (regulasi dan ekspresi diri). Tinjauan teoritik tentang analisis transaksional dikaitkan dengan suatu pendekatan yang mengaitkan internal dengan interpersonal dan relasional. Pada dasarnya, makna Analisis transaksional adalah untuk memperkaya Kemampuan-kemampuan menghadapi dan mengatur situasi yang paling dalam dan interaksi kehidupan nyata.
Analisis transaksional dibagi dalam kategori-kategori sebagai berikut:
1)      Keadaan Ego (ego States)
2)      Transaksi (transactions)
3)      Permainan dalam drama segitiga (games and the drama triangle)
4)      Naskah (scripts)
5)      Gerakan dan lakon cerita (stokes and scriptwork)
6)      Posisi kehidupan (life posiciton)
7)      Perintah dan keputusan ulang naskah (Script injunctions and redecision)

B.     MEMULAI HUBUNGAN
a)      Pembentukan kesan
Menurut Sears dkk (1992) individu individu cenderung membentuk kesan panjang lebar atas orang lain Berdasarkan informasi yang terbatas.
1)      Evaluasi : Kesan pertama. Menurut Sears dkk (1992) aspek pertama yang paling penting dan kuat adalah evaluasi. Secara formal dimensi evaluatif merupakan dimensi terpenting di antara sejumlah dimensi dasar yang mengorganisasikan kesan gabungan tentang orang lain.
2)      Kesan menyeluruh. Untuk menjelaskan bagaimana orang mengevaluasi terhadap orang lain, dapat dilakukan dari kesan yang diterima secara keseluruhan”. Sears dkk (1992)  membagi kesan menyeluruh menjadi dua yaitu model penyamarataan dan model menambahkan.
3)      Konsistensi. Individu cenderung membentuk karakteristik yang konsisten cara evaluatif terhadap individu lainnya, meski hanya memiliki sedikit informasi. Kita cenderung memandang orang lain secara konsisten dari kedalamannya.
4)      Prasangka positif menurut Sears dkk (1992) adalah kecenderungan menilai orang lain secara positif sehingga mengalahkan evaluasi negative.

b)      Keterkaitan interpersonal
Prinsip dasar daya tarik interpersonal:
1)      Penguatan kita menyukai orang lain dengan cara memberi ganjaran sebagai penguatan dari tindakan atau sikap kita. Salah satu tipe ganjaran yang penting adalah persetujuan sosial dan banyak penelitian memperlihatkan bahwa kita cenderung menyukai orang lain yang cenderung menilai kita secara positif (Sears, 1992).
2)      Pertukaran social. Pandangan ini menyatakan bahwa rasa suka kita kepada orang lain didasarkan pada penilaian kita terhadap kerugian dan keuntungan yang diberikan seseorang kepada kita. Teori ini menekankan bahwa kita membuat penilaian komparatife, menilai keuntungan yang kita peroleh dari seseorang dibandingkan dengan keuntungan yang kita peroleh dari orang lain (Sears, 1992).
3)      Asosiasi. Kita menjadi suka kepada orang yang diasosiasikan (dihubungkan) dengan pengalaman yang baik/bagus dan tidak suka kepada orang yang diasosiasikan dengan pengalaman buruk atau jelek (Clore & Byrne dalam Sears, 1992).

c)      Faktor-faktor yang mempengaruhinya
1)      Karakter Pribadi. Daya tarik seseorang bagi orang lain, pada dasarnya dapat kita bagi menjadi dua hal : yang bersifat fisik (wajah, rambut, tubuh) dan yang bersifat non fisik (kepribadian, intelegensi minat dan hobi), para ahli mengidentifikasikan beberapa karakter umum yang mempengaruhi rasa suka seseorang kepada orang lain yaitu ketulusan, kehangatan personal, kompetensi, dan daya tarik fisik.
2)      Kesamaan. Kita cenderung menyukai orang yang sama dengan kita dalam sikap nilai, minat, hobi latar belakang dan kepribadian. Menurut Sears dkk., (1992) dalam hal berpacaran dan pernikahan kecenderungan untuk memilih pasangan yang mempunyai kesamaan disebut dengan prinsip kesesuaian.
3)      Keakraban. Menurut Atkinson dkk. (1993) salah satu alasan bahwa kedekatan dapat menimbulkan rasa senang pada seseorang adalah bahwa kedekatan dapat meningkatkan keakraban. Fenomena ini oleh Sears dkk. (1992) dapat dijelaskan dengan apa yang disebut sebagai efek eksposur belaka. Efek ini merupakan suatu fenomena di mana keseringan berhadapan dengan seseorang dapat meningkatkan rasa suka kita terhadap orang lain.
4)      Kedekatan. Menurut Atkinson dkk. (1993) salah satu prediktor terbaik mengenai Apakah dua orang dapat berteman atau tidak adalah seberapa jauh jarak tempat tinggal mereka. Terdapat tiga faktor yang menghubungkan antara kedekatan daya tarik interpersonal, yaitu pertama, kedekatan biasanya meningkatkan keakraban. Kedua, kedekatan sering berkaitan dengan kesamaan. Kita seringkali memilih untuk tinggal dan bekerja dengan orang lain yang kita kenal dan selanjutnya kedekatan geografi kita akan meningkatkan kesamaan kita. Faktor ketiga adalah bahwa orang yang dekat secara fisik lebih mudah didapat dari pada orang yang jauh (Sears dkk. 1992).

C.     HUBUNGAN PERAN
Menurut R Linton, peran adalah dynamic aspect of status. Dengan kata lain seseorang menjalankan perannya sesuai hak dan kewajibannya. Sementara menurut Merton, definisi peran adalah “Complement of role relationship which person have by virtue of occupyig a particular status. Atau dengan kata lain, pelengkap hubungan peran yang dimiliki seseorang karena menduduki status sosial tertentu.
a)      Model Peran
Model peran dapat membantu menciptakan antusiasme untuk kegiatan yang membutuhkan kecerdasan tertentu. Interaksi dengan orang-orang yang memiliki peran berdasarkan kelebihan dalam satu kecerdasan, mendengarkan kisah, dan pengalaman dapat memperluas wawasan. Ada 2 jenis peran:
1)      Role expectation : peran yang diharapkan oleh masyarakat
2)      Role performance : peran yang diharapkan oleh pemegang peran.

D.    INTIMASI DAN HUBUNGAN PRIBADI
Intimasi dapat dilakukan terhadap teman atau kekasih. Intimasi adalah keakraban, keinginan untuk mendekat, memahami kehangatan menghargai kepercayaan. Intimasi mengandung pengertian sebagai elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya. Dorongan ini menyebabkan individu bergaul lebih akrab, hangat, menghargai, menghormati dan mempercayai pasangan yang dicintai dibandingkan dengan orang yang tidak dicintai. Mengapa seseorang merasa intim dengan orang yang dicintai? Hal ini karena masing-masing individu merasa saling membutuhkan dan melengkapi antara satu dan yang lain dalam segala hal. Masing-masing merasa tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dan kehadiran pasangan hidup sisinya.

E.     KONFLIK DALAM HUBUNGAN PRIBADI
Robbins (1996) dalam “Organization Behavior” menjelaskan bahwa konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidak sesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Sedang menurut Luthans (1981) konflik adalah kondisi yang ditimbulkan oleh adanya kekuatan yang saling bertentangan kekuatan-kekuatan ini bersumber pada keinginan manusia. Istilah konflik sendiri diterjemahkan dalam beberapa istilah yaitu perbedaan pendapat, persaingan, dan permusuhan.
Perbedaan pendapat tidak selalu berarti perbedaan keinginan. Oleh karena konflik bersumber pada keinginan, maka perbedaan pendapat tidak selalu berarti konflik. Persaingan sangat erat hubungannya dengan konflik karena dalam persaingan beberapa pihak menginginkan hal yang sama tetapi hanya satu yang mungkin mendapatkannya. Persaingan tidak sama dengan konflik namun mudah menjurus ke arah konflik, terutama bila ada persaingan yang menggunakan cara-cara yang bertentangan dengan aturan yang disepakati. Permusuhan bukanlah konflik karena orang yang terlibat konflik bisa saja tidak memiliki rasa permusuhan. Sebaliknya orang yang saling bermusuhan bisa saja tidak berada dalam keadaan konflik. Konflik sendiri tidak selalu harus dihindari karena tidak selalu negatif akibatnya. Berbagai konflik yang ringan dan dapat dikendalikan (dikenal dan ditanggulangi) dapat berakibat positif bagi mereka yang terlibat maupun bagi kelompok. Orang sering menganggap konflik bersumber dari tindakan dan inti persoalan namun sebenarnya konflik sering disebabkan oleh komunikasi yang buruk. Komunikasi dapat menjadi masalah besar titik banyak persoalan dapat diselesaikan jika komunikasi berjalan lancar.
Komunikasi yang buruk memperparah persoalan karena setiap orang yang terlibat dalam konflik secara tidak sadar mereka-reka motivasi buruk pihak lain. Perbedaan antara Pesan yang disampaikan dan pesan yang diterima akan menimbulkan masalah komunikasi ketika konflik berlangsung. Setiap hubungan antar pribadi mengandung unsur-unsur konflik, pertentangan pendapat atau perbedaan kepentingan. Yang dimaksud konflik adalah situasi dimana tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi menghambat atau mengganggu tindakan pihak lain (Jhonson, 1981). Kendati unsur konflik selalu terdapat dalam setiap bentuk hubungan antar pribadi, pada umumnya individu memandang konflik sebagai keadaan yang buruk dan harus dihindarkan. Konflik dipandang sebagai faktor yang akan merusak hubungan, maka harus dicegah.
Namun, kini banyak orang mulai sadar bahwa rusaknya suatu hubungan lebih disebabkan oleh kegagalan memecahkan konflik secara konstruktif, adil dan memuaskan kedua belah pihak bukan oleh munculnya konflik itu sendiri. Pengelolaan konflik secara konstruktif, konflik dapat memberikan manfaat positif bagi diri kita sendiri maupun bagi hubungan kita dengan orang lain. Beberapa contoh manfaat dari konflik adalah sebagai berikut (Jhonson, 1981):
1)      Konflik dapat membuat kita sadar bahwa ada masalah yang perlu diselesaikan dalam hubungan kita dengan orang lain.
2)      Konflik dapat memunculkan kesadaran dan memotivasi kita untuk melakukan berbagai perubahan dalam diri kita.
3)      Konflik dapat memotivasi kita untuk segera memecahkan masalah yang selama ini tidak kita sadari dengan jelas.
4)      Konflik juga bisa membuat kehidupan menjadi lebih menarik.
5)      Munculnya konflik dalam ragam pendapat bisa membantu kita ke arah pencapaian keputusan bersama yang lebih matang dan qualified.
6)      Konflik juga dapat menghilangkan ketegangan ketegangan kecil yang sering terjadi dan muncul dalam hubungan kita dengan orang lain.
7)      Konflik juga dapat membuat diri kita sadar tentang dan bagaimana kita sebenarnya.
8)      Konflik bahkan dapat menjadi sumber hiburan.
9)      Konflik dapat mengakrabkan dan memperluas hubungan.

F.      STRATEGI KONFLIK ANTAR PRIBADI
Konflik dalam komunikasi perlu diatasi maka dari itu yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut
1)      Perlu keterampilan untuk membedakan yang wajar dan sehat serta terampil untuk mengelolanya.
2)      Menerapkan batas secara konstruktif antara yang boleh dibahas dengan yang tidak.
3)      Memulai percakapan yang bermanfaat dan dapat diterima setiap pihak.
4)      Mengarahkan pada batas-batas yang disepakati.
5)      Terampil menyatakan ketidak Setujuan tanpa ada kesan menolak gagasan pihak lain.
6)      Sebaliknya, Iya mampu menerima ketidak Setujuan pihak lain tanpa merasa ditolak.
7)      Melihat konflik dari sudut pandang orang lain.
8)      Mengarahkan keputusan pada kepuasan bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar