Mata Kuliah
Dosen Pembimbing
Psikologi sosial Rahmah,
M.Si
DIRI PRIBADI DAN SOSIAL (IDENTITAS
SOSIAL)
DISUSUN OLEH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN
SYARIF KASIM RIAU
TAHUN
AKADEMIK 2018/2019
PEMBAHASAN
DIRI
PRIBADI DAN SOSIAL (IDENTITAS SOSIAL)
Manusia adalah makhluk yang
bertanya akan dirinya. Makhluk yang mencari identitas dirinya. Makhluk dengan
kesadaran di manakah seharusnya berada. Keadaan tersebut tidak terjadi pada
makhluk-makhluk lainnya seperti, hewan, tumbuhan, dan lingkungan sekitarnya.
Menurut aristoteles menyebut manusia sebagai hewan yang berfikir. Ketika manusia
berfikir, pada saat itu manusia menyadari keberadaannya. Sedangkan menurut
Descartes menyebutkan manusia adalah hewan yang berfikir, maka yang menyadari
keberadaan sesuatu yang menyadari sesuatu yang lain itu ada adalah manusia
bukan yang tersebut.
Berfikir adalah proses akan
lahirnya kesadaran. Kesadaran berarti sadar sesuatu kesadaran akan sesuatu,
maksudnya adalah ada diri selain diri kita yang berada diluar sana atau diluar
diri, adanya subjek dan objek. Kesadaran menimbulkan juga pemilihan, keraguan,
dan pencarian makna.
A. INDIVIDU DAN
IDENTITAS SOSIAL
Manusia
sebagai pribadi yang tidak dirumuskan sebagai suatu kesatuan tanpa sekaligus
menghubungkannya dengan lingkungan sekitarnya. Ketika kita membicarakan
identitas disitu juga kita membicarkan kelompok. Buat Verkuyten, gagasan
tentang identitas adalah hubungan antara individu dengan lingkungannya.
Adanya identitas dapat lebih memudahkan
manusia mengambarkan keadaan sesuatu sehingga dapat memberikan kemudahan manusia
untuk bertindak. Manusia tidak hidup sendiri tetapi hidup bersama dalam
masyarakat dan lingkungannya, makanya identitas terbentuk, ini karena manusia
butuh pengenalan diri. Identitas juga hadir biar manusia dapat saling mengenal
sesama dan dapat membedakan sesama. Identitas sosial sebagai teori tidaklah
berangkat dari kekosongan lalu terbentuk begitu saja mengisi bidang psikologi
sosial. Teori identitas sosial adalah evolusi teori yang keluar dari teori
kategosiasi sosial.
B. KATOGORI SOSIAL
Terjadi ketika kita berfikir
tentang seseorang baik diri kita ataupun orang lain sebagai anggota kelompok
sosial yang berarti atau bermakna. Kategori sosial ini bisa saja berdasarkan
dari ciri-ciri fisik, asal dari instansi mana mereka berasal, jenis kelamin,
umur, dan lain-lain sekitarannya bisa membentuk kelompok sosial. Ketegorisasi
diri terjadi jika seseorang berfikir terhadap diri nya ( dari pada berfikir
tentang orang lain ) sebagai anggota kelompok sosial. Ketegorisasi diri
melibatkan di dalamnya perbandingan antara kelompok yang mereka miliki (
In-group ) dan kelompok yang tidak mereka rasa milikinya (Out-group ) Tujuan
dari ketegori sosial merupakan bagian dasar dari presepsi manusia untuk
mempresepsikan yang lain.
Pengaruh dari kategorisasi sosial
tidak melulu memberikan pengaruh yang positif saja, malah mungkin cenderung
negatif. Proses kategorisasi sosial juga memberikan kepada kita informasi yang
membuat kita mengetahui kita ini sebagai bagian dari mana sehingga kitapun
dapat mengetahui dengan jelas. Disamping itu proses kategosisasi sosial
memberikan kemudahan kognitif pada manusia.
C. TEORI IDENTITAS
SOSIAL
Dalam teori identitas sosial,
seorang individu tidaklah sebagai individu sebagai muthlak satu dalam kehidupan
nya. Individu bagian dari kelompok tertentu baik di sadari maupun tidak di
sadari. Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu secara sosial
dapat didefinisikan. Dalam hal identitas, identitas itu ada yang terberi tetapi
ada juga yang memang berasal dari proses pencarian. Identitas yang terberi
contoh nya saja dalam hal identitas laki-laki dan perempuan.
Namun demikian dengan kemajuan
teknologi yang ada, Identitas yang terberipun bisa terganti dengan identitas
yang kita inginkan, misalkan saja yang tadi nya Andi memiliki identitas
laki-laki, namun dia memutuskan untuk merubah alat kelamin nya menjadi
perempuan,sehingga identitas Andi sekarang menjadi Perempuan. Penjelasan
tersebut memberikan contoh saja kalau terkadang kitapun berhak memiliki
identitas kita sendiri. Karena manusia sebagai individu tidak bisa melepas keberadaan
nya dalam masyarakat maka status identitas kitapun saja datang dari orang lain
ini bisa timbul karena ketika identitas terlahir.
Selain berusaha untuk mengenal
identitas sendiri, manusiapun untuk memberikan identitas kepada orang lain.
Terkadang malah seorang individu tidak memiliki keberhakan memilih nidentitas
yang dirasa lebih dekat dengannya. Sebuah identitas hadir karena manusia butuh
untuk mengkategorisasikan sesuatu. Dengan begitu identitas sosial melibatkan
pula kategori dari menetpakan seseorang kedalam struktur sosial atau wilayah
sosial tertentu.
D. IDENTIFIASI SOSIAL
DAN IDENTIFISI
Dengan adanya identitas kita memang
menjadi tahu siapa kita dan siapa orang lain yang ada di depan kita, dimana
posisi dia berasal ,dab seperti apa dia seharusnya. Pembahsan nya, suatu
identitas individu itu, yang melekat pada dirinya tidaklah suatu identitas,
melainkan banyak identitas. Identifikasi dikatakan Verkuyten sebagai porses
psikologi mekibatkan diri kedalam proses kontruksi sosial. Mengidentifikasikan
pada diri individu adalah awal dari nya untuk mendapatkan indentitas.
Mengidentifikasikan identitas mungkin akan sedikit mudah jika masyrakat yang
ada homogen sifatnya, bukan heterogen.
Karakteristik masyarakat yang biasanya hadir
pada masyrakat pedesaan. Mengidentifikasikan identitas cukup sulit ketika kita
berhadapan dengan strukstur masyarkat perkotaan, dimana disitu terjadi banyak
interaksi dalam masyarakat yang lebih multikultular sifatnya. Krisi identitas
yang terjadi bisa pula karena akibat dari perubahan sosial yang cepat dan
banyak perubahan dalam tatanan sosial yang tanpa memberi cukup waktu proses
menyesuaikan diri. Banyak-banyak orang mengalami keraguan, kebingunggan dan
kecemasan tentang situasi yang sedang dihadapi tentang masa depan mereka. Krisis
identitas juga bisa terjadi karena identitas menonjol yang disandangnya
memberikan nilai yang negative buatnya. Memiliki identitas sosial yang banyak
memungkinkan timbulnya kombinasi pada tiap identitas tersebut.ini terjadi
karena tiap identitas sosial itu tidak bebas, melainkan berhubungan dekat pada
tiap-tiapnya.
Kompleksitas
sosial yang tinggi adalah individu yang secara subjektif cukup sulit
diidentifikasikan dia merupakan representasi dari kelompok mana. Individu yang
lebih sering bertemu, interaksi, dengan kelompok yang itu-itu saja akan lebih
membuat individu tersebut merasa telah menyatu dengan kelompoknya. Individu
yang demikian menurut Brewer akan lebih berelasi negatif terhadap inklusifitas
in-grup toleransi terhadap out-grup, dia akan bersifat intoleran pada
kelompoknya yang dianggapnya berbeda. Tetapi individu yang rendah tingkat
kompleksitas sosial akan lebih tidak toleran dan menerima out-group secara umum
dibandingkan dengan individu yang tinggi kompleksitas sosialnya. Nilai positif
kelompok cenderung akan lebih tinggi pada individu yang rendah kompleksitas
sosialnya.
E.
IDENTIFIASI IDENTITAS DAN TERHADAP RASA
Problem
identitas sosial yang komplek akan berpengaruh sekali terhadap identifikasi
diri, berada pada seperti apa diri individu tersebut. Ketika sudah memutuskan
identifikasi yang dipilih, bukan berarti
identitas-identitas lain dinafikan dan tidak diakui. Tetapi, walaupun mereka
mengindentifikasikan diri mereka sebagai Indonesia mereka tetap memiliki
pandangan positif tentang Indonesia sebagai wilayah yang dihuni sekarang.
Pandangan positif mereka bermacam-macam, ada yang begitu bangga menjadi warga
Indonesia, ada pula yang mengatakan senang menjadi warga Indonesia, adapula
yang mengatakan senang menjadi bagian dari budaya Indonesia. Respon tersebut
tidak lepas juga dari penerimaan orang Indonesia asli terhadap pendatang,
ditambah dengan pergaulan para imigran. Pada satu titik, suatu budaya yang
mengalami perjumpaan antar budaya sulit untuk dapat menghindari bentuk diri
mereka ber-asimilasi antar karakter kedua budaya.
Walaupun
demikian, jika kita menjelaskan penjabaran tentang indentitas dalam suatu
budaya, membandingkan identitas sebenarnya tidak bisa juga dipahami dengan
merunjuk pada etnik berasal lantas kita juga membandingkan etnik kita sebagai
indentifikasi yang paling tinggi tingkatnya dan sisi lain mungkin saja orang
lain mengindifikasikan identitas etniknya berada dibawah identitas keagamaanya.
Untuk
ukuran rasa memiliki identitas dan persepsi pada masyarakat saat ini, tingkatan
identifikasi etnik sulit sekali untuk dicari siknifikasinya. Pada masyarakat
perkotaan misalnya saja, disana berkumpul berbagai masyarakat dari berbagai
etnik, agama, kepentingan dan kebiasaan. Ada pendatang yang lama dan adapula
pendatang yang baru saja tiba. Tentunya mereka tidak lansung begitu saja
berhubungan dan berkomunikasi seperti kebiasaan mereka dahulu,pastilah ada
perubahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar