SEJARAH ISLAM DI MALAYSIA
Dosen Pembimbing : Widodo, M. Pd
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Sejarah
Islam Asia Tenggara
OLEH:
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2019/2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan
penyusunan makalah Sejarah Islam Asia Teggara dengan judul "Sejaarah Islam
di Malaysia" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan
makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi
para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah
ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini
dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah
selanjutnya.
Pekanbaru, 14 Oktober 2019
Kelompok 3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 2
C. Tujuan............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 3
A. PERKEMBANGAN
ISLAM DI MALAYSIA........................................................... 3
B. PROSES MASUKNYA
ISLAM DI MALAYSIA...................................................... 7
C. FAKTOR
PENYEBARAN ISLAM DI MALAYSIA.............................................. 12
D. BUDAYA-BUDAYA DI
MALAYSIA…………………………………
E. AGAMA YANG DIANUT SEBELUM MASUKNYA
ISLAM………
F. RESPON MASYARAKAT MALAYSIA TERHADAP
AJARAN ISLAM ATAU MASUKNYA ISLAM…………………………………
BAB III PENUTUP................................................................................................................. 18
A.
KESIMPULAN........................................................................................................... 18
B.
SARAN......................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Islam sebagai suatu kekuaan yang
diperhitungkan di masa pra kolonialisme dan dalam batas tertentu perjuangan
kemerdekaan dalam abad dua puluh, kekuatan dan sumbangan Islam bagi perubahan
sosial politik selama ini sering diabaikan, sehingga mucullah
pergolakan-pergolakan di dunia Islam mengalami kebangkitan termasuk di
Malaysia.
Pada awalnya, Malaysia adalah kerajaan federal di Asia
Tenggara yang terletak di semananjung Malaka dan sebagian Kalimantan Timur yang
penduduknya mayoritas Islam dan konstitusi sebagai agama resmi negara, sehingga syarit
Islam ditegakan dengan baik dan benar. Munculnya Islam di Malaysia berkat jasa para
pedagang yang mempunyai semangat yang tinggi dalam menyiarkan dan
mengembangkan Islam dari Arab melalui Malaka.[1] yang
saat itu sebagai pusat perdagangan. Karena memang jalur perdagangan merupakan
salah satu media yang efektif dalam mengembangkan dan menyiarkan ajaran Islam.
Malaysia dominan masyarakatnya muslim, tampak kelihatan sangat
heterogen terutama bila dilihat dari segi etnis, suku dan ras mereka. Karena
itu, di Malaysia dapat dijumpai sejumlah kelompok masyarakat muslim
Indo-Melayu, bahkan suku Bugis dan Makassar, banyak di sana. Walaupun Malaysia
sebagai salah satu negara yang masyarakatnya dominan muslim, namun tentu masih
saja menimbulkan pertanyaan mengenai tempat asal datangnya Islam di sana dan
bagaimana pola perkembangannya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah didalam makalah ini mencakup:
1) Bagaimana
perkembangan Islam di Malaysia?
2) Bagaimana
proses masuknya Islam di Malaysia?
3) Apa faktor yang
mempengaruhi penyebaran Islam di Malaysia?
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1) Mengetahui
bagaimana perkembangan Islam di Malaysia.
2) Mengetahui
proses masuknya Islam ke Malaysia.
3) Mengeahui
faktor yang sangat berpengaruh dalam penyebaran Islam di Malaysia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PERKEMBANGAN ISLAM DI MALAYSIA
Sebagaimana Islam telah menyebar dari Timur
Tengah menuju Asia Tengah dan dari Afghanistan menuju India, maka Islam
menyebar dari berbagai wilayah di India dan Arabia ke semenanjung Malaya dan
kepulauan Indonesia. Islam dikenalkan ke wilayah Asia Tenggara dan berkembang
dalam bentuk berbeda jika dibandingkan dengan bentuknya yang berkembang di
Timur Tengah dan anak benua India. Sementara pada beberapa daerah Islam
disebarkan melalui penakhlukan Arab dan Turki, tetapi di Asia Tenggara Islam
disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan Sufi.[2]
Hubungan Nusantara dengan Asia Barat sejak
zaman Islam dikatakan berlaku sejak abad ke-17 Masehi. berpedoman kepada
beberapa fakta sejarah yang terdapat saat ini sama ada dalam bentuk laporan,
catatan, situasi kebudayaan masyarakat dan inskripsi-inskripsi, ahli sejarah
berpendapat terutama sejarahan daerah berpendapat kedatanagn Islam ke
Nusantara berlaku pada abad ke-7 dan ke-8 Masehi . sedangkan sejarawan Barat
berpendapat kedatangannya berlaku sekitar abad ke-13 Masehi. Di tanah Melayu kebanyakan para sejarawan daerah mengandaikan
kedatangannya di sekitar abad ke-9 dan pada abad ke-12 Masehi. Kebanyakan
sejarawan Barat berlaku di sekitar abad ke- 15 Masehi
yang bermula dari Malaka. Namun berdasarkan kajian yang lebih menyeluruh di
samping sejak abad ke- 7 dan ke-8 Masehi.[3]
Jadi, menurut kami pemakalah kelompok 3 dapat
memahami bahwa tidak adanya dokumen yang lengkap mengenai kedatangan Islam ke
Malaysia, menyebabkan munculnya berbagai teori tentang kapan dan dari mana
Islam pertama kali menyebar di negara Malaysia memandang dari sebagian
sejarawan banyak yang berbeda pendapat dalam hal ini.
Menurut catatan Marco Polo, Islam muncul
ditanah Melayu ketika Parameswara memeluk agama Islam pada tahun 1414 M dan
ketika Perlak menjadi daerah pertama yang memeluk agama islam. Menurut hikayat
raja-raja Pasai bahwa daerah yang mula-mula memeluk Islam adalah Pasai. Adapun
sejarah Melayu mengatakan bahwa daerah Pangsir, Lamri, Aru dan Perlak adalah
daerah yang mula-mula di Islamkan oleh nakhoda Ismail dan Sultan Muhammad atau
Faqir Muhammad.[4]
Jadi, pandangan kami pemakalah dari kelompok 3
tentang masuknya islam di Malaysia ini menurut catatan Marco Polo yang
dijelaskan di paragraf di atas Islam masuk pertama di daerah Perlak, yang kami
ketahui tentang daerah tersebut adalah penghasil kayu yang baik jadi banyak
pembuatan kapal-kapal di daerah sana, sehingga itulah nakhoda Ismail dan Sultan
Muhammad atau Faqir Muhammad mengislamkan daerah Perlak dan sekitarnya.
Malaysia merupakan negara yang mempunyai
peranan strategik di kawasan Asia Tenggara pada khususnya dan dunia pada
umumnya. Di samping berada pada kedudukan geografik yang menjadi laluan
perdagangan antarabangsa sejak zaman dahulu. Negara Malaysia adalah negara
berkembang dan masih digolongkan pada negara yang berpenghasilan menengah
kebawah, tetapi beberapa sektor mendapat prestasi dunia yang telah dicapai
Malaysia yaitu record kembar Petronis tertinggi di dunia, selainitu posisi mata
uang ringgit cukup tangguh.
Menurut ahli sejarah, ada beberapa faktor yang
meyebabkan Parmeswara memilih Malaka sebagai kediamannya, antara lain:[5]
1) Malaka
mempunyai lahan datar yang luas, sesuai dijadikan tempat tinggal dan kawasan
cocok tanam.
2) Bukit-bukit
yang berada berdampingan tanah datar dapat digunakan sebagai benteng
keselamatan dan pertahanan.
3) Letaknya
bertentangan dengan Sumatera yang kaya dengan keperluan perdagangan seperti
beras, lada hitam, kapur, emas dan lain-lain.
4) Faktor yang
terpenting sekali, karena kedudukan Malaka di tengah-tengah perjalanan laut
antara Asia Barat Farsi, India dan Cina. Sangat strategis dijadikan sebagai
pelabuhan perantara atau pelabuhan internasional.
Berdasarkan faktor-faktor yang ada Malaka
tumbuh dengan pesat terutama dalam bidang perdagangan. Dengan berkembangnya
Malaka sebagai daerah pelabuhan yang bertaraf internasional, secara tidak
langsung telah mengundang orang-orang Arab dan khususnya para pedagang dari
bangsa tersebut untuk masuk ke daerah tersebut dan melakukan transaksi
perdagangan. Dan puncaknya Islam mendapatkan tempat di Malaka tak kala seorang
ulama dari Jeddah yang Syeikh Abdul Aziz berhasil mengislamkan Parmewara pada
tahun 1414 M ( abad ke 15 ).
Menurut pemakalah, setelah Parmewara masuk
islam, ia mengganti namanya dengan Sultan Megat Iskandar Shah. Kitab sejarah
Melayu menceritakan bahwa Raja Malaka Megat Iskandar Shah adalah orang pertama
kali di kerajaan tersebut yang memeluk agama Islam. Selanjutnya ia
memerintahkan segenap warganya menjadi muslim. Dalam proses Islamisasi
berikutnya, para Sultan memberi dukungan yang besar dengan turut meningkatkan
pemahaman tentang Islam dan berpartisipasi dalam pengembangan wacana, kajian
dan pengamalan Islam.
Terletak di semanjung Malaka Asia Tenggara
Malaysia yang ibu kotanya Kualalumpur mempunyai luas wilayah 332.370 Km2 atau
2,5 kali pulau Jawa. Sebagian besar wilayahnya mempunyai luas wilayah berada
1.036 Km menyeberangi laut China selatan tepatnya di utara pulau Kalimantan dan
lainnya ada di pulau Penang. Pada tahun 2002 jumlah penduduk Malaysia berkisar
22.229.040, bahasa resminya bahasa Melayu. Sedangkan agama mayoritas Islam
(53 %), Budha (17 %), KongFu Chu, Tao, Chinese (11 %), Kristen (8,6 %) dan
Hindu (7 %).[6]
Malaysia terdiri dari dua bagian, Malaysia
Barat dan Malaysia Timur. Malaysia Barat merupakan sebuah semananjung yang
tepanjang di dunia, di bagian tengahnya membujur pegunungan dari utara ke
selatan. Pegunungan tersebut tediri dari beberapa rangkaian sejajar. Daratan
rendah utama adalah daratan rendah Kedah di utara, daratan rendah Selangor di
Barat, daratan rendah Johor di Selatan dan daraytan rendah Kelantang dan
Pahang di Pantai Timur, daratan rendah di pantai Timur makin ke Selatan makin
melebar.[7]
B. PROSES MASUKNYA
ISLAM DI MALAYSIA
Sejarah masuknya Islam di Malaysia tidak bisa
terlepas dari kerajaan-kerajaan Melayu, jauh sebelum datangnya Inggris di
kawasan tersebut. Sebab menurut pemakalah kerajaan ini dikenal dalam sejarah
sebagai Kerajaan Islam, dan oleh pedagang Gujarat melalui daerah kerajaan
tersebut mendakwahkan Islam ke Malaysia pada sekitar abad ke-9. Dari sini
kemudian dipahami bahwa Islam sampai ke Malaysia belakangan ketimbang sampainya
Islam di Indonesia yang sudah terlebih dahulu pada abad ketujuh.[8] Berdasarkan
keterangan ini, maka asal usul masuknya Islam ke Malaysia berdasar pada yang
dikemukakan Azyumardi Azra bahwa Islam datang dari India, yakni Gujarat dan
Malabar.
Sebelum Islam datang wilayah Asia Tenggara,
Malaysia adalah berada di jalur perdagangan dunia yang menghubungkan
kawasan-kawasan di Arab dan India dengan wilayah China, dan dijadikan tempat
persinggahan sekaligus pusat perdagangan yang amat penting.[9] Maka
tidak heranlah jika wilayah ini juga menjadi pusat bertemunya pelbagai
keyakinan dan agama (a cross-roads of religion) yang berinteraksi secara
kompleks.[10] Agama
dan keyakinan itu pun telah mempengaruhi susunan sosial, budaya, ekonomi, dan
politik di wilayah ini.
Menurut Prof. DR. Hamka (Haji Abdul Malik
Karim Amrullah) bahwa ada tiga isu masuknya Islam di Malaysia yaitu
Perbincangan tentang proses yang membawa kepada penyebaran Islam ke Alam Melayu
akan melibatkan perbincangan yang membabitkan tiga isu. Isu-isu tersebut ialah
bila tarikh sebenar Islam diperkenalkan kepada orang Melayu, dari manakah
asal-usul pendakwah yang menyebarkan agama tersebut dan bagaimanakah proses ini
boleh berlaku dengan begitu berkesan sekali. Dalam menghuraikan ketiga-tiga isu
ini kelebihan yang terdapat dalam hujah yang diberikan oleh beliau telah
mempelopori pendekatan yang memberikan perspektif tempatan tentang proses yang
membawa kepada penyebaran Islam ke Alam Melayu. Isu pertama yang menimbulkan
perbincangan tentang penyebaran Islam di Alam Melayu adalah berkaitan dengan
bilakah tarikh tepat agama Islam mula disebarkan di rantau ini. Dalam
tulisannya, Hamka cenderung berpendapat bahawa agama Islam telah diperkenalkan
di rantau ini pada awal abad Hijrah (abad ketujuh Masehi). Pendapat yang beliau
kemukakan ini adalah berdasarkan kajian yang lakukan dengan merujuk sumber
Cina.[11]
Pemakalah juga menemukan pendapat yang
dikemukakan tersebut juga bersandar kepada tulisan oleh seorang sarjana Barat, yaitu
T.W. Arnold[12]
yang mengaitkan penyebaran agama Islam dengan peranan yang dimainkan oleh
pedagang-pedagang Arab. Dalam kajiannya, T.W. Arnold mendapati bahawa
pedagang-pedagang Arab telahpun menjalin hubungan perdagangan dengan rantau
sebelah timur sejak sebelum abad Masehi lagi. Pada abad kedua Sebelum Masehi
hampir keseluruhannya perdagangan di Ceylon berada di tangan orang Arab.
Menjelang abad ke-9 Masehi kegiatan
perdagangan orang Arab dengan Ceylon semakin meningkat apabila meningkatnya
hubungan perdagangan antara orang Arab dengan China. Menurut rekod sejarah,
menjelang pertengahan abad kelapan Masehi pedagang-pedagang Arab dapat ditemui
dengan ramainya di Canton. Dari abad ke-10 hingga abad ke-15, sebelum
kedatangan Portugis, orang Arab merupakan pedagang yang unggul dan hampir
tidak tercabar dalam menjalankan kegiatan perdagangan dengan Timur.
Berdasarkan pandangan yang diberikan oleh T.W
Arnold ini, Hamka berpendapat bahawa sudah semestinya apabila orang Arab
memeluk agama Islam mereka akan berusaha menyebarkan agama tersebut di
kawasan-kawasan di mana mereka menjalankan kegiatan perdagangan. Namun begitu,
hujah yang dikemukan ini sukar untuk dibuktikan karena ketiadaan maklumat
bertulis yang konklusif bagi menyokong pendapat yang diberikan. Lantaran itu,
dari segi rekod Hamka setuju dengan pandangan yang umumnya disepakati,
termasuklah oleh sarjana Barat bahawa Samudera-Pasai (abad ke-13-14) adalah
merupakan kerajaan Melayu-Islam yang pertama yang diwujudkan di rantau
ini.
Islam masuk ke Malaysia pada abad pertama
Hijrah dibawa oleh para pedagang India, Persia, dan juga Arab melalui suatu
proses damai dan secara cepat diterima oleh masyarakat kerana mampu berbaur
dengan adat dan kebudayaan masyarakat tempatan. Isu kedua para penyebar Islam
tersebut menurut T. W. Arnold. tidak datang sebagai penakluk dengan menggunakan
kekuatan pedang untuk menyebarkan Islam, sebagaimana yang terjadi di wilayah
Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika.[13] Mereka
juga tidak menguasai hak-hak penguasa tempatan untuk menekan rakyat, sebaliknya
mereka hanya sebagai pedagang yang memanfaatkan kepintaran dan peradaban mereka
yang lebih tinggi untuk kepentingan penyebaran Islam dengan memperkenalkan
toleransi dan persamaan antara manusia.
Bagi penganut Hindu, yang agama mereka
mengajarkan sistem kasta dalam masyarakat, agama Islam yang baru mereka kenali
adalah amat menarik perhatian, khususnya di kalangan pedagang yang cenderung
kepada orientasi kosmopolitan.[14]
Jadi pemakalah dapat memetik sedikit banyaknya
dari penjelasan di atas Itulah sebabnya penerimaan orang Melayu terhadap agama
Islam adalah berkait erat dengan keluhuran agama tersebut.
Isu ketiga suatu proses perubahan kebudayaan
tidak akan berlaku jika tidak ada titik-titik kesamaan yang saling
menghubungkan, begitu juga yang terjadi pada Islam dan kebudayaan Malaysia.
Seandainya Islam dengan serta merta menghapuskan segala kebudayaan dan tradisi
yang wujud sebelumnya, mungkin ia sama sekali tidak akan menemukan tempat untuk
memasuki pulau-pulau di kawasan ini.
Islam sebenarnya telah masuk di berbagai wilayah
Malaysia berabad-abad sebelum pengislaman besar-besaran dimulai. Para pedagang
asing telah lama menetap di bandar-bandar dan kerajaan-kerajaan Islam pertama
yang terdapat di Sumatera bahagian Utara dan Pantai Barat Semenanjung sejak
lebih kurang Abad ke-13, atau mungkin lebih awal daripada itu. Akan tetapi,
menurut Harry J.Benda.[15] Baru
pada Abad ke 15 dan 16 agama Islam menjadi kekuatan kebudayaan dan agama utama
di kepulauan Nusantara. Perubahan yang agak mendadak ini mungkin disebabkan
semakin meluasnya ajaran sufisme (mistik Islam) oleh para sufi yang berperanan
sebagai pendorong gerak maju agama ini.[16]
Ajaran mistik Islam ini ternyata menemukan
banyak titik kesamaan dengan ajaran Hindu dan banyak disebarkan oleh orang
daripada India yang beragama Islam. Melalui pelbagai hubungan titik persamaan
ini, Islam ternyata mempunyai banyak kesesuaian dengan budaya masyarakat
tempatan. Oleh itu unsur tasawuf menjadi aspek yang lebih dominan dalam proses
Islamisasi di wilayah ini.[17]
Sekitar tahun 1276 M di masa Sultan Muhammad
Syah bertahta di Malaka, datang sebuah kapal dagang dari Jeddah yang dipimping
kapten kapal yang bernama Sidi Abdul Aziz, yang juga seorang ulama Islasm, Sidi
Abdul Aziz lalu menganjurkan raja Malaka saat itu yang telah di Islamkan untuk
menukar namanya menjadi Sultan Muhammad Syah.[18]
Kedatangan Islam dan proses islamisasi
berlangsung melalui jalur perdagangan atas peranan para pedagang muslim dan
mubaliq dari Arab dan Gujarat, para dai’ setempat dan penguasa Islam. Sejak
awal abad ke-7 semananjung Malaka dan nusantara merupsakan jalur perdagangan
utama antara Asia Barat dan Timur jauh serta kepulauaan rempah-rempah Maluku,
semananjung tidak dapat dipisahkan dari gugusan pulau-pulau nusantara, mereka
juga singgah di pelabuhan-pelabuhan semenanjung.[19]
C. FAKTOR
PENYEBARAN ISLAM DI MALAYSIA
1) Faktor
Perlombaan Penyebaran Agama
Kepulauan Nusantara berangsur-angsur menerima
perubahan akibat pengaruh yang dibawa oleh Islam di samping perkembangan pesat
perdangangan dengan luar negeri. Kemasyuran itu menarik minat bangsa barat
terutama orang-orang Portugis melakukan imigrasi ke daerah ini. Dengan
penghijrahan itu mendorong bagi mempercepat serta mempergiatkan lagi penyebaran
agama Islam didaerah ini. Pada tahun 1498 Masehi vasco da Gama berjaya
mendapatkan India, dengan itu mereka menyerang kapal-kapal Islam dari Mesir.[20]
Bermula dari berbagai tekanan dan kekuasaan
perlombaan pentebaran agama lebih kuat diusahakan, di pulau Jawa nampaknya
orang- orang Islam mendahului orang portugis dalam menyebarkan agama. Adipati
Demak telah meluaskan penagruh Islam dengan menakluki Jawa Barat, dimana Bantam
dijadikan pusat penyebarannya. Selain dari Aceh ketik bertanggung jawab
menyebarkan Islam di Sumatera, Brunei juga turut menengmbangkan Islam di pulau
Borneo. Negeri-negeri di Tanah Melayu termasuk Malaka walaupun ditindas tetap berusaha
bagi mneyebarkan Islam, begitu juga dengan negeri-negeri lain disemananjung
terutama negeri-negeri di sebelah utara seperti Kedah, Kelantan dan Terengganu
melipatgandakan penyebaran Islam terutama menulusuri institusi pondok.[21]
Sementara itu di pulau Malaka orang Portugis
menyebarkan agama Kristen, sementara anak-anak Raja di pulau tersebut berusaha
dengan giatnya menyebarkan agama Islam untuk memberantas pengaruh Kristen.
2) Faktor
Perkawinan
Bagi mengembangkan lagi dakwah Islamiah, perkawinan
juga dapat memainkan peranan secara lebih mantap dan berkesan. Perkawinan yang
berlaku disini adalah perkawinan antara saudagar-saudgar Islam dan pembesar
–pembesar negeri. Begitu juga perkawinan antara seorang raja dengan putri-putri
Raja di negeri Jiran atau negeri yang ditaklukinyan. kedua struktur perkawinan
itu merupakan faktor pendorong dalam menyebarkan agama Islam.
Seseorang saaudagar Islam mislnya bila
perkawinan dengan gadis-gadis pribumi sama ada dengan keturunan bangsawan atau
rakyat jelata, besar kemungkinan kaum keluarga dan kerabat sebelahohak istrinya
mulai dan menaruh minat untuk mengetahui seluk-beluk agama Islam. Lebih-lebih
lagi saudagar tersebut memiliki harta kekayaan.karena menerusi kekayaan juga
kedudukan seorang itu dinilai dan disanjung tinggi, justru itu bukan saja dapat
mempengaruhi kaum keluarga istrinya bahkan masyarkat sekitar.
3) Faktor
Perdagangan
Kegiatan perdangan antara Arab, Farsi dan
India dengan Nusantara dikatakan telah berlaku sejak beberapa abad sebelum
masehi hingga ke zaman kedatangan Islam pada abd ke-7 dan ke- 8 Masehi . sejak
awal Islam pedangang-pedangang di Nusantara mereka telah memperkenalkan agama
suci itu di mana-mana saja pelabuhan yang mereka singgahi. Dari sifat mulia dan
kepribadian yang tinggi serta amalan agama Islam yang dianut oleh mereka.
Situasi tersebut menyebabkan mereka senantiasa disanjung tinggi dan
dipercayai oleh segenap lapisan masyarakat. Mereka bukan saja diberbagai
keistimewaan sebagai pedagang bahkan ada kedudukan tinggi di istana-istana
Pada abad ke-14 hingga ke-17 Masehi, kegiatan
perdagangan di Nusantara begitu maju dan menggalakkan. Dalam abad ke-14 Masehi
kegiatan persaganga dimainkan oleh Malaka, sedangkan aktivitas perdagangan di
abad ke-16 dan ke-17 Masehi pula diambil oleh kerajaan Aceh dan kerajaan Demak
di Jawa. Menurut fakta sejarah, ketika malaka mencapai taraf perdagangan
Internasional, menyebabkan beberapa orang pedagang jawa telah memeluk Islam.
Pedagang –pedagang tersebut telah kembali ke Jawa untuk mnyebarkan agama Islam
yang dianut mereka di kawasan masing-masing. Justru itu Werheim pernah berkata
bahwa, “Tanah Jawa di Islamkan Oleh Malaka”. Dengan itu jika ditelilti secara
mendalam tidak dapat di bedakan bahwa kegiatan perdagangan di Nusantara
merupakan antara faktor utama bagi mengembangkan agama Islam.[22]
4) Faktor
Penguasaan Syahbandar
Syahbandar merupakan orang yang bertanggung
jawab penuh untuk menjalankan urusan sebuah pelabuhan, maju dan mundur, aman
dan gawat sebuah pelabuhan itu adalah bergantung kepada kebijakan seorang syahbandar.
Selain dari peranan utamanya untuk memajukan pelabuhan ia juga boleh memainkan
peranan sampingan mengembangkan agama Islam. Syahbandar bukan saja golongan
terpenting di kalalangan pedagang tetapi juga terpenting dikalangan raja-raja.
Kedudukan mereka begitu penting dan berpengaruh bahkan sekaligus menjadi
penasehat kepada Raja-raja. Mereka boleh mempengaruhi Raja untuk
melipatgandakan kemajuan perdagangan dengan memberi keutamaan dan kemudahan
kepada pedagang –pedagang Islam.menerusi itu pendakwah pendakwah-pendakwah
diberi kebebasan bergerak bagi menyebarkan agama Islam serta mendalami hukum.
Hukuman bukan saja dikalngan Raja tetapi juga dikalangan rakyat. Dengan itu
secara tidak langsung kegiatan portugis terutama dalam bidang perdagangan dan penyebaran
agama Kristen dapat diatasi.[23]
5) Faktor Politik
dan Penaklukan
Penaklukan juga merupakan antara faktor yang
tidak yang kurang penting dalam penyebaran Islam di Nusantara. Penaklukan yang
dilakukan oleh sebuah negeri Islam ke atas negeri-negeri lain bukan saja
menjadikan Raja dan pembesar-pembesar negeri yang ditaklukan terdorong menganut
Islam sebelumnya, penaklukan tersebut memberi peluang bagi meningkatkan
penyebaran agama suci itu.[24]
D.
Budaya-budaya
di Malaysia
1.
Memanggil
orang lebih tua dengan sebutan bibi atau paman
2.
Kebanyakan
orang Malaysia tidak sadar waktu
3.
Kenapa
jalan kaki kalau bisa berkendara?
4.
Parker
dobel adalah pemandangan lumrah
5.
Kebanyakan
dari kami ugal-ugalan saat berkendara
6.
Kami
memberi hadiah uang di musim perayaan dan acara pernkahan
E.
Agama
yang dianut sebelum masuknya Islam
Sebelum kedatangan dan penyebaran Islam pada abad ke-15 dan
penyebaran agama Kristen dari abad ke-19, penduduk di negeri ini mungkin
beragama hindu atau penganut animisme. Di Semenanjung itu, Islamisasi secara
luas dikatakan telah di mulai pada tahun 1409 setelah Parameswara menjadi
Sultan Malaka dan melakukan perpindahan agama Islam setelah menikah dengan
putri dari pasai.
F.
Respon
masyarakat Malaysia terhadap ajaran Islam atau Masuknya Islam
Respon
pemerintah terhadap kedatangan Islam, pada gilirannya turut pula mengangkat
posisi malaka sebagai pusat kegiatan dakwah. Selain rakyatnya menyebarkann
dakwah keluar negri, banyak pula orang luaryang dating ke malaka untuk menutut
ilmu.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Melihat dari latar belakang masalah dan isi
makalah ini maka kami dari pemakalah dapat menyimpulkan bahwa tidak adanya
dokumen yang lengkap mengenai kedatangan Islam ke Malaysia, menyebabkan
munculnya berbagai teori tentang kapan dan dari mana Islam pertama kali
menyebar di negara Malaysia memandang dari sebagian sejarawan banyak yang
berbeda pendapat dalam hal ini.
Ada yang menyebutkan masuknya Islam ke
Malaysia pada abad pertama hijriah, kemudian ada juga yang menyebutkan bahwa
masuknya pada abad ke-7, abad ke-8, dan abad ke-13 bahkan dari sejarawan barat
menyebutkan pada abad ke-15 bermula dari Malaka.
Namun dalam hal ini pandangan kami pemakalah
kelompok 3 perbedaan tidak akan menjadi masalah sebab pada zaman nabi pun sudah
terjadi berbeda pendapat ini bahkan dalam hal fiqih nya saja kita ketahui yaitu
berbeda mazhab.
B.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, pemakalah merekomendasikan
berupa saran-saran berikut:
1) Memahami lebih
dalam bagaimana sejarah perkembangan Islam di Malaysia.
2) Sebagai
pelajaran untuk diterapkan di masa sekarang.
3) Untuk
menyelidiki dan menjadi bahan pemahaman sejauh mana kemajuan yang telah di
capai oleh umat Islam Terdahulu hingga sekarang.
4) Untuk menggali
lagi faktor-faktor apa yang menyebabkan kemajuan Islam di Malaysia.
5) Sebagai perbandingan
kita dalam penyebaran Islam antara Indonesia dan Malaysia.
6) Memahami konsep
dari penyebaran Islam di Malaysia lebih dalam.
DAFTAR PUSTAKA
A. H.
Johns, “Sufism as a Category in Indonesian Literature and
History,” Journal of Southeast Asian
History, 2, (1961)
Abdul Rahman
Haji Abdullah, Pemikiran Umat Islam Di Nusantara: Sejarah dan
Perkembangannya Hingga Abad Ke-19,
(Kuala Lumpur: Dewan Bahasa
dan Pustaka, 1990)
Ajid
Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2004)
Dewan Redaksi
Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam Jilid III, (Cet. II;
Jakarta:
Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994)
HAMKA, Sejarah
Umat Islam, (Singapura: Pustaka Nasional PTE Ltd, 1997)
Helmiati, Dinamika
Islam Asia Tenggara, Suska Press, Pekanbaru, 2008
Ira. M. Lapidus, Sejarah
sosial Ummat Islam.
(Yogyakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,
2000)
Jonh
Esposito, The Oxfort Encyclopedia of The Modern Islamic Word Volume
III, (New York:
Oxford Unversity Press, 1995)
Kenneth Perry
Landon, Southeast Asia: Cross-roads of Religion, (Chicago:
University of Chicago Press)
Mahayudin Haji
Yahaya, Islam di Alam Melayu, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa
dan Pustaka, 1998)
Marsal GS
Hodgson, The Ventural of Islam vol. II (Chicago: University of
Chicago Pres, 1997)
Muhammad Syamsu
AS, Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan
Sekitarnya, (Cet. II;
Jakart: PT. Lentera Basritama, 1999)
Saifullah, Sejarah
dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010)
Sidi Ibrahim
Boechari, Pengaruh Timbal Balik antara Pendidikan Islam dan
Pergerakan Nasional di Minangkabau (Jakarta: Gunung Tiga, 1981)
Suhaimi, Cahaya
Islam di Ufuk Asia Tenggara, (Pekanbaru: Suska Pers. 2006)
Taufik
Abdullah, dkk., Sejarah Ummat Islam Indonesia, (Jakarta: Majelis
Ulama
Indonesia, 1991)
Taufik Abdullah. Sejarah
dan Masyarakat: Lintasan Historis Islam di Indoneisa,
(Jakarta: Pustaka Firdaus dan Yayasan Obor Indonesia, 1987)
Thomas W.
Arnold, Sejarah Da’wah Islam, diterjemah A. Nawawi Rambe,
(Jakarta: Penerbit Widjaya, 1981)
[1]
Marsal
GS Hodgson, The Ventural of Islam vol. II (Chicago: University
of Chicago Pres, 1997), hlm.
548.
[2]
Ira. M.
Lapidus, Sejarah sosial Ummat Islam.
(Yogyakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), cet. II, hlm.717
[3]
Suhaimi,
Cahaya Islam di Ufuk Asia Tenggara, (Pekanbaru: Suska Pers. 2006) hlm.
83.
[4]
Saifullah, Sejarah
dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010),
hlm. 42.
[5]
Helmiati, Dinamika
Islam Asia Tenggara, Suska Press, Pekanbaru, 2008, Hal. 95.
[6]
Jonh
Esposito, The Oxfort Encyclopedia of The Modern Islamic Word Volume
III, (New York: Oxford Unversity Press, 1995), hlm. 35.
[7]
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam Jilid III, (Cet.
II; Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), hlm. 137.
[8]
Sidi
Ibrahim Boechari, Pengaruh Timbal Balik antara Pendidikan Islam dan
Pergerakan Nasional di Minangkabau (Jakarta: Gunung Tiga, 1981), hlm. 32.
[9]
Abdul
Rahman Haji Abdullah, Pemikiran Umat Islam Di Nusantara: Sejarah dan
Perkembangannya Hingga Abad Ke-19, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka,
1990), hlm. 24
[10]
Kenneth
Perry Landon, Southeast Asia: Cross-roads of Religion, (Chicago:
University of Chicago Press), 1949.
[12] http://ridwan-sururi.blogspot.com/2013/04/makalah-perkembangan-islam-modern-di_3557.html (Diakses di Pekanbaru, Pukul 19:58 WIB 14/10/19)
[13]
Thomas W. Arnold, Sejarah Da’wah Islam, diterjemah A. Nawawi Rambe,
(Jakarta: Penerbit Widjaya, 1981), hlm.
319.
[14]
Taufik
Abdullah, dkk., Sejarah Ummat Islam Indonesia, (Jakarta: Majelis
Ulama Indonesia, 1991), hlm. 38
[15]
Taufik Abdullah. Sejarah dan Masyarakat: Lintasan
Historis Islam di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Firdaus dan Yayasan
Obor Indonesia, 1987), hlm. 31
[16]
Mahayudin
Haji Yahaya, Islam di Alam Melayu, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka, 1998), hlm. 7
[17]
A.
H. Johns, “Sufism as a Category in Indonesian Literature and History,” Journal
of Southeast Asian History, 2, (1961), hlm. 10
[20]
Ajid
Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 266.
[24] https://neilaarfinamy.blogspot.com/2016/04/makalah-perkembangan-islam-di-malaysia.html (Diakses di Pekanbaru, Pukul 20:31 WIB, 14/10/19)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar