Rabu, 25 Maret 2020

Fertilitas - Makalah Ilmu Kependudukan


FERTILITAS PENDUDUK

Dosen Pembimbing : Zulhafizh, M.Pd.

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Ilmu Kependudukan








OLEH:


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2019/2020


KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah Ilmu Kependudukan dengan judul "Kemiskinan" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

Pekanbaru, 04 September 2019


Kelompok 4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A.    Latar Belakang........................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C.    Tujuan......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 4
A.     PENGERTIAN........................................................................................... 4
B.      KONSEP-KONSEP FERTILITAS.......................................................... 4
C.     FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
FERTILITAS............................................................................................. 5
D.     STUDI PERBEDAAN FERTILITAS DI INDONESIA......................... 9
E.     UKURAN DASAR FERTILITAS.......................................................... 11
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 20
A.    KESIMPULAN........................................................................................ 20
B.     SARAN...................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ iv





BAB I
PENDAHULAN
A.    LATAR BELAKANG
Penduduk merupakan sekumpulan orang-orang yang telah lama menempati suatu daerah. Kepadatan penduduk dapat dihitung berdasarkan jumlah penduduk untuk setiap satu kilometer persegi. Cara menghitungnya adalah dengan membandingkan jumlah penduduk di suatu daerah dengan luas daerah yang ditempati. Jumlah penduduk di suatu daerah atau negara mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini disebut dinamika penduduk. Perubahan penduduk ini dipengaruhi oleh faktor  kelahiran, kematian, dan migrasi. Pertumbuhan penduduk dikatakan meningkat bila  kelahiran lebih tinggi daripada kematian.
Di indonesia, dari tahun 1930 hingga tahun 1980 tingkat pertumbuan penduduk terus meningkat. Tingginya tingkat pertumbuhan tersebut karena selisih antara tingkat kelahiran dan kematian semakin besar. Hal ini disebabkan karena lebih cepatnya penurunan tingkat kematian dibandingkan dengan tingkat kelahiran. Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik yang sama. Beragam pengelompokan dapat dibuat seperti atas dasar etnis, agama, kewarganegaraan, bahasa, pendidikan yang disesuaikan, umur, jenis kelamin, dan golongan pendapatan. Adakalanya istilah tertentu digunakan untuk komposisi atas dasar karakteristik tertentu misalnya, struktur penduduk dan piramida penduduk bagi komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, dan distribusi penduduk bagi komposisi penduduk menurut geografis tempat tinggal.
Jumlah penduduk selalu bertambah menimbulkan kepadatan populasi terus meningkat. Hal ini akan berpengaruh pada daya dukung lingkungan. Daya dukung lingkungan yang terbatas menyebabkan terjadinya kelangkaan sumber daya alam. Terjadinya pencemaran, dan timbul persaingan untuk mendapatkan sumber daya alam. Selain itu pertumbuhan penduduk yang tinggi tanpa diikuti pertumbuhan ekonomi yang seimbang sering kali hanya menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas rendah. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Agar permasalahan yang timbul dapat ditekan serendah mungkin. Memang semakin padat suatu daerah tidak bisa menjadi tolak ukur pasti mengenai kesehatan penduduknya. Karena hal tersebut kembali lagi kepada kesadaran penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Apabila mereka memiliki kesadaran yang tinggi mengenai lingkungan, tentu masalah padat penduduk dengan kesehatan akan bisa diatasi. Tetapi sebaliknya, apabila kesadaran mengenai lingkungan masih rendah, maka penyakit pun siap menghampiri.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan fertilitas?
2.      Apa saja konsep-konsep dari fertilitas?
3.      Apa saja faktor-faktor dari fertilitas?
4.      Bagaimana ukuran dasar dari fertilitas?

C.     Tujuan
1.      Memahami definisi dari fertilitas.
2.      Memahami konsep-konsep dari fertilitas.
3.      Mengetahui faktor-faktor dari fertilitas.
4.      Memahami ukuran dasar dari fertilitas.






BAB II
PEMBAHASAN
A.      PENGERTIAN
Fertilitas ialah suatu istilah yang dipergunakan didalam demografi untuk menggambarkan jumlah anak yang benar-benar dilahirkan hidup. Istilah tersebut kadang-kadang dipergunakan berlawanan dengan penggunaan biasa, yang berarti hasil reproduktif sebenarnya, dan bukan hasil reproduksi yang mungkin terjadi. Fertilitas ialah suatu ukuran yang diterapkan untuk mengukur hasil reproduktif wanita yang diperoleh dari data statistik jumlah kelahiran hidup.[1]
Menurut Sri Hardjati Hatmadji dalam buku “Dasar-Dasar Demografi”, fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup.[2]

B.        KONSEP-KONSEP FERTILITAS
1.      Lahir Hidup (Live Birth)
Menurut UN dan WHO , adalah suatu kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan, misal: bernafas, ada denyut jantungya atau denyut tali pusat atau gerakan-gerakan otot.
2.      Lahir Mati (Still Birth)
Adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu, tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
3.      Abortus
Kematian bayi dalam kandungan dengan umur kehamilan kurang dari 28 minggu. Ada dua macam Abortus: disengaja (induced) dan tidak disengaja (spontantaneous).
Induced abortion dapat:
a.       Berdasar alasan medis, misalnya: karena mempunyai penyakit jantung yang berat sehingga membahayakan jiwa si ibu.
b.      Tidak berdasarkan alasan medis.
4.      Masa Reproduksi (Childbearing Age):
Masa dimana wanita mampu melahirkan, yang disebut juga usia subur (15-49th).

C.     FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi fertilitas yang ditulis oleh Hadmadji dalam buku “Dasar-Dasar Demografi[3]
1.      Menurut Kingsley Davis & Judith Blake
Tiga tahap penting dari proses reproduksi adalah :
a.       Tahap hubungan kelamin (intercourse)
b.      Tahap konsepsi (conseption)
c.       Tahap kehamilan (gestation )
Faktor-faktor sosial ,ekonomi dan budaya yang mempengaruhi fertilitas akan melalui faktor-faktor yang langsung ada kaitannya dengan ketiga tahap reproduksi di atas. Faktor-faktor yang langsung mempunyai kaitan dengan ketiga tahap disebut ‘VARIABLE ANTARA’
Davis dan Blake menyebutkan 11 variabel antara yang dikelompokkan sebagai berikut:
a.       Enam (6) ‘intercourse variables’ yaitu faktor – faktor yang mempengaruhi hubungan kelamin (intercourse) yaitu :
1)      Umur memulai hubungan kelamin.
2)      Selibat permanent : proporsi wanita yang tak pernah mengadakan hubungan kelamin.
3)      Lamanya berstatus kawin.
4)      Abstinensia sukarela.
5)      Abstinensia terpaksa ( misal : sakit, berpisah sementara ).
6)      Frekuensi senggama.
b.      Tiga (3)  conception variable’ yaitu faktor – faktor yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya konsepsi (conception ) .
7)      Fekunditas atau infekunditas yang disebabkan hal-hal yang tidak disengaja.
8)      Pemakaian kontrasepsi.
9)      Fekunditas atau infekunditas yang disebabkan hal-hal yang disengaja (misal: sterilisasi ).
c.       Dua (2) “gestation variable” yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan.
10)  Mortalitas janin karena sebab-sebab yang tidak disengaja.
11)  Mortalitas janin karena sebab-sebab yang disengaja.
2.      Menurut Ronald Freedman
Intermediate variable’ sangat erat hubungannya dengan norma – norma sosial/masyarakat. Jadi pada akhirnya perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh norma yang ada.
DIAGRAM FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI        FERTILITAS OLEH RONALD FREEDMAN
 











3.      Menurut H. Leibenstein :
Anak dilihat dari 2 segi yaitu : segi kegunaan (utility) dan biaya (cost) . Kegunaannya ialah memberikan kepuasan, dapat memberikan balas jasa ekonomi atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta merupakan sumber yang dapat menghidupi orang tua di masa depan. Sedangkan pengeluaran untuk membesarkan anak adalah biaya dari mempunyai anak tersebut.
Apabila ada kenaikan pendapatan, aspirasi orang tua akan berubah. Orang tua mengingikan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti biaya (cost) nya naik. Sedangkan kegunaannya turun sebab walaupun anak masih memberikan kepuasan akan tetapi balas jasa ekonominya turun. Disamping itu orang tua juga tak  tergantung dari sumbangan anak. Jadi biaya membesarkan anak lebih besar daripada kegunaannya. Hal ini mengakibatkan ‘demand  terhadap anak menurun atau dengan kata lain fertilitas turun.
4.      Menurut Gary Becker
Ia menganggap anak sebagai barang konsumsi tahan lama (durable golds). Orang tua mempunyai pilihan antara kuantitas dan kualitas anak. Kualitas diartikan pengeluaran (biaya) rata-rata untuk anak oleh suatu keluarga yang didasarkan atas 2 asumsi :
a.       Selera orang tua tidak berubah.
b.      Harga anak dan barang-barang konsumsi lainnya tidak dipengaruhi keputusan rumah tangga untuk berkonsumsi.

D.    STUDI PERBEDAAN FERTILITAS DI INDONESIA
Ada beberapa faktor penentu dalam studi perbedaan fertilitas di Indonesia, antara lain[4] (Hadmadji, 1981: 80-82):
1.      Tempat tinggal wanita pada saat pencacahan.
Pengamatan terhadap  perbedaan fertilitas menurut tempat tinggal (kota-pedesaan) , menunjukkan bahwa fertilitas di daerah kota sedikit lebih tinggi daripada di pedesaan.
Gavisn Jones et. Al., memberikan ulasan mengenai tingginya tingkat fertilitas di kota mungkin disebabkan oleh tingginya tingkat ‘memory lapse ’ wanita pedesan dibandingkan wanita yang tinggal di daerah kota .
Harijati Hatmadji et. Al., sebaliknya mempunyai pendapat bahwa fertilitas di jawa-pedesaan memang sedikit lebih tinggi daripada di jawa-kota.
Mengingat perbedaannya hanya sedikit ini mungkin disebabkan oleh konsep urban/rural yang dipakai. Konsep tersebut lebih menekankan  pada fasilitas fisik di suatu daerah daripada cara hidup penduduk yang tinggal di daerah tersebut.
2.      Tingkat pendidikan
Pengaruh pendidikan terhadap fertilitas tidak tepat seperti yang diperkirakan, yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh wanita, makin rendah fertilitasnya.
Bondan Supraptilah et. Al., Dengan menggunakan data Survey Fertilitas Mortalitas Indonesia melaporkan bahwa hubungan antara tingkat pendidikan dan fertilitas berbeda dari satu daerah ke daerah lain . Misalnya : Di pedesaan di Jawa Barat dan Sulawesi  serta daerah kota di Jawa tengah hubungan tersebut berbentuk U terbalik. Sebaliknya hubungan berbentuk U terdapat di daerah kota di Sulawesi dan perdesaan di Jawa Tengah .
3.      Umur Perkawinan Pertama
Sejalan dengan pemikiran bahwa makin muda seseorang melakukan perkawinan makin panjang masa reproduksinya maka dapat diharapkan makin muda seseorang melangsungkan perkawinannya makin banyak pula anak yang dilahirkan, jadi hubungan antara  umur perkawinan dan fertilitas negative. Hipotesa ini mendapat dukungan peneliti-peneliti dalam penemuan atas studi-studinya.
4.      Pengalaman Bekerja
Ukuran yang dipakai untuk factor pengalaman bekerja berbeda-beda misal : jenis pekerjaan, lapangan pekerjaan, status pekerjaan, kegiatan yang biasanya dilakukan (usual activity).
Menurut Iskandar dengan studinya berdasarkan sensus penduduk 1971 serta Harijati Hatmadji et. Al., dengan memakai data SUPAS II melaporkan bahwa wanita yang mengurus rumah tangga saja cenderung memiliki anak lebih banyak sedangkan wanita yang bekerja mempunyai anak lebih sedikit. Penggolongan yang mereka lakukan atas kegiatan yang biasanya dilakukan  adalah wanita yang bekerja, mencari pekerjaan, dan mengurus rumah tangga. Selanjutnya Harijati Hatmadji menambahkan bahwa perbedaan jumlah anak yang dilahirkan antara wanita yang bekerja dan yang mengurus rumah tangga lebih besar di kota daripada di pedesaan.

E.     UKURAN DASAR FERTILITAS
Ukuran fertilitas dibagi menjadi dua pengukuran:
a.       Pengukuran Fertilitas Tahunan
Pengukuran fertilitas tahunan hampir sama dengan pengukuran mortalitas. Pengukuran fertilitas tahunan meliputi:
1.            Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate)
Angka kelahiran kasar yaitu jumlah kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu per 1000 penduduk pada pertengahan tahun dan merupakan ukuran fertilitas yang paling sederhana karena data yang diperlukan hanya jumlah kelahiran dan dan jumlah seluruh penduduk.
 Rumus:
di mana   :
CBR       = Crude Bride Rate atau Tingkat Fertilitas Kasar
Pm          = Penduduk Pertengahan tahun
K             = Bilangan konstanta yang biasanya bernilai 1.000
B             = Jumlah kelahiran pada tahun tertentu
Contoh :
Berdasarkan sensus 2010 di Jabar terdapat jumlah penduduk 25 juta jiwa dan banyaknya bayi yang lahir hidup dalam setahun adalah 500.000 jiwa. Berapakah CBR Jabar?

CBR       500.000      x 1000
                  25.000.000
= 20
Artinya setiap 1000 penduduk terdapat 20 kelahiran.

2.            Angka Ferilitas Umum (General Fertility Rate)
Membandingkan jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk wanita usia 15-49 tahun karena penduduk yang mempunyai resiko hamil adalah wanita dalam usia reproduksi (umur 15-49 tahun).
Rumus:
                  
Di mana  :
GFR            = Angka fertilitas umum
B                 = Jumlah kelahiran
Pf (15-49) = Jumlah penduduk wanita umur 15-49 tahun pada pertengahan tahun
k                   = biasanya 1000   
Contoh :
Penduduk Negara X pada pertengahan tahun 2011 sebesar 200 juta, penduduk wanita umur 15-49 tahun sebesar 40 juta sedang jumlah kelahiran selama tahun 2011 = 8 juta.
Berapa GFR-nya ?
Jawab :  GFR = 8.000.000     x 1000 = 200
    40.000.000
Artinya tiap 1.000 wanita umur 15 – 49 tahun selama satu tahun melahirkan 200 bayi.

3.            Angka Fertilitas Khusus Menurut Umur (Age Specific Fertility Rates)
Apabila (sebagai tambahan penduduk wanita yang diklasifikasikan menurut umur) data jumlah kelahiran menurut umur ibu sudah tersedia, maka pola angka kelahiran khusus menurut umur akan dapat dihitung dengan cara membagi jumlah kelahiran oleh ibu yang tercakup di dalam setiap umur (atau kelompok umur) dengan jumlah wanita yang tercaup pada umur (kelompok umur) itu di dalam suatu jumlah penduduk tertentu.
Rumus :
di mana      :
ASFRi       = Angka fertilitas khusus menurut umur
Bi              = jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i
Pfi             = jumlah wanita kelompok umur i pada pertengahan tahun
k                = angka konstante = 1000
Contoh :
Capture.PNG

4.            Angka Fertilitas Menurut Urutan Kelahiran (Birth Order-Specific Fertility Rate)
Angka fertilitas menurut urutan kelahiran sangat penting untuk mengukur tinggi rendahnya fertilitas di suatu Negara. Karena kemungkinan seorang isteri untuk menambah jumlah kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya.
Rumus :
di mana   :
BOSFR              = Birth Order Specific Fertility Rate
Boi                     = jumlah kelahiran urutan ke i
Pf(15-49)            = jumlah wanita umur 15-49 tahun pada pertengahan tahun
k                         = bilangan konstan = 1000
Contoh :

b.   Pengukuran Fertilitas Kumulatif
                  Dalam pengukuran fertilitas kumulatif, kita mengukur rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh wanita pada waktu wanita itu memasuki usia subur hingga melampaui batas reproduksinya (umur 15-49 tahun). Pengukuran fertilitas kumulatif meliputi :
1.      Tingkat Fertilitas Total (Total Fertility Rate)
Tingkat fertilitas total didefinisikan sebagai jumlah kelahiran hidup tiap 1000 wanita yang hidup hingga akhir masa reproduksinya dengan catatan :
a)      tidak ada seorang wanita yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya,
b)      tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada pada periode tertentu.
Rumus :
di mana      :
TFR           = Total Fertility Rate
∑i              = jumlah tingkat fertilitas menurut umur
ASFRi       = tingkat fertilitas menurut umur ke i dari kelompok berjenjang 5 tahunan
Contoh :
TFR           = 5 x jumlah ASFRi
                  = 5 x 1.016,1
                  = 5.080,5
Artinya setiap 1000 perempuan setelah melewati masa suburnya akan melahirkan 5.080,5 bayi laki-laki dan perempuan.
2.      Gross Reproduction Rate (GRR)
Gross Reproduction Rate ialah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1000 wanita sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidak ada seorang wanita yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya.
Rumus :          
di mana      : ASFRfi adalah tingkat fertilitas menurut umur ke i dari kelompok berjemjang 5 tahunan.

Contoh :
Menurut tabel Negara Jepang pada tahun 1965, hitunglah GRRnya!
Kelp. Umur
Jumlah Perempuan
Jumlah Kelahiran Bayi Perempuan
ASFR Per 1000 Perempuan
1
2
3
4=3/2=1000
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49

5.373.500
4.572.400
4.206.800
4.110.100
3.751.000
3.231.700
2.697.200
8.624
250.389
416.112
172.793
35.380
4.805
228
1,6
54,76
98,91
42,04
9,43
1,49
0,08

Jumlah ASFR
208,31


Jawaban :  GRR    = 5 x ASFRfi
                              = 5 x 208,31
                              = 1041,55
Artinya terdapat 1041,55 kelahiran bayi perempuan tiap 1000 perempuan usia produksi.

3.      Net Reproduction Rate (NRR)
Net Reproduction Rate ialah jumlah kelahiran bayi wanita oleh sebuah kohor hipotesis dari 1000 wanita dengan memperhitungkan kemungkinan meninggalnya wanita-wanita itu sebelum mengakhiri masa reproduksinya.
Rumus :     
di mana      :
           = jumlah perempuan-perempuan yang dapat bertahan hidup umur tertentu dengan mengalikannya dengan kemungkinan hidup dari waktu lahir hingga mencapai umur.

Contoh :
Perhatikan tabel berikut dan hitung NRRnya!
g.PNG
Jawaban :
NRR            = 5 x 201.246
                    = 1.006,23
Artinya terdapat 1.006,23 kelahiran bayi perempuan tiap 1000 perempuan.



BAB III
PENUTUP
A.    SIMPULAN
Fertilitas ialah suatu istilah yang dipergunakan didalam demografi untuk menggambarkan jumlah anak yang benar-benar dilahirkan hidup. Konsep-konsep fertilitas ada empat, yaitu: lahir hidup (live birth), lahir mati (still birth), abortus, dan masa reproduksi (childbearing age).
Menurut Kingsley Davis & Judith Blake terdapat 11 variabel antara yang dikelompokkan dalam tiga tahap penting dari proses reproduksi, yaitu : 6 tahap hubungan kelamin (intercourse), 3 tahap konsepsi (conseption), dan 2 tahap kehamilan (gestation).
Ada beberapa faktor penentu dalam studi perbedaan fertilitas di Indonesia, antara lain: tempat tinggal wanita pada saat pencacahan, tingkat pendidikan, umur perkawinan pertama, dan pengalaman bekerja.
Selain itu terdapat pula masalah pengukuran fertilitas meliputi : angka kelahiran dikaitkan dengan kelahiran yang meliputi suatu periode tertentu, suatu kelahiran selalu melibatkan pria dan wanita, satu kelahiran yang terjadi pada umur 80 tahun telah menghasilkan kelahiran yang banyak, penyebut angka kelahiran, terutama yang menyangkut jumlah penduduk yang menghadapi resiko, kenyataannya sangat sulit dihitung, dalam banyak hal perbedaan anatara kelahiran hidup dan kelahiran mati (still-birth) biasanya sulit diklasifikasikan secara konsisten, dan akibat prefen dan pandangan pribadi akan membawa pengaruh yang cukup kuat terhadap jumlah anak yang dikehendaki.
B.     Kritik dan Saran
Demikianlah makalah tentang “Fertilitas Penduduk” yang telah Kami paparkan. Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu kritik yang membangun dari pembaca sangat Kami harapkan untuk perbaikan. Harapan Kami, semoga makalah ini dapat memberi pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua.



DAFTAR PUSTAKA
Dwijowinito, Kasyio. (1993). Dasar-dasar Ilmu Kepelatihan. IKIP Semarang Press (Karya asli
diterbitkan 1984)
Sri Hardjati Hatmadji. (1981). Dasar-Dasar Demografi. Gadjah Malia University Pres,
Yogyakarta
Hatmadji, Sri Harjati. 1981. “Fertilitas” dalam Dasar-dasar Demografi. Jakarta: Lembaga
Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia




[1] Dwijowinito, Kasyio. (1993). Dasar-dasar Ilmu Kepelatihan. (Pate, Rusel, R., Mc Clenghan, Bruce, dan Rotella, Robert, Terjemahan). IKIP Semarang Press (Karya asli diterbitkan 1984), hlm. 141
[2] Sri Hardjati Hatmadji. (1981). Dasar-Dasar Demografi. Gadjah Malia University Pres, Yogyakarta, hlm. 57
[3] Ibid, hlm. 77-78
[4] Hatmadji, Sri Harjati. 1981. “Fertilitas” dalam Dasar-dasar Demografi. Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, hlm. 80-82

Tidak ada komentar:

Posting Komentar