HUBUNGAN INTERPERSONAL
Dosen Pembimbing
: Rahmah. M. Si
Makalah
Disusun untuk
memenuhi tugas kelompok Psikologi Sosial
OLEH KELOMPOK 5:
Muhammad
Mauladi NIM :
11840114094
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2019/2020
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. MODEL-MODEL
HUBUNGAN INTERPERSONAL
Hubungan interpersonal sangat penting
bahkan menentukan kesehatan mental seseorang. Jika seseorang tidak berhasil
mengembangkan hubungan interpersonal secara sehat, Ia juga akan gagal
berkembang menjadi pribadi yang sehat. Bahkan gagal mencapai cita-cita dan
menentukan pasangan hidup.
1. Model
pertukaran social.
Menurut model ini, hubungan antar pribadi yang tidak
memuaskan merupakan sumber utama penyebab tingkah laku maladaptif. Menurut teori pertukaran sosial (‘social exchange’, Thibaut dan Kelley, 1959), misalnya,
manusia saling menjalin hubungan dengan tujuan memuaskan kebutuhan
masing-masing. Setiap orang mengharapkan sesuatu dari hubungannya dengan orang
lain sehingga antar pribadi tersebut pada dasarnya tidak berbeda dengan
hubungan jual-beli.
Teori pertukaran sosial memprediksi
perilaku kelompok dan individu berdasarkan penghargaan yang diterima dan biaya.
2.
Analisis
transaksional (AT) adalah suatu pendekatan psikoterapi yang sangat dapat
diterapkan dalam praktik pekerjaan sosial klinis (Cooper Turner, 1996). Analisis transaksional-gagasan Erik Berne (1910-1970) merupakan suatu
pendekatan untuk mensistematisasi,
menganalisis, dan mengubah saling pengaruh diantara manusia, yang menekankan
interaksi keduanya (antara
diri dan manusia lain)
dan kesadaran internal (regulasi
dan ekspresi diri).
Tinjauan teoritik tentang analisis transaksional dikaitkan dengan suatu
pendekatan yang mengaitkan internal dengan interpersonal dan relasional. Pada
dasarnya, makna Analisis transaksional adalah untuk memperkaya Kemampuan-kemampuan menghadapi dan mengatur situasi
yang paling dalam dan interaksi kehidupan nyata.
Analisis
transaksional dibagi dalam kategori-kategori sebagai berikut:
1) Keadaan
Ego (ego States)
2) Transaksi
(transactions)
3) Permainan
dalam drama segitiga (games
and the drama triangle)
4) Naskah
(scripts)
5) Gerakan
dan lakon cerita (stokes and
scriptwork)
6) Posisi
kehidupan (life posiciton)
7) Perintah
dan keputusan ulang naskah (Script injunctions and redecision)
B.
MEMULAI HUBUNGAN
a)
Pembentukan kesan
Menurut Sears dkk (1992) individu individu cenderung
membentuk kesan panjang lebar atas orang lain Berdasarkan informasi yang
terbatas.
1) Evaluasi
: Kesan pertama. Menurut Sears dkk (1992) aspek
pertama yang paling penting dan kuat adalah evaluasi. Secara formal dimensi evaluatif merupakan
dimensi terpenting di antara sejumlah dimensi dasar yang mengorganisasikan
kesan gabungan tentang orang lain.
2) Kesan
menyeluruh.
Untuk menjelaskan bagaimana orang
mengevaluasi terhadap orang lain,
dapat dilakukan dari “kesan
yang diterima secara keseluruhan”. Sears
dkk (1992) membagi kesan menyeluruh menjadi dua yaitu model penyamarataan dan
model menambahkan.
3) Konsistensi. Individu cenderung membentuk karakteristik
yang konsisten cara evaluatif terhadap individu lainnya, meski hanya memiliki sedikit informasi.
Kita cenderung memandang orang lain secara konsisten dari kedalamannya.
4) Prasangka
positif menurut Sears
dkk (1992) adalah
kecenderungan menilai orang lain secara positif sehingga mengalahkan evaluasi
negative.
b)
Keterkaitan interpersonal
Prinsip dasar daya tarik interpersonal:
1) Penguatan
kita menyukai orang lain dengan cara memberi ganjaran sebagai penguatan dari
tindakan atau sikap kita.
Salah satu tipe ganjaran yang penting
adalah persetujuan sosial dan banyak penelitian memperlihatkan bahwa kita
cenderung menyukai orang lain yang cenderung menilai kita secara positif (Sears, 1992).
2)
Pertukaran social. Pandangan ini menyatakan bahwa rasa suka
kita kepada orang lain didasarkan pada penilaian kita terhadap kerugian dan keuntungan yang diberikan
seseorang kepada kita. Teori ini
menekankan bahwa kita membuat penilaian komparatife, menilai keuntungan yang
kita peroleh dari seseorang dibandingkan dengan keuntungan yang kita peroleh
dari orang lain (Sears, 1992).
3)
Asosiasi. Kita menjadi suka kepada orang yang
diasosiasikan (dihubungkan) dengan pengalaman yang baik/bagus dan tidak suka
kepada orang yang diasosiasikan dengan pengalaman buruk atau jelek (Clore &
Byrne dalam Sears, 1992).
c)
Faktor-faktor yang
mempengaruhinya
1)
Karakter Pribadi. Daya tarik seseorang bagi orang lain, pada dasarnya
dapat kita bagi menjadi dua hal : yang bersifat fisik (wajah, rambut, tubuh)
dan yang bersifat non fisik (kepribadian, intelegensi minat dan hobi), para
ahli mengidentifikasikan beberapa karakter umum yang mempengaruhi rasa suka
seseorang kepada orang lain yaitu ketulusan, kehangatan personal, kompetensi,
dan daya tarik fisik.
2) Kesamaan. Kita cenderung menyukai orang yang sama
dengan kita dalam sikap nilai, minat, hobi latar belakang dan kepribadian. Menurut Sears dkk., (1992) dalam hal berpacaran dan
pernikahan kecenderungan untuk memilih pasangan yang mempunyai kesamaan disebut
dengan prinsip kesesuaian.
3) Keakraban. Menurut Atkinson dkk. (1993) salah satu alasan bahwa
kedekatan dapat menimbulkan rasa senang pada seseorang adalah bahwa kedekatan
dapat meningkatkan keakraban. Fenomena ini oleh Sears dkk. (1992) dapat dijelaskan dengan
apa yang disebut sebagai efek eksposur belaka. Efek ini merupakan suatu fenomena di mana
keseringan berhadapan dengan seseorang dapat meningkatkan rasa suka kita
terhadap orang lain.
4) Kedekatan. Menurut Atkinson dkk. (1993) salah satu prediktor terbaik
mengenai Apakah dua orang dapat berteman atau tidak adalah seberapa jauh jarak
tempat tinggal mereka. Terdapat tiga faktor yang menghubungkan antara kedekatan
daya tarik interpersonal, yaitu pertama, kedekatan biasanya meningkatkan
keakraban. Kedua, kedekatan sering berkaitan dengan kesamaan. Kita
seringkali memilih untuk tinggal dan bekerja dengan orang lain yang kita kenal
dan selanjutnya kedekatan geografi kita akan meningkatkan kesamaan kita. Faktor
ketiga adalah bahwa orang yang dekat secara fisik lebih mudah didapat dari
pada orang yang jauh (Sears dkk. 1992).
C.
HUBUNGAN PERAN
Menurut R Linton, peran adalah dynamic aspect of status. Dengan kata lain seseorang menjalankan
perannya sesuai hak dan kewajibannya. Sementara menurut Merton, definisi peran
adalah “Complement
of role
relationship which
person have by virtue of
occupyig a particular status”. Atau dengan kata lain, pelengkap
hubungan peran yang dimiliki seseorang karena menduduki status sosial tertentu.
a)
Model Peran
Model peran dapat membantu
menciptakan antusiasme untuk kegiatan yang membutuhkan kecerdasan tertentu. Interaksi dengan orang-orang yang memiliki
peran berdasarkan kelebihan dalam satu
kecerdasan,
mendengarkan kisah, dan pengalaman dapat memperluas wawasan. Ada 2
jenis peran:
1)
Role expectation
: peran yang diharapkan oleh masyarakat
2)
Role performance
: peran yang diharapkan oleh pemegang peran.
D.
INTIMASI DAN
HUBUNGAN PRIBADI
Intimasi dapat dilakukan terhadap
teman atau kekasih. Intimasi adalah keakraban, keinginan untuk mendekat,
memahami kehangatan menghargai kepercayaan. Intimasi mengandung pengertian sebagai
elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan
emosional dengan orang yang dicintainya. Dorongan ini menyebabkan individu bergaul
lebih akrab,
hangat, menghargai, menghormati dan mempercayai pasangan yang
dicintai dibandingkan dengan orang yang tidak dicintai. Mengapa seseorang merasa intim dengan
orang yang dicintai?
Hal ini karena masing-masing individu merasa saling membutuhkan dan melengkapi
antara satu dan yang lain dalam segala hal. Masing-masing merasa tidak dapat
hidup sendiri tanpa bantuan dan kehadiran pasangan hidup sisinya.
E.
KONFLIK DALAM
HUBUNGAN PRIBADI
Robbins (1996) dalam “Organization Behavior” menjelaskan bahwa konflik adalah suatu
proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidak sesuaian antara dua
pendapat (sudut
pandang)
yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun
pengaruh negatif.
Sedang menurut Luthans (1981) konflik adalah kondisi yang
ditimbulkan oleh adanya kekuatan yang saling bertentangan kekuatan-kekuatan ini
bersumber pada keinginan
manusia. Istilah konflik sendiri diterjemahkan dalam beberapa istilah yaitu
perbedaan pendapat,
persaingan,
dan permusuhan.
Perbedaan pendapat tidak selalu
berarti perbedaan keinginan.
Oleh karena konflik bersumber pada
keinginan, maka perbedaan pendapat tidak selalu berarti konflik. Persaingan
sangat erat hubungannya dengan konflik karena dalam persaingan beberapa pihak menginginkan
hal yang sama tetapi hanya satu
yang mungkin mendapatkannya. Persaingan tidak sama dengan konflik namun mudah
menjurus ke arah konflik,
terutama bila ada persaingan yang menggunakan cara-cara yang bertentangan
dengan aturan yang disepakati.
Permusuhan bukanlah konflik karena orang
yang terlibat konflik bisa saja tidak memiliki rasa permusuhan. Sebaliknya
orang yang saling bermusuhan bisa saja tidak berada dalam keadaan konflik.
Konflik sendiri tidak selalu harus dihindari karena tidak selalu negatif
akibatnya. Berbagai konflik yang ringan dan dapat dikendalikan (dikenal dan ditanggulangi) dapat berakibat positif bagi mereka yang
terlibat maupun bagi kelompok. Orang sering menganggap konflik bersumber dari
tindakan dan inti persoalan namun sebenarnya konflik sering disebabkan oleh
komunikasi yang buruk. Komunikasi dapat menjadi masalah besar titik banyak
persoalan dapat diselesaikan jika komunikasi berjalan lancar.
Komunikasi yang buruk memperparah persoalan karena setiap orang yang
terlibat dalam konflik secara tidak sadar mereka-reka motivasi buruk pihak
lain. Perbedaan antara Pesan yang disampaikan dan pesan yang diterima akan
menimbulkan masalah komunikasi ketika konflik berlangsung. Setiap hubungan
antar pribadi mengandung unsur-unsur konflik, pertentangan pendapat atau perbedaan
kepentingan.
Yang dimaksud konflik adalah situasi dimana
tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi menghambat atau mengganggu
tindakan pihak lain (Jhonson, 1981).
Kendati unsur konflik selalu terdapat dalam
setiap bentuk hubungan antar pribadi,
pada umumnya individu memandang konflik sebagai keadaan yang buruk dan harus
dihindarkan.
Konflik dipandang sebagai faktor yang akan
merusak hubungan, maka harus dicegah.
Namun, kini banyak orang mulai sadar bahwa
rusaknya suatu hubungan lebih disebabkan oleh kegagalan memecahkan konflik
secara konstruktif,
adil dan memuaskan kedua belah pihak bukan oleh munculnya konflik itu sendiri.
Pengelolaan konflik secara konstruktif,
konflik dapat memberikan manfaat positif bagi diri kita sendiri maupun bagi
hubungan kita dengan orang lain. Beberapa contoh manfaat dari konflik adalah
sebagai berikut (Jhonson, 1981):
1)
Konflik dapat
membuat kita sadar bahwa ada masalah yang perlu diselesaikan dalam hubungan
kita dengan orang lain.
2)
Konflik dapat
memunculkan kesadaran dan memotivasi kita untuk melakukan berbagai perubahan
dalam diri kita.
3)
Konflik dapat
memotivasi kita untuk segera memecahkan masalah yang selama ini tidak kita
sadari dengan jelas.
4)
Konflik juga bisa
membuat kehidupan menjadi lebih menarik.
5)
Munculnya konflik
dalam ragam pendapat bisa membantu kita ke arah pencapaian keputusan bersama
yang lebih matang dan qualified.
6)
Konflik juga dapat
menghilangkan ketegangan ketegangan kecil yang sering terjadi dan muncul dalam
hubungan kita dengan orang lain.
7)
Konflik juga dapat
membuat diri kita sadar tentang dan bagaimana kita sebenarnya.
8)
Konflik bahkan
dapat menjadi sumber hiburan.
9)
Konflik dapat
mengakrabkan dan memperluas hubungan.
F.
STRATEGI KONFLIK
ANTAR PRIBADI
Konflik
dalam komunikasi perlu diatasi maka dari itu yang perlu dilakukan adalah
sebagai berikut
1) Perlu
keterampilan untuk membedakan yang wajar dan sehat serta terampil untuk
mengelolanya.
2) Menerapkan
batas secara konstruktif antara yang boleh dibahas dengan yang tidak.
3) Memulai
percakapan yang bermanfaat dan dapat diterima setiap pihak.
4) Mengarahkan
pada batas-batas yang disepakati.
5) Terampil
menyatakan ketidak Setujuan tanpa ada kesan menolak gagasan pihak lain.
6) Sebaliknya,
Iya mampu menerima ketidak Setujuan pihak lain tanpa merasa ditolak.
7) Melihat
konflik dari sudut pandang orang lain.
8) Mengarahkan
keputusan pada kepuasan bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar