Rabu, 25 Maret 2020

Perkembangan Islam di Singapura - Makalah SIAT


Tugas Kelompok :                                                                  Dosen Pengampuh :
Sejarah Islam Asia Tenggara                                                  Widodo, M.Pd


PERKEMBANGAN ISLAM DI SINGAPURA

 



DISUSUN OLEH :

Kelompok 5


LOKAL : 3C
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2019/2020




KATA PENGANTAR

Puji  syukur  kehadirat  Allah  SWT,  atas  rahmad  dan  karunia-Nyalah  kami  dapat  menyelesaikan  tugas  makalah kami yaitu tentang ”Perkembangan Islam di Singapura’’ Makalah ini disusun sebagai bahan pembelajaran bagi penulis dan kita semua sebagai mahasiswa.
Saya ucapkan terimakasih kepada Bapak Widodo, M.Pd yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan makalah, dan kami mengucapkan terimakasih kepada semua orang yang terlibat di dalam penulisan makalah ini. Sehingga makalah dapat di selesaikan dan juga dapat di presentasikan dengan baik. Kami berharap makalah ini dapat dijadikan pembelajaran dengan baik. Kami minta maaf apabila ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Kritik dan saran yang mendukung dan membangun sangat kami harapkan.



Pekanbaru, Oktober 2019


Penulis











DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang........................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah..................................................................................... 1
1.3  Tujuan Masalah......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1  Sejarah Islam di Singapura ...................................................................... 2
2.2  Singapura dimasa kolonial........................................................................ 3
2.3  Pendidikan di Singapura .......................................................................... 5
2.4  Perkembangan Islam di Singapura ........................................................... 6

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................... 8
3.2 Saran..................................................................................................... .... 8

DAFTAR PUSTAKA
















BAB II
PEMBAHASAN

2.1              Sejarah Islam di Singapura
Singapura telah dihuni pada masa pra sejarah. Pada tahun 1100-an Singapura telah dijadikan kota pelabuhan, dan pada tahun 1200-1300 pelabuhan Singapura telah menjadi pusat perdagangan. Sebelum bernama Singapura, wilayah tersebut lebih dikenal dengan nama “Tumasik” atau “Temasek” yang berarti “Kota Pantai”.
Menurut sejarahnya, nama Singapura baru diperkenalkan oleh Sang Nila Utama yang bergelar Sri Tan Buana yang sedang berlayar dan terdampar di Tumasik. Di tempat baru tersebut, Sri Tan Buana melihat seekor binatang aneh yang mirip dengan singa. Hal ini diyakini sebagai tanda baik, sehingga Sri Tan Buana serta rombongannya menetap dan membangun wilayah baru tersebut, dan menamai wilayah Tumasik dengan Singapura. Istilah tersebut diambil dari bahasa sansakerta: Singa, berarti Singa binatang buas, dan pura berarti Kota. Dengan demikian, Singapura berarti kota Singa.[1]
Ada beberapa pendapat tentang perkembangan Islam di Singapura, diantaranya :
Seorang guru besar The Australian National University yaitu A.C Milner berpendapat mengenai Singapura, bahwa di Negara tersebut ada indikasi-indikasi “jiwa Syariat” dikalangan Muslim Singapura. Adapun Richard C. Martin dalam bukunya Enclycopedia of Islam and the Muslim World, mengatakan perbedaan dasar yang dapat ditarik antara Indonesia, Malaysia dan Singapura yaitu adanya gerakan reformis yang berusaha mentranformasikan budaya dan masyarakat dan mereka yang berusaha untuk mempekerjakan proses politik untuk mendirikan sebuah Negara Islam.
Kami pemakalah dari kelompok 5 menyimpulkan dari beberapa pendapat dan dari beberapa sumber buku bahwa Islam di Singapura masih merupakan etnis minoritas dengan sejarah dan perjuangannya yang panjang, mampu membangkitkan semangat ke Islaman mereka dengan berbagai organisasi dan gerakan-gerakan yang mereka dirikan. Jumlah jamaah haji pertahun meningkat, populasi umat bertambah, sarana dan prasarana dibangun, sekolah-sekolah Islam atau madrasah ditingkatkan dan banyak lagi yang lainnya. Semua ditujukan untuk kemajuan dan semangat umat Muslim di tengah-tengah keminoritasan dalam berwarga negara, meskipun masih kurang dalam berbagai aspek dan diplat sebagai masyarakat kelas dua. Semangat, kemauan, kegigihan dan perjuangan mereka sebagai yang minoritas patut kita contoh dan kita ambil hikmahnya.

2.2              Singapura Dimasa Kolonial
Kejatuhan Malaka oleh serbuan Portugis pada tahun 1511 yang disertai oleh mundurnya para sultan Malaka ke Selatan Johor merupakan awal kemunduran dan kehancuran wilayah Singapura. Selama 130 tahun kolonialisai Portugis di Malaka yang Tercatat sejak tahun 1511, kebijakan kolonial tampak cenderung mencegah penyebaran Islam dan menghambat perkembangan dagang muslim. Meskipun demikian, Portugis gagal dalam masalah ini, terutama karena Melayu muslim terus menerus berupaya melawan Kolonialisasi Portugis.[2]
Selanjutnya, Singapura berada dibawah kekuasaan Inggris. Penduduk Inggris di Singapura tidak terlepas dari usaha Stamford Raffles, yang kemudian diangkat sebagai bapak pendiri Singapura. Saat itulah pendudukan Inggris dimulai, suatu pendudukan yang berdampak sangat besar bagi perkembangan Singapura selanjutnya, terutama bagi perjalanan sejarah islam dalam masyarakat Melayu. Apa yang dimulai tidak  hanya dengan campur tangan tak langsung, akan tetapi juga mengarah pada bentuk intervensi lebih langsung diwilayah-wilayah yang secara tradisional merupakan Domain (wilayah kekuasaan) sultan-sultan Melayu, termasuk Islam.
Sejauh menyangkut perkembangan Islam di Singapura, beberapa kebijakan Inggris berdampak cukup besar terhadap Islam. Diantaranya adalah kebijakan Inggris tentang masyarakat pluralis (majemuk). Karena kepentingan-kepentingan Inggris terhadap wilayah  jajahan baru tersebut, khususnya dalam pengadaan tenaga kerja, maka dikeluarkanlah kebijakan ‘pintu terbuka’. Artinya, demi kelancaran ekonomi Singapura, kolonial mendatangkan sejumlah tenaga kerja dari Cina dan India. Kebijakan tersebut menyebabkan pluralitas masyarakat yang terdiri dari bukan saja etnis Melayu, tetapi juga etnis Cina dan India yang tidak terintegrasi ke dalam mainstrem (arus utama) lingkungan pribumi. Sebagai akibatnya, orang Cina, India dan Melayu membiarkan diri mereka berada dikantong-kantong itnis mereka sendiri, seperti tempat tinggal, jenis pekerjaan, jenis pendidikan, maupun agama.
Pada abad ke-19 di kalangan komunitas muslim Singapura juga terdapat kelompok pendatang yang berasal dari Jawa, Sumatera, Sulawesi, Riau, dan Bawean, serta kelompok imigran yang berasal dari luar seperti Muslim India, dan keturunan Arab, khususnya Hadramaut. Singapura pada permulaan abad ke-20. Pada sensus tahun 1901 terhadap 919 orang Arab Hadramaut di Singapura, hampir sebagian dari mereka berasal dari Arab, sebagian mempunyai bapak Arab dan ibu Melayu. Mayoritas mereka adalah pedagang dan pemilik tanah, cukupkaya dan menempati posisi penting di kalangan para pedagangan Cina dan Barat.[3]
Untuk konteks Singapura pada abad ke-19, hal ini telah menjadikan kota Singapura selain sebagai sentra ekonomi juga menjadikannya sebagai kota transit, tempat berlabuh dan singgahnya para saudagar, terutama saudagar muslim. Hal ini pada gilirannya menjadikan Singapura punya peranan penting selain sebagai pusat perdagangan juga sebagai pusat informasi dan dakwah islam. Sejauh menyangkut penyebarab syiar Islam, Singapura juga berperan sebagai tempat penerbitan buku-buku keislaman seperti Tarjuman al-Mustafid karya Abdul Rauf al-Singkili, Hidayat al-Salikin dan sayral-Salikin karya Imam al-Ghazali dan banyak lagi lainnya. Yang lebih penting lagi adalah bahwa Singapura juga berperan sebagai pusat dakwah dan informasi bagi kaum reformis.[4]

2.3              Pendidikan Di Singapura
Dalam bidang pendidikan singapura menganut  sistem pendidikan islam modern dari awal hingga sekarang merujuk pada sistem mesir dan barat seperti madrasah, sekolah arab atau sekolah agama, tetapi tidak mengenal pondok pesantren. Ada 4 madrasah terbesar di singapura yaitu :[5]
1.        Madrasah Aljunied, didirikan pada tahun 1927 M, oleh pangeran Syarif   al-Syaid Umar bin Ali Aljuneid dari palembang.
2.        Madrasah Al-Ma’arif, didirikan pada tahun 1940-an gurunya dari  lulusan al-Azhar Mesir.
3.        Madrasah Wak Tajung AL- Islamiyah , didirikan tahun 1955 M.
4.        Madrasah AL-Sagoff, didirikan pada tahun 1912 di atas tanah wakaf Syed Muhammad bin Syed  al- Sagoff.

Singapura sendiri mempunyai peranan penting dalam penyebaran Islam di Asia Tenggara. Posisi stategis yang merupakan nilai lebih Singapura menjadikannya sebagai transit bagi perdagangan dari berbagai kawasan. Pada sisi lain, selain sebagai transit perdagangan letaknya yang strategis ini juga telah memungkinkannya menjadi pusat informasi dan komunikasi dakwah Islam, karena secara geografis Singapura hanyalah salah satu pulau kecil yang terdapat di tanah Semenanjung Melayu. Singapura menjadi sebuah Negara Republik yang merdeka setelah melepaskan diri dari Malaysia pada tanggal 17 Agustus 1965. Saat ini, Singapura merupakan Negara paling maju diantara Negara-negara tetangganya di kawasan Asia Tenggara.[6]


2.4              Perkembangan Islam di Singapura
Di Singapura, Islam menjadi salah satu agama  minoritas. Dengan jumlah penduduk sekitar 4,99 Juta jiwa, atau hanya sekitar 14.9% saja yang memeluk agama Islam. Dan menjadi agama kedua terbesar setelah Buddha 42,9% di ikuti oleh Ateis 14.8%, Kristen 14.6%, Taouisme 8% dan Hinddu 4% serta agama lainnya 0.6%.[7]
Hal ini terjadi salah satunya  disebabkan oleh prinsip kunci yang ada di Singapura mengenai setiap penyerapan suatu praktek hukum atau norma harus sesuai dengan kondisi budaya, sosial dan ekonomi setempat. Seperti yang kita ketahui bahwa Singapura merupakan negara dengan perkembangan yang pesat dengan adaptasi hukum Inggris. Meskipun demikian, umat Islam di Singapura tetap mengusahakan adanya hukum Islam di negara Singapura. Keberadaan hukum Islam di Singapura tidak bisa terlepas dari peran umat islam yang ada di negara tersebut. Disebabkan oleh kebutuhan hukum Islam secara formal. Umat islam Singapura berusaha keras untuk mendekati pemerintah Singapura agar mengesahkan suatu undang-undang yang mengatur  Hukum Personal dan Keluarga Islam di Singapura. Setelah diupayakan selama bertahun-tahun, barulah pada tahun 1966 pemerintah mengeluarkan  rancangan undang-undang parlemen dan menerima UU Administrasi Hukum Islam (AMLA ). UU ini telah dinilai oleh perwakilan dari berbagai suku dan mazhab yang ada di Singapura.
Pada tahun 1966 AMLA mengusulkan pembentukan MUIS (Majlis Ugama Islam Singapura ) sebagai suatu badan hukum. MUIS di harapkan dapat  menjadi penasihat Presiden Singapura dalam hal yang berkaitan dengan  agama Islam di Singapura. Tugas MUIS disini sama seperti MUI di Indonesia, tugas mereka mengatur kegiatan Islam di Singapura seperti mengeluarkan sertifikasi halal untuk makan yang menurut ketentuan Islam baik untuk di konsumsi. Melakukan perhitungan waktu shalat di Singapura, menjadi penyelengara pernikahan secara Islam.
Menurut istilah Sharon Siddique, muslim Singapura dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu migrant yang berasal dari dalam dan luar wilayah. Migrant dari dalam wilayah berasal dari Jawa, Sumatra, Sulawesi, Riau dan Bawean. Kelompok ini selalu diidientikkan ke dalam etnis Melayu. Adapun kelompok migrant dari luar wilayah dibagi menjadi dua kelompok penting, yaitu muslim India yang berasal dari subkontinen India (Pantai Timur dan Pantai Selatan India) dan keturunan Arab, khususnya Hadramaut. Dengan demikian, Sharon berpandangan bahwa muslim Singapura adalah para migran. Migran yang berasal dari luar wilayah secara umum berasal dari golongan muslim yang kaya dan terdidik. Kelompok ini pula akhirnya membentuk kelompok elit social dan ekonomi Singapura. Mereka mempelopori perkembangan Singapura sebagai pusat pendidikan dan penerbitan muslim. Disamping itu, mereka juga sebagai penyumbang dana terbesar untuk pembangunan mesjid, lembaga pendidikan dan organisasi social Islam lainnya. Diantara mereka itu dikenal dengaan keluarga al-Segat, al-Kaff, dan al-Juneid.[8]















BAB III
PENUTUP

3.1              Kesimpulan
Singapura adalah negara kota kecil dengan banyak etnis, dimana etnis paling besar adalah etnis cina yang mendominasi semua kawasan singapura.  Islam awal sejarah Singapura sangatlah berkembang, dimana Singapura menjadi tempat bertemunya para pedagang dari berbagai wilayah. Dengan demikian islam sangat mudah di sebarkan di Singapura. Islam menjadi mayoritas saat itu di semenajung melayu. Pada fase pertengahan atau fase kolonialisme, Islam di Singapura menjadi minoritas, karna saat itu Inggris membebaskan masyarakat dunia untuk berimigrasi di sana. Tidak hanya itu Inggris juga membawa misioner khusus untuk pengkristenan di Singapura. Walaupun Muslim masa kolonialisme menjadi minoritas, tapi pada masa sekarang islma sudah mulai membaur lagi dengan kegiatan-kegiatan yang ada di Singapura

3.2              Saran
Penulis menyarankan agar pembaca dapat menyadari bahwa sangat penting untuk kita semua sebagai umat Islam untuk mempelajari sejarah Perkembangan Islam serta pembaca disarankan memahami dan meyakinkan hati untuk dapat mengembangkan Islam.












DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik, dan Sharon Siddique. 1989. Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES.

Dardiri, dkk. 2006. Sejarah Islam Asia Tenggara. ISAI dan Alif Riau : Riau

Gusrianto. 2012. Diktat Sejarah dan Perkembangan Islam Asia Tenggara. Pekan Baru

Harahap, A.S. Sejarah Perkembangan Islam di Asia Tenggara. Medan: Toko Buku Islamiyah, 1951.

Helmiati, 2011, Sejarah Islam Asia Tenggara :SUSKA PRESS

Iik Arifin Mansurnoor dan Drs. Dadi Damadi, “Minoritas Islam” dalam Ensklopedi Tematis Dunia Islam: Asia Tenggara, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002)

M Ali Kettani, Minoritas Muslim: di Dunia Dewasa Ini, (Terj) Zarkowi Soejoeti, (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2005)

Suhaimi dkk. 2009. Sejarah Islam Asia Tenggara (SIAT): Unri Press.


[1] Harahap, A.S. Sejarah Perkembangan Islam di Asia Tenggara. Medan: Toko Buku Islamiyah, 1951.
[2] Abdullah, Taufik, dan Sharon Siddique. 1989. Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES.
[3] Iik Arifin Mansurnoor dan Drs. Dadi Damadi, “Minoritas Islam” dalam Ensklopedi Tematis Dunia Islam: Asia Tenggara, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002)
[4] Helmiati, 2011, Sejarah Islam Asia Tenggara :SUSKA PRESS
[5] M Ali Kettani, Minoritas Muslim: di Dunia Dewasa Ini, (Terj) Zarkowi Soejoeti, (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2005)
[6] Dardiri, dkk. 2006. Sejarah Islam Asia Tenggara. ISAI dan Alif Riau : Riau

[7] Suhaimi dkk. 2009. Sejarah Islam Asia Tenggara (SIAT): Unri Press.
[8] Gusrianto. 2012. Diktat Sejarah dan Perkembangan Islam Asia Tenggara. Pekan Baru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar