Rabu, 25 Maret 2020

Perkembangan Politik Islam Di Tahailand - Makalah SIAT




MAKALAH SEJARAH ISLAM ASIA TENGGARA
TENTANG PERKEMBANGAN POLITIK ISLAM DI TAHAILAND
Dosen Pembimbing : Bapak Widodo M. Pd

KELOMPOK 8 :
                        
       
JURUSAN PEMGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SULTAN SYARIF KASIM
RIAU 2019





KATA PENGANTAR

           Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya  sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini sayasusun sebagai tugas dari mata kuliah SEJARAH ISLAM ASIA TENGGARA dengan judul “TENTANG PERKEMBANGAN POLITIK ISLAM DI TAHAILAN”. Terimakasih saya sampaikan kepada bapak Widodo M. Pd selaku Dosen. dengan matakuliah SEJARAH ISLAM ASIA TENGGARA yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya terselesaikan tugas makalah ini.
Demikianlah tugas ini, saya susun semoga bermanfaat dan dapat memenuhi tugas mata kuliah SEJARAH ISLAM ASIA TENGGARA dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri kami dan khususnya untuk pembaca atau audien. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif dan membangun sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.



Penulis, Kelompok 8

Pekanbaru, 24 Oktober  2019

BAB I

PENDAHULUAN

Kedatangan Islam ke wilayah Asia Tenggara diduga karena proses perdagangan dan bukan melalui proses penaklukan suatu wilayah, jalur perdagangan itu masyur dikenal sebagai jalur sutra laut yang membentang dari mulai Laut Merah- Teluk Persia- Gujarat- Bengal- Malabar-Semenanjung Malaka-hingga ke China.
Hampir terdapat umat Islam di seluruh Negara di kawasan Asia Tenggara. Terdapat kurang lebih 6,5 juta umat Islam, atau 10% dari seluruh populasi penduduk Thailand yang berjumlah 65 juta orang. Di Thailand, Negeri yang mayoritasnya beragama Budha. Penduduk muslim Thailand sebagian besar berdomisili di bagian selatan Thailand, seperti di propinsi Pattani, Yala, Narathiwat, Satun dan sekitarnya yang dalam sejarahnya adalah bagian dari Daulah Islamiyyah Pattani. Dengan jumlah umat yang menjadi minoritas ini, walau menjadi agama ke-dua terbesar setelah Bhuda, umat Islam Thailand sering mendapat serangan dari umat Bhuda (umat Budha garis keras), intimidasi, bahkan pembunuhan masal.
Masyarakat muslim Thailand saat ini telah menjadi bagian integral dari keseluruhan pemerintahan dan komunitas Thailand dari beberapa abad yang lalu. Secara historis, kultur dan ekonomi, masyarakat minoritas muslim di Thailand selatan telah mengalami peningkatan yang signifikan dari waktu ke waktu. Akan tetapi mereka tetap berusaha menjadi bagian komunitas yang dipahami.
Hal itu berangkat dari background masyarakat muslim sendiri, yaitu komunitas melayu Pattani yang dari awalnya berdiri sendiri dan kemudian dikuasai oleh Siam atau Thailand. Dan saat ini, dimana modernisme merambah semua negara dan Thailand menjadi negara demokrasi, muslim Thailand mulai dipandang positif oleh komunitas yang lainnya. Hal ini memunculkan era baru antara muslim-pemerintah yang memberikan ruang lebih luas bagi umat muslim Thailand merambah dunia politik dan ekonomi, tampak pada pesatnya pertumbuhan mesjid-mesjid yang terdapat di Thailand seperti ; Bangkok 159 masjid, Krabi 144 masjid, Narathiwat 447 masjid, Pattani 544 masjid, Yala 308 masjid, Songkhla 204 masjid, Satun 147 masjid. Dan beberapa masjid di berbagai kota di thailand. Walaupun sudah banyak berdiri mesjid-mesjid di Thailand itu tidak berarti bahwa mereka mendapatkan kelapangan hidup, karena mereka masih tetap menjadi minoritas yang terus mendapat tekanan dan juga diskriminasi yang tak henti-hentinya. Diantara contoh mesjid nya: Salah satu masjid di Provinsi Surat Thani Masjid Baan Haw.
a.       Bagaimana perkembngan islam di thailand?
b.      Apa saja problem yang di hadapi minoritas muslim di tahailand?
c.       Apa saja Lembaga-Lembaga Islam di Thailand?
d.      Bagaiman Kondisi Politik Islam Di Thailand?
a.       Untuk mengetahui sejarah masuknya islam di thailand
b.       Menambah pengetahuan tentang umat muslim di tailand, baik dari segi perkembnagan maupun problema muslim di tahiland.





BAB II

PEMBAHASAN

Sekelompok Islam lainnya, yang menjadi penduduk mayoritas di negeri ini sekarang tinggal di empat provinsi bagian selatan, yaitu Pattani, Yala, Naratiluat, dan Satul. Juga termasuk bagian dari provinsi Shongkala. Seluruh provinsi ini dahulunya masuk wilayah kerajaan Pattani pada abad ke-12, sebelum kerajaan Sukhotai berdiri. Mereka adalah ras melayu yang hingga kini masih mempertahankan bahasa serta budaya melayu dalam praktik kehidupan sehari-hari. Disebut dalam sejarah bahwa kerajaan Pattani merupakan salah satu negara yang makmur dan berpengaruh di asia tenggara. Daerah ini merupakan wilayah muda di negara Thailand, baik secara politik maupun administratif. Pencaplakan yang dilakukan oleh kerajaan Thailand telah melahirkan masalah utama mengenai minoritas muslim di Thailand. Orang-orang muslim yang berasal dari Pattani yang dibawa ke Bangkok oleh tentara Thailand sebagai tawanan peran pada masa awal perang pertama dan kedua. Dan orang-orang inilah kemudian menjadi bagian utama masyarakat Islam di Thailand Tengah dan sebahagian dari mereka tetap memelihara budaya dan bahasa mereka.[1]
Karena faktor keberadaan muslim di selatan. Persoalan etnis muslim muncul dan senantiasa menjadi perhatian utama bagi kelompok mayoritas. Interaksi serta perjuangan sejarah yang panjang antara umat Islam di Selatan dan penguasa Thailand telah memunculkan beberapa keputusan serta kewaspadaan pemerintah untuk setuju dan sekaligus menentang keberadaan umat islam sebagai kelompok. Namun pada sisi lain pemerintah memberikan kebebasan secara penuh dengan tanpa membedakan satu agama dari agama lain. Namun secara implisit dan eksplisit pemerintah juga memberlakukan kebijakan untuk mengurangi sistem kebebasan beragama tersebut. Dan ini dianggap sangat merugikan kalangan muslim dibagian selatan.
Kelompok umat Islam ketiga berasal dari sebelah utara, yang dikenal sebagai orang cina ho. Meskipun jumlahnya tidak banyak, mereka memiliki konstribusi yang sangat besar dalam perdagangan khususnya di Provinsi Chiangmai. Selain Cina Ho, diutara juga terdapat kelompok Islam lain yang berasal dari ras India atau pathan yang juga bergerak secara luas dalam dunia perdagangan.
Dengan demikian, secara historis kelompok masyarakat muslim telah ada sejak awal berdirinya negara Thailand dan memiliki peran penting dalam masyarakat. Pada perkembangan selanjutnya muangthai dikenal secara luas sebagai negara yang mengalami perkembangan yang sangat cepat dibidang ekonomi sosial-budaya. Sementara itu, komunitas muslim merupakan komunitas minoritas yang secara umum dianggap salah satu yang paling konservatif dan tradisional dari masyarakat Thai sehubungan dengan lingkungannya yang sedang mengalami perubahan. Untuk itu religio  kultural merupakan identitas yang paling penting dalam jaringan hubungan umat islam dan budha di Thailand. Karena perkembangan dan dinamisasi masyarakat muslim Thailand banyak diwarnai oleh masalah tersebut.[2]
Islam sebagai agama minoritas banyak mendapat tekanan dari pemerintah dan masyarakat secara mayoritas beragama Buddha. Masyarakat muslim di Thailand bukanlah masyarakat yang homogen dan menggunakan istilah Thai-Islam atau Thai-Muslim. Orang melayu merupakan mayoritas etnis dikalangan masyarakat muslim, dan etnis lainnya yang beragama Islam adalah haw, jawa, sam-sam, bawean, pathan, punjab, tamil, bengali, slam dan lainnya. Secara politis kaum muslim melayu adalah kelompok yang kuat, karena mereka hidup di daerah yang berdekatan dengan malaysia dan tetap memiliki budaya melayu. Kelompok muslim non-melayu berasimilasi dengan masyarakat Thai secara linguistik dan bisa dibedakan secara tajam dari masyarakat Thai lainnya, kecuali tentu saja dibidang pelaksanaan praktik keagamaan.
Thailand beberapa kali dipimpin oleh rezim yang sangat mendiskriminasi masyarakat Melayu Muslim. Salah satu rezim yang paling diskriminatif bahkan represif adalah rezim Jenderal Phibul Songkhram dimana masyarakat Melayu Muslim telah menjadi mangsa dasar asimilasi kebudayaan.[3] Dalam kebijakan asimilasi tersebut Melayu Muslim dipaksa untuk menanggalkan identitas mereka dan mengganti dengan segala bentuk identitas bercorak Thailand dan Budha.
Dalam kebijakan asimilasi tersebut Melayu Muslim dipaksa untuk menanggalkan identitas mereka dan mengganti dengan segala bentuk identitas bercorak Thailand dan Budha. Konflik berkepanjangan yang melibatkan kelompok minoritas Muslim di Kawasan Asia Tenggara sebenarnya bukan hanya terjadi di Thailand, namun juga di Filipina. Namun yang membedakan adalah konstelasi konflik di Filipina Selatan sudah mulai mereda ketika Presiden Beniqno Aquino mengajukan proposal legislasi kepada Parlemen Filipina untuk mensahkan kebijakan pemberian otonomi lokal khusus kepada masyarakat Muslim Moro di Filipina selatan. Sedangkan di Thailand hingga saat ini komunitas Melayu Muslim minoritas khususnya di wilayah selatan masih terus menghadapi diskriminasi yang komplek serta teror yang massif dan terjadi secara terus-menerus sehingga kehidupan sosial dan politik mereka menjadi sangat terkekang. Masyarakat Melayu Muslim pun melakukan perlawanan untuk membela etnis dan agamanya, sebagaimana dikemukakan Ibn Khaldun dalam Muqaddimah bahwa manusia secara fitrah telah dianugerahi rasa cinta terhadap garis keturunan dan golongannya. Rasa cinta ini menimbulkan perasaan senasib dan sepenanggungan serta harga diri kelompok.[4]
Sejak tahun 1996, sesui dengan perjanjian inggris siam secara resmi menggambil alih negara-negara di melayu utara: pattani, songkhla dan yala yang kemudian menjadi provinsi di thailand. Sejak penyatuan kelima negara di wilayah melayu utara kedalam bagian dari thailand, terjadi benturan budaya antra muslim melayu dan buddis thailand.
Minoritas muslim yang hidup di thailand menghadapi masalah yang sama dengan bangsa moro di philiphina,
yaitu adalah problem kelompok minoritas yang harus hidup dengan berdampingan secara damai dengan non muslim dalam negara yang sama.[5]
Pada masa pemerintahan perdana mentri phibul songkhram (1938-1944) dan (1947-1957), mengeluarkan kebiajakan dan program integrasi pemerintahan muanghtai  yang sangat menghawatirkan masyarakat muslim patani. Phibul Songkhram berusaha mem-siamkan  semua kelompok minoritas non budhis di muangtahai. Pada  tahun 1940 mulai di brlakukan dan di paksakan aturan-aturan kultural seperti, harus menggunakan pakaian gaya barat, mengadipsi nama-nam thai, bila ingin memasuki sekolah-sekolah pemerintahan atau jika ingin melamar pekerjaan di dalam jajran pemerintahan. Dalam kebijakan pemerintah saat itu bersifat absolut, tidak dapat di ganggu gugat.[6]
Gerakan dakwah yang terus dilancarkan umat Islam diselatan mengenai kebebasan dan otoritas beragama menghasilkan beberapa konsesi yang diberikan oleh pemerintah dan akhirnya terbentuk organisasi-organisasi Islam yang menjadi corong kegiatan umat secara nasional yang mendapatkan legal dari pemerintah, organisasi tersebut meliputi:
a.       Kantor chularajamantri atau shaikhul islam. Kantor ini dianggap sebagai kantor  tertinggi masyarakat muslim Thailand. Kantor ini terdiri dari 26 provinsi yang memiliki banyak penduduk muslim. Chula yang dipilih harus mendapatkan persetujuan dan pengesahan dari raja. Posisi chularazamontri, lebih memiliki kekuatan simbolis administrasi ketimbang kekuatan yang sebenarnya karena badan ini hanya berfungsi sebagai konsultan Departemen Agama dari kementrian pendidikan, sejauh hubungan dengan Islam. Sampai tingkat tertentu kepemimpinan informalnya cukup diakui dan dipakai. Dia menyelesaikan konflik agama dalam masyarakat Islam, dan memimpin fungsi-fungsi agama pada tingkat nasional, bahkan dia memberikan fatwa bila terdapat persoala yang menyangkut umat Islam dan negara. Akan tetapi, bagaimanapun keputusannya tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat atau legal, kecuali negara mengesahkan keputusan tersebut.
b.      Kantor chularajamantri atau shaikhul islam lembaga ini dimaksudkan sebagai lembaga tertinggi untuk urusan administrasi Islam di Thailand. Di ketahui secara ex-officio oleh chularajamontri Islam di thailand, komite terdiri dari 26 kepala komite Islam propinsi dan beberapa individu yang ditunjuk.
c.       Komite masjid. Ini adalah komite setiap masjid yang diketahui oleh imam yang diseleksi dan dipilih oleh segenap anggota masyarakat. Sesuai dengan jumlah mesjid yang ada di Thailand.
d.      Komite Islam Provinsi. Merupakan komite di setiap provinsi yang memiliki banyak penduduk muslim. Anggotanya dipilih dari banyak imam yang salah satu anggotanya dijadikan ketua.

Pada perkembangan selanjutnya, pemerintah Thailand lebih akomodatif dalam memberikan kebijakan kepada masyarakat muslim. Masyarakat diberi kebebasan dalam menjalankan ibadah. Pemerintah menyediakan dana untuk membantu mereka dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan keagamaan. Kaum muslimin juga diperbolehkan melaksanakan dakwah, membentuk organisasi, dan mengelola penerbitan literatur keagamaan yang sekarang sedang tumbuh. Meskipun demikian, kaum muslimin sendiri tidak bebas dari perpecahan. Ada empat kelompok yang mengklaim dirinya sebagai pihak yang mewakili kepentingan masyarakat muslim, yaitu chularajamontri, sebuah kelompok yang didukung negara, kelompok modernis yang menerbitkan jurnal Al-Jihad, kelompok Ortodoks yang menerbitkan Al-rabitah, dan kelompok muslim melayu tradisional didaerah selatan yang menentang kepemimpinan chularajamontri, namun menolak disebut sebagai rival al-Jihad Al-Rabitah. Lepas dari itu semua, secara keseluruhan, komitmen terhadap Islam sedang tumbuh dikalangan muslim muangthai, meskipun pihak pemerinth akhir-akhir ini cukup represif memperlakukan kaum muslimin terutama dibagian selatan.
Pada tahun 2004 bertepatan pada bulan April, pada masa kepemimpinan Thaksin Shinawarta, insiden berdarah telah terjadi sehingga mengakibatkan 30 pemuda muslim tewas di masjid Kru Se. peristiwa keji terjadi yang kedua kalinya pada bulan oktober 2004 yang mengakibatkan 175 tahanan pejuang Muslim Takbai meninggal dunia, akibat dijejalkan militer Thailand dalam sebuah truk dengan kondisi tangan di belakang. Pada perkembangan Muslim Pattani antara 2004 hingga Mei 2007.[7]
Periode ini sangat mendesak tidak hanya karena banyak nya korban dalam kurun waktu itu, setidak nya 2000 korban meninggal. Sehingga di penghujung tahun 2008, Thailand ingin memiliki Perdana Menteri baru yang diharapkan dapat membawa angin perubahan. Dengan rezim barunya harus berjuang keras mencari alternative dalam menangani masalah konflik Thailand Selatan.
Rupanya perdamaian Aceh (Gerakan Aceh Merdeka) menjadi model upaya perdamaian dan rekonsiliasi di Thailand Selatan. Identitas lokal di Thailand Selatan lebih dekat dengan Kelantan dan Kedah, Malaysia. Masyarakat secara tradisional lebih memilih menggunakan bahasa Melayu dibandingkan bahasa Thai yang digalakkan oleh pemerintah pusat sebagai bahasa resmi negara. Keterpaksaan ini dirasakan masyarakat Melayu Muslim di Thailand Selatan selama puluhan tahun.
Penggunakan bahasa Thai diwajibkan oleh pemerintah, baik itu di kantor kerajaan, pemerintah, sekolah dan media. Dan ternyata strategi pemerintah Thailand memang membuahkan hasil. Dalam waktu sekitar 50 tahun, banyak generasi muda Melayu Muslim lebih suka berbahasa Thai dibandingkan bahasa Melayu, baik di sekolah maupun dalam pergaulan sehari-hari. Tetapi mereka ’dipaksa’ keluarga untuk berbicara dalam bahasa Melayu ketika mereka berkumpul dilingkungan keluarga.
Pada saat ini pertumbuhan masjid di Thailand yang berkembang pesat; Bangkok 159 masjid, Krabi 144 masjid, Narathiwat 447 masjid, Pattani 544 masjid, Yala 308 masjid, Songkhla 204 masjid, Satun 147 masjid.Dan beberapa masjid di berbagai kota di thailand. Mayoritas penduduk Thailand adalah bangsa Siam, Tionghoa dan sebagian kecil bangsa Melayu. Jumlah kaum muslimin di Thailand memang tidak lebih dari 10% dari total 65 juta penduduk, namun Islam menjadi agama mayoritas kedua setelah Buddha. Penduduk muslim Thailand sebagian besar berdomisili di bagian selatan Thailand, seperti di propinsi Pha Nga, Songkhla, Narathiwat dan sekitarnya yang dalam sejarahnya adalah bagian dari Daulah Islamiyyah Pattani.




















BAB II

PENUTUP

Kedatangan Islam di Thailand telah terasa pada masa pemerintahan kerajaan sukhatai diabad XIII M. Perdagangan merupakan faktor dominan yang mendekatkan Islam dengan kerajaan Ayyuthaya. Peran orang-orang muslim sebagai mentri dan saudagar yang dekat dengan raja menjadikan mereka kelompok yang berpengaruh diistana.
Kelompok Islam di Thailand, yang menjadi penduduk dinegeri ini sekarang tinggal di tempat provinsi dibagian selatan, yaitu Pattani, yala, Naratiwat, dan satul. Juga termasuk bagian di provinsi Shongkala. kelompok masyarakat muslim telah ada sejak awal berdirinya negara Thailand dan memiliki peran penting dalam masyarakat. Pada perkembangan selanjutnya Muangthai dikenal secara luas. Dengan periode pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi, muangthai juga mengalami perkembangan yang sangat cepat dibidang ekonomi sosial-budaya, islam di tahailand juga telah mendirikan berbagai lembagaiga di tahailand seprti, Kantor chularajamantri atau shaikhul islam, Kantor chularajamantri atau shaikhul islam, Komite masjid, Komite Islam Provinsi. Muslim di thailand yang termasuk minoritas seringkali di deskriminasi antar umat minoritas yang ada di tahaland dari sejak masuknya islam hingga saat ini.


Saran yang dapat penulis sampaikan melalui makalah ini yaitu kepada mahasiswa ataupun pembaca untuk terus menambah wawasan kita tentag sejarah islam lebih mendalam.


















DAFTAR PUSTAKA

Ilaihi Wahyu, Hefni Harjani. Pengantar Sejarah Dakwah. (Jakarta: Kencana. 2007).
         Thohir, Ajid. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 2004.
Helmiati, Sejarah Islam Di Asia Tenggara, (Pekanbaru: Zanafa Publishing, 2014).
Nik Anuar Nik Mahmud, Sejarah Perjuangan Melayu Patani 1885-1954, (Negeri Sembilan: Saremban, 2004)
Hakimul Ikhwan Affandi, Akar Konflik Sepanjang Zaman: Elaborasi Pemikiran Ibn Khaldun, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004).
Surin Pitssuwan, Islam Di Muangthai, (Jakarta: LP3ES. 1989).
http://Indramunawar.blogspot.com/.







[1] Wahyu Ilaihi dan Harjani Hefni "Pengantar Sejarah Dakwah" (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 161-164

[2]Ajid Thihir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2004).hlm 57
[3]Nik Anuar Nik Mahmud, Sejarah Perjuangan Melayu Patani 1885-1954, (Negeri Sembilan: Saremban, 2004), hlm. 2
[4]Hakimul Ikhwan Affandi, Akar Konflik Sepanjang Zaman: Elaborasi Pemikiran Ibn Khaldun, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 81.
[5] Helmiati, Sejarah Islam Di Asia Tenggara, (Pekanbaru: Zanafa Publishing, 2014). Hlm 232-233
[6]Helmiati, Ibid. 235

Tidak ada komentar:

Posting Komentar