Rabu, 25 Maret 2020

Sejarah Islam di Malaysia - Makalah SIAT


SEJARAH ISLAM DI MALAYSIA

Dosen Pembimbing : Widodo, M. Pd

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Sejarah Islam Asia Tenggara








OLEH:



FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2019/2020


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah Sejarah Islam Asia Teggara dengan judul "Sejaarah Islam di Malaysia" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.


Pekanbaru, 14 Oktober 2019



Kelompok 3



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
A.    Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah........................................................................................................ 2
C.    Tujuan............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 3
A.     PERKEMBANGAN ISLAM DI MALAYSIA........................................................... 3
B.      PROSES MASUKNYA ISLAM DI MALAYSIA...................................................... 7
C.     FAKTOR PENYEBARAN ISLAM DI MALAYSIA.............................................. 12
D.     BUDAYA-BUDAYA DI MALAYSIA…………………………………
E.      AGAMA YANG DIANUT SEBELUM MASUKNYA ISLAM………
F.      RESPON MASYARAKAT MALAYSIA TERHADAP AJARAN ISLAM ATAU MASUKNYA ISLAM…………………………………
BAB III PENUTUP................................................................................................................. 18
A.    KESIMPULAN........................................................................................................... 18
B.     SARAN......................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... iv



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Islam sebagai suatu kekuaan yang diperhitungkan di masa pra kolonialisme dan dalam batas tertentu perjuangan kemerdekaan dalam abad dua puluh, kekuatan dan sumbangan Islam bagi perubahan sosial politik selama ini sering diabaikan, sehingga mucullah pergolakan-pergolakan di dunia Islam mengalami kebangkitan termasuk di Malaysia.
Pada awalnya, Malaysia adalah kerajaan federal di Asia Tenggara yang terletak di semananjung Malaka dan sebagian Kalimantan Timur yang penduduknya mayoritas Islam dan konstitusi sebagai agama resmi negara, sehingga syarit Islam ditegakan dengan baik dan benar. Munculnya Islam di Malaysia berkat jasa para pedagang  yang mempunyai semangat yang tinggi dalam menyiarkan dan mengembangkan Islam dari Arab melalui Malaka.[1] yang saat itu sebagai pusat perdagangan. Karena memang jalur perdagangan merupakan salah satu media yang efektif dalam mengembangkan dan menyiarkan ajaran Islam.
Malaysia dominan masyarakatnya muslim, tampak kelihatan sangat heterogen terutama bila dilihat dari segi etnis, suku dan ras mereka. Karena itu, di Malaysia dapat dijumpai sejumlah kelompok masyarakat muslim Indo-Melayu, bahkan suku Bugis dan Makassar, banyak di sana. Walaupun Malaysia sebagai salah satu negara yang masyarakatnya dominan muslim, namun tentu masih saja menimbulkan pertanyaan mengenai tempat asal datangnya Islam di sana dan bagaimana pola perkembangannya.

B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah didalam makalah ini mencakup:
1)      Bagaimana perkembangan Islam di Malaysia?
2)      Bagaimana proses masuknya Islam di Malaysia?
3)      Apa faktor yang mempengaruhi penyebaran Islam di Malaysia?

C.     Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1)      Mengetahui bagaimana perkembangan Islam di Malaysia.
2)      Mengetahui proses masuknya Islam ke Malaysia.
3)      Mengeahui faktor yang sangat berpengaruh dalam penyebaran Islam di Malaysia.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    PERKEMBANGAN ISLAM DI MALAYSIA
Sebagaimana Islam telah menyebar dari Timur Tengah menuju Asia Tengah dan dari Afghanistan menuju India, maka Islam menyebar dari berbagai wilayah di India dan Arabia ke semenanjung Malaya dan kepulauan Indonesia. Islam dikenalkan ke wilayah Asia Tenggara dan berkembang dalam bentuk berbeda jika dibandingkan dengan bentuknya yang berkembang di Timur Tengah dan anak benua India. Sementara pada beberapa daerah Islam disebarkan melalui penakhlukan Arab dan Turki, tetapi di Asia Tenggara Islam disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan Sufi.[2]
Hubungan Nusantara dengan Asia Barat sejak zaman Islam dikatakan berlaku sejak abad ke-17 Masehi. berpedoman kepada beberapa fakta sejarah yang terdapat saat ini sama ada dalam bentuk laporan, catatan, situasi kebudayaan masyarakat dan inskripsi-inskripsi, ahli sejarah berpendapat terutama sejarahan daerah berpendapat kedatanagn Islam ke Nusantara berlaku pada abad ke-7 dan ke-8 Masehi . sedangkan sejarawan Barat berpendapat kedatangannya berlaku sekitar abad ke-13 Masehi. Di tanah Melayu kebanyakan para sejarawan daerah mengandaikan kedatangannya di sekitar abad ke-9 dan pada abad ke-12 Masehi. Kebanyakan sejarawan Barat berlaku di sekitar abad ke- 15 Masehi yang bermula dari Malaka. Namun berdasarkan kajian yang lebih menyeluruh di samping sejak abad ke- 7 dan ke-8 Masehi.[3]
Jadi, menurut kami pemakalah kelompok 3 dapat memahami bahwa tidak adanya dokumen yang lengkap mengenai kedatangan Islam ke Malaysia, menyebabkan munculnya berbagai teori tentang kapan dan dari mana Islam pertama kali menyebar di negara Malaysia memandang dari sebagian sejarawan banyak yang berbeda pendapat dalam hal ini.
Menurut catatan Marco Polo, Islam muncul ditanah Melayu ketika Parameswara memeluk agama Islam pada tahun 1414 M dan ketika Perlak menjadi daerah pertama yang memeluk agama islam. Menurut hikayat raja-raja Pasai bahwa daerah yang mula-mula memeluk Islam adalah Pasai. Adapun sejarah Melayu mengatakan bahwa daerah Pangsir, Lamri, Aru dan Perlak adalah daerah yang mula-mula di Islamkan oleh nakhoda Ismail dan Sultan Muhammad atau Faqir Muhammad.[4]
Jadi, pandangan kami pemakalah dari kelompok 3 tentang masuknya islam di Malaysia ini menurut catatan Marco Polo yang dijelaskan di paragraf di atas Islam masuk pertama di daerah Perlak, yang kami ketahui tentang daerah tersebut adalah penghasil kayu yang baik jadi banyak pembuatan kapal-kapal di daerah sana, sehingga itulah nakhoda Ismail dan Sultan Muhammad atau Faqir Muhammad mengislamkan daerah Perlak dan sekitarnya.
Malaysia merupakan negara yang mempunyai peranan strategik di kawasan Asia Tenggara pada khususnya dan dunia pada umumnya. Di samping berada pada kedudukan geografik yang menjadi laluan perdagangan antarabangsa sejak zaman dahulu. Negara Malaysia adalah negara berkembang dan masih digolongkan pada negara yang berpenghasilan menengah kebawah, tetapi beberapa sektor mendapat prestasi dunia yang telah dicapai Malaysia yaitu record kembar Petronis tertinggi di dunia, selainitu posisi mata uang ringgit cukup tangguh.
Menurut ahli sejarah, ada beberapa faktor yang meyebabkan Parmeswara memilih Malaka sebagai kediamannya, antara lain:[5]
1)      Malaka mempunyai lahan datar yang luas, sesuai dijadikan tempat tinggal dan kawasan cocok tanam.
2)      Bukit-bukit yang berada berdampingan tanah datar dapat digunakan sebagai benteng keselamatan dan pertahanan.
3)      Letaknya bertentangan dengan Sumatera yang kaya dengan keperluan perdagangan seperti beras, lada hitam, kapur, emas dan lain-lain.
4)      Faktor yang terpenting sekali, karena kedudukan Malaka di tengah-tengah perjalanan laut antara Asia Barat Farsi, India dan Cina. Sangat strategis dijadikan sebagai pelabuhan perantara atau pelabuhan internasional.
Berdasarkan faktor-faktor yang ada Malaka tumbuh dengan pesat terutama dalam bidang perdagangan. Dengan berkembangnya Malaka sebagai daerah pelabuhan yang bertaraf internasional, secara tidak langsung telah mengundang orang-orang Arab dan khususnya para pedagang dari bangsa tersebut untuk masuk ke daerah tersebut dan melakukan transaksi perdagangan. Dan puncaknya Islam mendapatkan tempat di Malaka tak kala seorang ulama dari Jeddah yang Syeikh Abdul Aziz berhasil mengislamkan Parmewara pada tahun 1414 M ( abad ke 15 ).
Menurut pemakalah, setelah Parmewara masuk islam, ia mengganti namanya dengan Sultan Megat Iskandar Shah. Kitab sejarah Melayu menceritakan bahwa Raja Malaka Megat Iskandar Shah adalah orang pertama kali di kerajaan tersebut yang memeluk agama Islam. Selanjutnya ia memerintahkan segenap warganya menjadi muslim. Dalam proses Islamisasi berikutnya, para Sultan memberi dukungan yang besar dengan turut meningkatkan pemahaman tentang Islam dan berpartisipasi dalam pengembangan wacana, kajian dan pengamalan Islam.
Terletak di semanjung Malaka Asia Tenggara Malaysia yang ibu kotanya Kualalumpur mempunyai luas wilayah 332.370 Km2 atau 2,5 kali pulau Jawa. Sebagian besar wilayahnya mempunyai luas wilayah berada 1.036 Km menyeberangi laut China selatan tepatnya di utara pulau Kalimantan dan lainnya ada di pulau Penang. Pada tahun 2002 jumlah penduduk Malaysia berkisar 22.229.040, bahasa resminya bahasa Melayu. Sedangkan agama mayoritas Islam (53 %), Budha (17 %), KongFu Chu, Tao, Chinese (11 %), Kristen (8,6 %) dan Hindu (7 %).[6] 
Malaysia terdiri dari dua bagian, Malaysia Barat dan Malaysia Timur. Malaysia Barat merupakan sebuah semananjung yang tepanjang di dunia, di bagian tengahnya membujur pegunungan dari utara ke selatan. Pegunungan tersebut tediri dari beberapa rangkaian sejajar. Daratan rendah utama adalah daratan rendah Kedah di utara, daratan rendah Selangor di Barat, daratan rendah Johor di Selatan dan daraytan rendah  Kelantang dan Pahang di Pantai Timur, daratan rendah di pantai Timur makin ke Selatan makin melebar.[7]

B.     PROSES MASUKNYA ISLAM DI MALAYSIA
Sejarah masuknya Islam di Malaysia tidak bisa terlepas dari kerajaan-kerajaan Melayu, jauh sebelum datangnya Inggris di kawasan tersebut. Sebab menurut pemakalah kerajaan ini dikenal dalam sejarah sebagai Kerajaan Islam, dan oleh pedagang Gujarat melalui daerah kerajaan tersebut mendakwahkan Islam ke Malaysia pada sekitar abad ke-9. Dari sini kemudian dipahami bahwa Islam sampai ke Malaysia belakangan ketimbang sampainya Islam di Indonesia yang sudah terlebih dahulu pada abad ketujuh.[8] Berdasarkan keterangan ini, maka asal usul masuknya Islam ke Malaysia berdasar pada yang dikemukakan Azyumardi Azra bahwa Islam datang dari India, yakni Gujarat dan Malabar.
Sebelum Islam datang wilayah Asia Tenggara, Malaysia adalah berada di jalur perdagangan dunia yang menghubungkan kawasan-kawasan di Arab dan India dengan wilayah China, dan dijadikan tempat persinggahan sekaligus pusat perdagangan yang amat penting.[9] Maka tidak heranlah jika wilayah ini juga menjadi pusat bertemunya pelbagai keyakinan dan agama (a cross-roads of religion) yang berinteraksi secara kompleks.[10] Agama dan keyakinan itu pun telah mempengaruhi susunan sosial, budaya, ekonomi, dan politik di wilayah ini.
Menurut Prof. DR. Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) bahwa ada tiga isu masuknya Islam di Malaysia yaitu Perbincangan tentang proses yang membawa kepada penyebaran Islam ke Alam Melayu akan melibatkan perbincangan yang membabitkan tiga isu. Isu-isu tersebut ialah bila tarikh sebenar Islam diperkenalkan kepada orang Melayu, dari manakah asal-usul pendakwah yang menyebarkan agama tersebut dan bagaimanakah proses ini boleh berlaku dengan begitu berkesan sekali. Dalam menghuraikan ketiga-tiga isu ini kelebihan yang terdapat dalam hujah yang diberikan oleh beliau telah mempelopori pendekatan yang memberikan perspektif tempatan tentang proses yang membawa kepada penyebaran Islam ke Alam Melayu. Isu pertama yang menimbulkan perbincangan tentang penyebaran Islam di Alam Melayu adalah berkaitan dengan bilakah tarikh tepat agama Islam mula disebarkan di rantau ini. Dalam tulisannya, Hamka cenderung berpendapat bahawa agama Islam telah diperkenalkan di rantau ini pada awal abad Hijrah (abad ketujuh Masehi). Pendapat yang beliau kemukakan ini adalah berdasarkan kajian yang lakukan dengan merujuk sumber Cina.[11] 
Pemakalah juga menemukan pendapat yang dikemukakan tersebut juga bersandar kepada tulisan oleh seorang sarjana Barat, yaitu T.W. Arnold[12]  yang mengaitkan penyebaran agama Islam dengan peranan yang dimainkan oleh pedagang-pedagang Arab. Dalam kajiannya, T.W. Arnold mendapati bahawa pedagang-pedagang Arab telahpun menjalin hubungan perdagangan dengan rantau sebelah timur sejak sebelum abad Masehi lagi. Pada abad kedua Sebelum Masehi hampir keseluruhannya perdagangan di Ceylon berada di tangan orang Arab.
Menjelang abad ke-9 Masehi kegiatan perdagangan orang Arab dengan Ceylon semakin meningkat apabila meningkatnya hubungan perdagangan antara orang Arab dengan China. Menurut rekod sejarah, menjelang pertengahan abad kelapan Masehi pedagang-pedagang Arab dapat ditemui dengan ramainya di Canton. Dari  abad ke-10 hingga abad ke-15, sebelum kedatangan Portugis, orang  Arab merupakan pedagang yang unggul dan hampir tidak tercabar dalam menjalankan kegiatan perdagangan dengan Timur.
Berdasarkan pandangan yang diberikan oleh T.W Arnold ini, Hamka berpendapat bahawa sudah semestinya apabila orang Arab memeluk agama Islam mereka akan berusaha menyebarkan agama tersebut di kawasan-kawasan di mana mereka menjalankan kegiatan perdagangan. Namun begitu, hujah yang dikemukan ini sukar untuk dibuktikan karena ketiadaan maklumat bertulis yang konklusif bagi menyokong pendapat yang diberikan. Lantaran itu, dari segi rekod Hamka setuju dengan pandangan yang umumnya disepakati, termasuklah oleh sarjana Barat bahawa Samudera-Pasai (abad ke-13-14) adalah merupakan  kerajaan Melayu-Islam yang pertama yang diwujudkan di rantau ini.
Islam masuk ke Malaysia pada abad pertama Hijrah dibawa oleh para pedagang India, Persia, dan juga Arab melalui suatu proses damai dan secara cepat diterima oleh masyarakat kerana mampu berbaur dengan adat dan kebudayaan masyarakat tempatan. Isu kedua para penyebar Islam tersebut menurut T. W. Arnold. tidak datang sebagai penakluk dengan menggunakan kekuatan pedang untuk menyebarkan Islam, sebagaimana yang terjadi di wilayah Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika.[13] Mereka juga tidak menguasai hak-hak penguasa tempatan untuk menekan rakyat, sebaliknya mereka hanya sebagai pedagang yang memanfaatkan kepintaran dan peradaban mereka yang lebih tinggi untuk kepentingan penyebaran Islam dengan memperkenalkan toleransi dan persamaan antara manusia.
Bagi penganut Hindu, yang agama mereka mengajarkan sistem kasta dalam masyarakat, agama Islam yang baru mereka kenali adalah amat menarik perhatian, khususnya di kalangan pedagang yang cenderung kepada orientasi kosmopolitan.[14] 
Jadi pemakalah dapat memetik sedikit banyaknya dari penjelasan di atas Itulah sebabnya penerimaan orang Melayu terhadap agama Islam adalah berkait erat dengan keluhuran agama tersebut.
Isu ketiga suatu proses perubahan kebudayaan tidak akan berlaku jika tidak ada titik-titik kesamaan yang saling menghubungkan, begitu juga yang terjadi pada Islam dan kebudayaan Malaysia. Seandainya Islam dengan serta merta menghapuskan segala kebudayaan dan tradisi yang wujud sebelumnya, mungkin ia sama sekali tidak akan menemukan tempat untuk memasuki pulau-pulau di kawasan ini.
Islam sebenarnya telah masuk di berbagai wilayah Malaysia berabad-abad sebelum pengislaman besar-besaran dimulai. Para pedagang asing telah lama menetap di bandar-bandar dan kerajaan-kerajaan Islam pertama yang terdapat di Sumatera bahagian Utara dan Pantai Barat Semenanjung sejak lebih kurang Abad ke-13, atau mungkin lebih awal daripada itu. Akan tetapi, menurut Harry J.Benda.[15] Baru pada Abad ke 15 dan 16 agama Islam menjadi kekuatan kebudayaan dan agama utama di kepulauan Nusantara. Perubahan yang agak mendadak ini mungkin disebabkan semakin meluasnya ajaran sufisme (mistik Islam) oleh para sufi yang berperanan sebagai pendorong gerak maju agama ini.[16] 
Ajaran mistik Islam ini ternyata menemukan banyak titik kesamaan dengan ajaran Hindu dan banyak disebarkan oleh orang daripada India yang beragama Islam. Melalui pelbagai hubungan titik persamaan ini, Islam ternyata mempunyai banyak kesesuaian dengan budaya masyarakat tempatan. Oleh itu unsur tasawuf menjadi aspek yang lebih dominan dalam proses Islamisasi di wilayah ini.[17]
Sekitar tahun 1276 M di masa Sultan Muhammad Syah bertahta di Malaka, datang sebuah kapal dagang dari Jeddah yang dipimping kapten kapal yang bernama Sidi Abdul Aziz, yang juga seorang ulama Islasm, Sidi Abdul Aziz lalu menganjurkan raja Malaka saat itu yang telah di Islamkan untuk menukar namanya menjadi Sultan Muhammad Syah.[18] 
Kedatangan Islam dan proses islamisasi berlangsung melalui jalur perdagangan atas peranan para pedagang muslim dan mubaliq dari Arab dan Gujarat, para dai’ setempat dan penguasa Islam. Sejak awal abad ke-7 semananjung Malaka dan nusantara merupsakan jalur perdagangan utama antara Asia Barat dan Timur jauh serta kepulauaan rempah-rempah Maluku, semananjung tidak dapat dipisahkan dari gugusan pulau-pulau nusantara, mereka juga singgah di pelabuhan-pelabuhan semenanjung.[19]

C.     FAKTOR PENYEBARAN ISLAM DI MALAYSIA
1)      Faktor Perlombaan Penyebaran Agama
Kepulauan Nusantara berangsur-angsur menerima perubahan akibat pengaruh yang dibawa oleh Islam di samping perkembangan pesat perdangangan dengan luar negeri. Kemasyuran itu menarik minat bangsa barat terutama orang-orang Portugis melakukan imigrasi ke daerah ini. Dengan penghijrahan itu mendorong bagi mempercepat serta mempergiatkan lagi penyebaran agama Islam didaerah ini. Pada tahun 1498 Masehi vasco da Gama berjaya mendapatkan India, dengan itu mereka menyerang kapal-kapal Islam dari Mesir.[20]
Bermula dari berbagai tekanan dan kekuasaan perlombaan pentebaran agama lebih kuat diusahakan, di pulau Jawa nampaknya orang- orang Islam mendahului orang portugis dalam menyebarkan agama. Adipati Demak telah meluaskan penagruh Islam dengan menakluki Jawa Barat, dimana Bantam dijadikan pusat penyebarannya. Selain dari Aceh ketik bertanggung jawab menyebarkan Islam di Sumatera, Brunei juga turut menengmbangkan Islam di pulau Borneo. Negeri-negeri di Tanah Melayu termasuk Malaka walaupun ditindas tetap berusaha bagi mneyebarkan Islam, begitu juga dengan negeri-negeri lain disemananjung terutama negeri-negeri di sebelah utara seperti Kedah, Kelantan dan Terengganu melipatgandakan penyebaran Islam terutama menulusuri institusi pondok.[21]
Sementara itu di pulau Malaka orang Portugis menyebarkan agama Kristen, sementara anak-anak Raja di pulau tersebut berusaha dengan giatnya menyebarkan agama Islam untuk memberantas pengaruh Kristen.
2)      Faktor Perkawinan
Bagi mengembangkan lagi dakwah Islamiah, perkawinan juga dapat memainkan peranan secara lebih mantap dan berkesan. Perkawinan yang berlaku disini adalah perkawinan antara saudagar-saudgar Islam dan pembesar –pembesar negeri. Begitu juga perkawinan antara seorang raja dengan putri-putri Raja di negeri Jiran atau negeri yang ditaklukinyan. kedua struktur perkawinan itu merupakan faktor pendorong dalam menyebarkan agama Islam.
Seseorang saaudagar Islam mislnya bila perkawinan dengan gadis-gadis pribumi sama ada dengan keturunan bangsawan atau rakyat jelata, besar kemungkinan kaum keluarga dan kerabat sebelahohak istrinya mulai dan menaruh minat untuk mengetahui seluk-beluk agama Islam. Lebih-lebih lagi saudagar tersebut memiliki harta kekayaan.karena menerusi kekayaan juga kedudukan seorang itu dinilai dan disanjung tinggi, justru itu bukan saja dapat mempengaruhi kaum keluarga istrinya bahkan masyarkat sekitar.
3)      Faktor Perdagangan
Kegiatan perdangan antara Arab, Farsi dan India dengan Nusantara dikatakan telah berlaku sejak beberapa abad sebelum masehi hingga ke zaman kedatangan Islam pada abd ke-7 dan ke- 8 Masehi . sejak awal Islam pedangang-pedangang di Nusantara mereka telah memperkenalkan agama suci itu di mana-mana saja pelabuhan yang mereka singgahi. Dari sifat mulia dan kepribadian yang tinggi serta amalan agama Islam yang dianut oleh mereka. Situasi tersebut menyebabkan mereka senantiasa disanjung tinggi dan dipercayai oleh segenap lapisan masyarakat. Mereka bukan saja diberbagai keistimewaan sebagai pedagang bahkan ada kedudukan tinggi di istana-istana
Pada abad ke-14 hingga ke-17 Masehi, kegiatan perdagangan di Nusantara begitu maju dan menggalakkan. Dalam abad ke-14 Masehi kegiatan persaganga dimainkan oleh Malaka, sedangkan aktivitas perdagangan di abad ke-16 dan ke-17 Masehi pula diambil oleh kerajaan Aceh dan kerajaan Demak di Jawa. Menurut fakta sejarah, ketika malaka mencapai taraf perdagangan Internasional, menyebabkan beberapa orang pedagang jawa telah memeluk Islam. Pedagang –pedagang tersebut telah kembali ke Jawa untuk mnyebarkan agama Islam yang dianut mereka di kawasan masing-masing. Justru itu Werheim pernah berkata bahwa, “Tanah Jawa di Islamkan Oleh Malaka”. Dengan itu jika ditelilti secara mendalam tidak dapat di bedakan bahwa kegiatan perdagangan di Nusantara merupakan antara faktor utama bagi mengembangkan agama Islam.[22]
4)      Faktor Penguasaan Syahbandar
Syahbandar merupakan orang yang bertanggung jawab penuh untuk menjalankan urusan sebuah pelabuhan, maju dan mundur, aman dan gawat sebuah pelabuhan itu adalah bergantung kepada kebijakan seorang syahbandar. Selain dari peranan utamanya untuk memajukan pelabuhan ia juga boleh memainkan peranan sampingan mengembangkan agama Islam. Syahbandar bukan saja golongan terpenting di kalalangan pedagang tetapi juga terpenting dikalangan raja-raja. Kedudukan mereka begitu penting dan berpengaruh bahkan sekaligus menjadi penasehat kepada Raja-raja. Mereka boleh mempengaruhi Raja untuk melipatgandakan kemajuan perdagangan dengan memberi keutamaan dan kemudahan kepada pedagang –pedagang Islam.menerusi itu pendakwah pendakwah-pendakwah diberi kebebasan bergerak bagi menyebarkan agama Islam serta mendalami hukum. Hukuman bukan saja dikalngan Raja tetapi juga dikalangan rakyat. Dengan itu secara tidak langsung kegiatan portugis terutama dalam bidang perdagangan dan penyebaran agama Kristen dapat diatasi.[23]
5)      Faktor Politik dan Penaklukan
Penaklukan juga merupakan antara faktor yang tidak yang kurang penting dalam penyebaran Islam di Nusantara. Penaklukan yang dilakukan oleh sebuah negeri Islam ke atas negeri-negeri lain bukan saja menjadikan Raja dan pembesar-pembesar negeri yang ditaklukan terdorong menganut Islam sebelumnya, penaklukan tersebut memberi peluang bagi meningkatkan penyebaran agama suci itu.[24]

D.    Budaya-budaya di Malaysia
1.      Memanggil orang lebih tua dengan sebutan bibi atau paman
2.      Kebanyakan orang Malaysia tidak sadar waktu
3.      Kenapa jalan kaki kalau bisa berkendara?
4.      Parker dobel adalah pemandangan lumrah
5.      Kebanyakan dari kami ugal-ugalan saat berkendara
6.      Kami memberi hadiah uang di musim perayaan dan acara pernkahan

E.     Agama yang dianut sebelum masuknya Islam
Sebelum kedatangan dan penyebaran Islam pada abad ke-15 dan penyebaran agama Kristen dari abad ke-19, penduduk di negeri ini mungkin beragama hindu atau penganut animisme. Di Semenanjung itu, Islamisasi secara luas dikatakan telah di mulai pada tahun 1409 setelah Parameswara menjadi Sultan Malaka dan melakukan perpindahan agama Islam setelah menikah dengan putri dari pasai.


F.      Respon masyarakat Malaysia terhadap ajaran Islam atau Masuknya Islam
Respon pemerintah terhadap kedatangan Islam, pada gilirannya turut pula mengangkat posisi malaka sebagai pusat kegiatan dakwah. Selain rakyatnya menyebarkann dakwah keluar negri, banyak pula orang luaryang dating ke malaka untuk menutut ilmu.


BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Melihat dari latar belakang masalah dan isi makalah ini maka kami dari pemakalah dapat menyimpulkan bahwa tidak adanya dokumen yang lengkap mengenai kedatangan Islam ke Malaysia, menyebabkan munculnya berbagai teori tentang kapan dan dari mana Islam pertama kali menyebar di negara Malaysia memandang dari sebagian sejarawan banyak yang berbeda pendapat dalam hal ini.
Ada yang menyebutkan masuknya Islam ke Malaysia pada abad pertama hijriah, kemudian ada juga yang menyebutkan bahwa masuknya pada abad ke-7, abad ke-8, dan abad ke-13 bahkan dari sejarawan barat menyebutkan pada abad ke-15 bermula dari Malaka.
Namun dalam hal ini pandangan kami pemakalah kelompok 3 perbedaan tidak akan menjadi masalah sebab pada zaman nabi pun sudah terjadi berbeda pendapat ini bahkan dalam hal fiqih nya saja kita ketahui yaitu berbeda mazhab.

B.     SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, pemakalah merekomendasikan berupa saran-saran berikut:
1)      Memahami lebih dalam bagaimana sejarah perkembangan Islam di Malaysia.
2)      Sebagai pelajaran untuk diterapkan di masa sekarang.
3)      Untuk menyelidiki dan menjadi bahan pemahaman sejauh mana kemajuan yang telah di capai oleh umat Islam Terdahulu hingga sekarang.
4)      Untuk menggali lagi faktor-faktor apa yang menyebabkan kemajuan Islam di Malaysia.
5)      Sebagai perbandingan kita dalam penyebaran Islam antara Indonesia dan Malaysia.
6)      Memahami konsep dari penyebaran Islam di Malaysia lebih dalam.




DAFTAR PUSTAKA
A. H. Johns, “Sufism as a Category in Indonesian Literature and
History,” Journal of Southeast Asian History, 2, (1961)
Abdul Rahman Haji Abdullah, Pemikiran Umat Islam Di Nusantara: Sejarah dan
Perkembangannya Hingga Abad Ke-19, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa
dan Pustaka, 1990)
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam(Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2004)
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam Jilid III, (Cet. II; Jakarta:
Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994)
HAMKA, Sejarah Umat Islam, (Singapura: Pustaka Nasional PTE Ltd, 1997)
Helmiati, Dinamika Islam Asia Tenggara, Suska Press, Pekanbaru, 2008
Ira. M. Lapidus, Sejarah sosial Ummat Islam. (Yogyakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2000)
Jonh Esposito, The Oxfort Encyclopedia of The Modern Islamic Word Volume
III, (New York: Oxford Unversity Press, 1995)
Kenneth Perry Landon, Southeast Asia: Cross-roads of Religion, (Chicago:
University of Chicago Press)
Mahayudin Haji Yahaya, Islam di Alam Melayu, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa
dan Pustaka, 1998)
Marsal GS Hodgson, The Ventural of Islam vol. II (Chicago: University of
Chicago Pres, 1997)
Muhammad Syamsu AS, Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan
Sekitarnya, (Cet. II; Jakart: PT. Lentera Basritama, 1999)
Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010)
Sidi Ibrahim Boechari, Pengaruh Timbal Balik antara Pendidikan Islam dan
Pergerakan Nasional di Minangkabau (Jakarta: Gunung Tiga, 1981)
Suhaimi, Cahaya Islam di Ufuk Asia Tenggara, (Pekanbaru: Suska Pers. 2006)
Taufik Abdullah, dkk., Sejarah Ummat Islam Indonesia, (Jakarta: Majelis Ulama
Indonesia, 1991)
Taufik Abdullah. Sejarah dan Masyarakat: Lintasan Historis Islam di Indoneisa,
(Jakarta: Pustaka Firdaus dan Yayasan Obor Indonesia, 1987)
Thomas W. Arnold, Sejarah Da’wah Islam, diterjemah A. Nawawi Rambe,
(Jakarta: Penerbit Widjaya, 1981)




[1] Marsal GS Hodgson, The Ventural of Islam vol. II (Chicago: University of Chicago Pres, 1997), hlm. 548.
[2] Ira. M. Lapidus, Sejarah sosial Ummat Islam. (Yogyakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), cet. II, hlm.717
[3] Suhaimi, Cahaya Islam di Ufuk Asia Tenggara, (Pekanbaru: Suska Pers. 2006) hlm. 83.
[4] Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 42.
[5] Helmiati, Dinamika Islam Asia Tenggara, Suska Press, Pekanbaru, 2008, Hal. 95.
[6] Jonh Esposito, The Oxfort Encyclopedia of The Modern Islamic Word Volume III, (New York: Oxford Unversity Press, 1995), hlm. 35.
[7] Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam Jilid III, (Cet. II; Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), hlm. 137.
[8] Sidi Ibrahim Boechari, Pengaruh Timbal Balik antara Pendidikan Islam dan Pergerakan Nasional di Minangkabau (Jakarta: Gunung Tiga, 1981), hlm. 32.
[9] Abdul Rahman Haji Abdullah, Pemikiran Umat Islam Di Nusantara: Sejarah dan Perkembangannya Hingga Abad Ke-19, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1990), hlm.  24
[10] Kenneth Perry Landon, Southeast Asia: Cross-roads of Religion, (Chicago: University of Chicago Press), 1949.
[11] HAMKA, Sejarah Umat Islam, (Singapura: Pustaka Nasional PTE Ltd, 1997), hlm. 670.
[13] Thomas W. Arnold, Sejarah Da’wah Islam, diterjemah A. Nawawi Rambe, (Jakarta: Penerbit Widjaya, 1981), hlm. 319.
[14] Taufik Abdullah, dkk., Sejarah Ummat Islam Indonesia, (Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, 1991), hlm. 38
[15] Taufik Abdullah. Sejarah dan Masyarakat: Lintasan Historis Islam di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Firdaus dan Yayasan Obor Indonesia, 1987), hlm. 31
[16] Mahayudin Haji Yahaya, Islam di Alam Melayu, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1998), hlm. 7
[17] A. H. Johns, “Sufism as a Category in Indonesian Literature and History,” Journal of Southeast Asian History, 2, (1961), hlm. 10
                [18] Muhammad Syamsu AS, Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya, (Cet. II; Jakart: PT. Lentera Basritama, 1999), hlm. 118
[19] Dewan Redaksi Ensiklopedia Islsam, op. cit, hlm. 138.
[20] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 266.
[21] Suhaimi, Cahaya Islam di Ufuk Asia Tenggara, (Pekanbaru: Suska Pers. 2006) hlm. 84-85.
[22] Suhaimi, Ibid, hlm. 86-87
[23] Suhaimi, Ibid, hlm. 87

Tidak ada komentar:

Posting Komentar