TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
Dosen Pembimbing : Muhammad Soim, MA
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Ilmu Kepemimpinan
OLEH:
MUHAMMAD MAULADI
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2019/2020
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah Ilmu
Kepemimpinan dengan judul "Teori-Teori Kepemimpinan" tepat pada
waktunya.
Penyusunan makalah
semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga
dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah
ini.
Namun tidak lepas dari
semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari
segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada
kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran
maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun
sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya
dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat
permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.
Pekanbaru, 08
Oktober 2019
Kelompok 4
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL............................................................................................... i
KATA
PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR
ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 1
C. Tujuan......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 3
A.
PENGERTIAN KEPEMIMPINAN......................................................... 3
B.
PENGERTIAN
TEORI KEPEMIMPINAN........................................... 3
C.
BERBAGAI
MACAM TEORI KEPEMIMPINAN............................... 4
D.
BERBAGAI
MACAM PENDEKATAN
STUDI
KEPEMIMPINAN....................................................................... 7
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 19
A. KESIMPULAN........................................................................................ 19
B. SARAN...................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Semua orang adalah pemimpin, mungkin
ungkapan itulah yang patut kita tunjukan ketika muncul pertanya siapakah
pemimpin yang sesungguhnya, kita kadang tidak sadar bahwa setiap manusia adalah
pemimpin, minimal pemimpin bagi dirinya sendiri. Banyak contoh nyata dalam
realita kehidupan sekeliling kita sosok pemimpin-pemimpin yang sukses dalam
mengemban amanahnya sebagai pembawa aspirasi warga masyarakat. Salah satu
contoh yang ada tak jauh dari kita yaitu Ibu Tri Rismaharini yang merupakan
Wali Kota Surabaya wanita pertama yang menjabat untuk periode 2010-2015.
Sebelum menjabat sebagai wali kota, ia menduduki posisi sebagai Kepala Dinas
Kebersihan dan Pertamanan (DKP). Di bawah kepemimpinannya sebagai Kepala DKP
hingga wali kota saat ini, Surabaya menjadi kota yang bersih dan asri. Bahkan
kota yang mendapat sebutan Kota Pahlawan ini berhasil meraih kembali Piala
Adipura 2011 untuk kategori kota metropolitan setelah lima tahun berturut-turut
tak lagi memperolehnya.
Serta berbagai prestasi lainnya baik di
dunia politik maupun pendidikan sebagai cerminan suksesnya estafet
kepemimpinan. Jika kita telaah lebih jauh tentu dalam setiap kepemimpinan kita
memerlukan apa yang kita sebut sebagai
pedoman, yang kita gunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan atau
kebijakan baik berupa teori-teori dari ilmuan terdahulu maupun berbagai
pendekatan yang implementatif untuk kita terapkan dalam proses belajar-mengajar
kita nantinya, sebagi calon guru pendidikan agama islam.
Untuk itu pemakalah mencoba menguraikan
sebuh tema mengenai teori-teori munculnya kepemimpinan dan juga pendekatan
studi pendidikan, yang semoga dengan makalah ini dapat semakin memperkuat
kemampuan kita sebagai calon pendidik dalam mengkoordinir berbagai kegiatan
belajar- mengajar kita nantinya.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah
pengertian kepemimpinan itu?’
2. Apakah
yang dimaksud dengan tori kepemimoinan?
3. Apa
sajakah macam-macam teori kepemimpinan?
4. Apa
sajakah macam-macam pendekatan dalam kepemimpinan?
C.
Tujuan
1. Mahasiswa
mampu memahami pengertian kepemimpinan.
2. Mahasiswa
mampu memahami pengertian teori kepemimpinan.
3. Mahasiswa
mampu memahami berbagai teori kepemimpinan.
4.
Mahasiswa mampu memahami berbagai Pendekatan dalam kepemimpinan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard
(1982:83), mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut: “Kepemimpinan adalah
proses mempengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam usaha untuk mencapai
tujuan dalam situasi tertentu”.
Pengertian kepemimpinan menurut Goerge R. Terry (1972:458) adalah
: “Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri orang
seorang atau pemimpin, mempengaruhi orang-orang lain untuk bekerjasama secara
sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai yang diinginkan pemimpin”.
Sedangkan James A.F. Stoner (1982:468)
mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut: “Kepemimpinan manajerial sebagai
proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas hubungan tugas anggota kelompok”.
B.
PENGERTIAN TEORI
KEPEMIMPINAN
Teori kepemimpinan merupakan
penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep
kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab-sebab
timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok
dan fungsinya serta etika profesi kepemimpinan (Kartini Kartono, 1994: 27).
Teori
kepemimpinan adalah penggeneralisasian satu seri
perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, persyaratan menjadi
pemimpin, sifat-sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi kepemimpinan.
Teori
kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan
penjelasan dan interprestasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan.
C.
BERBAGAI MACAM TEORI KEPEMIMPINAN
Teori-teori
munculnya seseorang pemimpin adanya tiga teori, yaitu:
1. Teori Genetis;
2. Teori Sosial;
3. Teori Ekologis.
Berikut diuraikan
masing-masing dari teori tersebut:
1.
Teori Genetis
Inti dari ajaran teori ini tersimpul
dalam sebutan : “leaders are born and not
made”. Teori ini mengatakan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin karena ia
telah dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan yang alami. Pemimpin itu tidak
dibuat melainkan dilahirkan. Jadi dapat dikatakan bahwa pemimpin itu ada dengan
membawa bakat-bakat memimpin yang luar biasa sejak ia dilahirkan. Dalam teori
ini dikatakan bahwa dia ditakdirkan untuk menjadi pemimpin dalam situasi dan
kondisi yang bagaiamanapun juga.
Seseorang bisa menjadi pemimpin karena
kelahirannya. Sejak ia lahir, bahkan sejak ia di dalam kandungan, ia telah
ditakdirkan untuk menjadi pemimpin. Pelbagai pengalaman dalam hidupnya akan
semakin melengkapinya untuk menjadi pemimpin di kemudian hari. Teori ini
mengatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin karena keturunan. Karena
orang tuanya menjadi pemimpin, maka anaknya juga menjadi pemimpin. Kalau orang
tuanya dulu tidak menjadi pemimpin, maka dipandangnya orang tidak cakap menjadi
pemimpin. Teori ini biasanya dianut dan hidup dikalangan kaum bangsawan.
Misalnya di Yogyakarta yang dapat menjadi Sultan (Kepala Daerah Istimewa
Yogyakarta) hanyalah keturunan Sultan Yogyasaja. Seseorang bisa menjadi
pemimpin karena mewarisi posisi atau jabatan kepemimpinan dari orang tuanya.
Teori ini biasanya berlaku pada zaman dinasti kekaisaran atau kerajaan.
Kadang-kadang yang bersangkutan tidak memenuhi syarat untuk bisa menjadi
pemimpin, tetapi karena ketentuan dinasti itulah, maka ia tetap bisa menjadi
pemimpin. Tidak heran jika kemudian timbul pelbagai masalah akibat
ketidakmampuan tersebut.
2.
Teori Sosial
Inti ajaran teori sosial ini ialah bahwa
“leaders are made and not born”, jadi
merupakan kebalikan dari teori genetis. Teori ini mengetengahkan pendapat yang
mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila memang disiapkan
dan diberikan pendidikan atau pengalaman yang cukup, di samping juga atas
kemauannya sendiri.
Teori ini mengungkapkan bahwa pemimpin
itu disiapkan, di didik, dan di bentuk melalui pelatihan dan tidak begitu saja
dilahirkan. Setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan
pendidikan serta didorong oleh kemauan dari diri sendiri.
Seseorang bisa menjadi pemimpin karena
pembentukan. Jika ia memiliki keinginan yang kuat, sekalipun ia tidak
dilahirkan sebagai seorang pemimpin, ia bisa menjadi seorang pemimpin yang
efektif. Pemimpin yang baik mengembangkan dirinya melalui proses tiada henti
baik dalam belajar mandiri, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Pada
hakikatnya semua orang sama dan dapat menjadi pemimpin. Tiap-tiap orang
mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin, hanya saja memiliki kesempatan atau
tidak.
3.
Teori Ekologis
Teori ini timbul sebagai reaksi terhadap
teori genetis dan teorikejiwaan/sosial yang pada intinya berarti bahwa
seseorang hanya akan berhasil menjadi seorang pemimpin yang baik apabila pada
waktu lahir telah memiliki bakat kepemimpinan, dan bakat tersebut kemudian
dikembangkan melalui proses pendidikan yang teratur dan pengalaman- pengalaman
yang memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang
telah dimilikinya itu. Teori genetis berpendapat, bahwa orang menjadi pemimpin
karena memang sudah ditakdirkan dan teori kejiwaan/sosial mengemukakan bahwa
kepemimpinan itu bukan ditakdirkan, akan tetapi dibentuk oleh pengaruh lingkungan, maka
teori ekologis mengakui kedua-duanya, artinya bahwa seseorang itu hanya akan
bisa menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahir telah memiliki
bakat-bakat kepemimpinan dan bakat-bakat itu kemudian diasah melalui
pendidikan.
Semua teori di atas dapat digunakan
dalam pemunculan seorang pemimpin, tergantung pada situasi dan kondisi yang
ada. Seseorang yang memang “ditakdirkan” sebagai pemimpin pun, jika tidak
bersedia mengembangkan diri dalam pelbagai proses yang melengkapi dirinya,
tidak akan bisa memimpin dengan baik. Tetapi semua bakat pemimpin itu tidak ada
gunanya jika ia tidak diberi kesempatan untuk memimpin. Adanya kesempatan yang
diberikan akan sangat menolong. Menurut Ordway Tead, timbulnya seorang pemimpin
itu karena:
1. Membentuk diri sendiri (self constituted leader, self made
man, born leader).
2. Dipilih oleh golongan. Ia
dipilih karena jasa-jasanya, karena kecakapannya, keberaniannya dan
sebagainya terhadap organisasi.
3. Ditunjuk oleh atasan. Ia menjadi pemimpin karena dipercaya
dan disetujui oleh pihak atasan.
D.
BERBAGAI MACAM PENDEKATAN STUDI KEPEMIMPINAN
1. Teori Pendekatan Sifat (TraithApproachTheory)
Pendekatan ini
berdasarkan pada sifat seseorang yang dilakukan dengan
cara:
1) Membandingkan sifat yang timbul sebagai pemimpin dan bukan
pemimpin.
2) Membandingkan sifat pemimpin yang efektif dengan pemimpin yang tidak efektif.
Teori awal tentang sifat-sifat pemimpin
dapat ditelusuri kembali sejak zaman Yunani Kuno dan Roma. Ketika itu orang
percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan. Teori ini disebut
teori The Great
Man. Menurut teori ini, jika seseorang dilahirkan
sebagai pemimpin, maka ia akan menjadi pemimpin.
Penelitian tentang pemimpin efektif dan
tidak efektif mengemukakan bahwa pemimpin yang efektif tidak berdasarkan pada
sifat manusia tertentu, tetapi terletak pada seberapa jauh sifat seorang pemimpin dapat mengatasi keadaan yang
dihadapinya. Sifat-sifat yang dimiliki oleh pemimpin yang efektif antara lain:
ketakwaan, kejujuran, kecerdasan, keikhlasan, kesederhanaan, keluasan
pandangan, komitmen, keahlian, keterbukaan, keluasan hubungan sosial,
kedewasaan, dan keadilan.
Pendekatan sifat-sifat berpendapat bahwa
pemimpin itu dilahirkan buka diciptakan (leader
are born, not built), artinya seseorang telah membawa bakat kepemimpinan
sejak dilahirkan buka di didik atau di latih. Pemimpin yang dilahirkan tanpa melalui
diklat sudah dapat menjadi pemimpin yang efektif. Pelatihan kepemimpinan hanya
bermanfaat bagi mereka yang memang telah memiliki sifat-sifat kepemimpinan.
Artinya, seseorang yang tidak memiliki sifat dan bakat kepemimpinan yang dibawa
sejak lahir, tidak perlu dilatih kepemimpinan karena akan sia-sia.
Menurut Kouzes dan Posner, dari 20 sifat-sifat pemimpin yang ditemukan,
mayoritas responden memilih empat sifat teratas, yaitu:
a. Honest (kejujuran)
Kejujuran lebih sering dipilih
dibandingkan sifat yang lain. kejujuran juga berhubungan dengan nilai dan
etika. Kita menghargai pemimpin yang mempunyai pendirian tentang prinsip yang
penting, dan menolak pemimpin yang tidak yakin pada diri mereka sendiri. Kita
tidak bisa percaya pada pemimpin yang tidak bisa menunjukan nilai- nilai,
etika, dan standar mereka.
b.
Forward
Looking (mempunyai pandangan jauh ke depan)
Pemimpin diharapkan mempunyai rasa
terhadap arah dan perhatian terhadap masa depan organisasi. Jelas bahwa
pemimpin harus tahu kemana mereka akan pergi membawa organisasi jika mereka
berharap orang lain bersedia bergabung dalam menjalankan organisasi.
Yang dimaksud dengan kemampuan memandang
ke depan ini adalah kemampuan seorang pemimpin untuk menetapkan atau memilih
tujuan. Seorang pemimpin diharapkan punya orientasi yang baik menuju masa
depan.
c. Inspiring (inspirasi)
Kita mengharapkan seorang pemimpin yang
antusias, penuh semangat, dan berpandangan positif tentang masa depan, mereka
diharapkan mampu memberikan inspirasi. Tidak cukup hanya mempunyai impian tentang
masa depan, tetapi juga dapat menyampaikan wawasan dengan cara tertentu yang
antusias, berenergi. Selain itu, sikap positif dari pemimpin dapat mengubah
konteks pekerjaan sehingga lebih barmakna. Salah satu penentu kualitas seorang
pemimpin adalah mampu memberikan inspirasi.
d.
Competent (cakap)
Kecakapan pemimpin tidak harus mengacu
pada kemampuan pemimpin dalam teknologi, inti operasi. Bahkan, jenis kecakapan
yang dituntut rasanya bervariasi sesuai dengan kedudukan pemimpin dan keadaan
organisasi. Akan tetapi, pemimpin tidak perlu mempunyai kecakapan yang sama
dengan bawahan. Yang lebih penting pemimpin harus mempunyai waktu untuk belajar
dan bekerja sebelum membuat perubahan dan keputusan yang berpengaruh pada
setiap orang dalam organisasi. Namun bagaimanapun, selalu ada kecenderungan
yang menunjukan perlunya kecakapan teknis pemimpin.
Pemimpin yang baik dalam jasa profesional mempunyai sedikit tanggung
jawab klien secara langsung, tetapi harus memiliki kecakapan seperti konsultan.
Kecakapan yang perlu bagi pemimpin disebut sebagai “kecakapan nilai tambah”.
Kecakapn fungsional diperlukan, tetapi belum cukup, harus ada nilai tambah.
Punya catatan prestasi meraih kemenangan adalah satu cara untuk disebut cakap.
Keunggulan dalam keahlian memimpin itu merupakan
dimensi lain dari kecakapan. Kemampuan untuk menantang, memberi inspirasi,
memungkinkan, menjadi teladan, dan mendorong juga harus ditunjukan jika
pemimpin ingin dipandang mampu oleh bawahannya.
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, menurut
Sondang P.Siagian adalah sebagai berikut:
1.
Memiliki kondisi fisik yang
sehat sesuai dengan tugasnya.
2.
Berpengetahuan luas.
3.
Mempunyai keyakinan bahwa
organisasi yang dipimpinnya akan berhasil.
4.
Mengetahui
dengan jelas sifat hakiki dan kompleksitas dari tujuan yang hendak dicapai.
5.
Memiliki stamina (daya
kerja) yang besar.
6.
Gemar dan cepat mengambil keputusan
7.
Obyektif
dalam arti dapat menguasai emosi dan mempergunakan rasio.
8.
Adil dalam memperlakukan bawahan.
9.
Menguasai prinsip-prinsip
human relations.
10.
Menguasai teknik-teknik berkomunikasi.
11. Dapat dan mampu bertindak sebagai penasehat dan guru terhadap
bawahannya.
12. Mempunyai gambaran yang menyeluruh tentang semua aspek
kegiatan organisasi.
Siafat-sifat Pemimpin menurut George R. Terry (1972) adalah sebagai berikut:
•
Intelligence (Kecerdasan)
•
Initiative (Inisiatif)
•
Energy
of drive (Kekuatan atau giat bekerja)
•
Emotional
maturity (Kedewasaan emosi)
•
Communicative
skill (Kemahiran berkomunikasi)
•
Persuasive
(Yang meyakinkan)
•
Self-assurance
(Kepercayaan diri)
•
Perceptive
(Cerdik,
cepat tanggap)
•
Creative
(Memiliki
daya cipta)
•
Social
participation (Keterlibatan dalam kelompok)
2.
Pendekatan
Tingkah Laku
Pendekatan ini memandang bahwa
kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku bukan dari sifat-sifat
pemimpin karena sifat seseorang kadang menipu penglihatan, sehingga sulit di
identifikasi secara pasti. Frielder (Mintorogo,1996) menyataka bahwa menjadi
seorang pemimpin tidak hanya ditentukan oleh kepribadiannya. Seseorang menjadi
pemimpin karena dalam tempat dan situasi yang tepat, atau karena berbagai
faktor seperti umur, pendidikan, pengalaman, serta latar belakang keluarga dan kekayaan.[1]
Menelaah perilaku kepemimpinan dapat
diidentifikasi dari dua aspek yaitu dari fungsi kepemimpinan yang dijalankan
dan dari gaya ditunjukkan pemimpin.
a.
Fungsi kepemimpinan
Organisasi terdiri atas sekelompok
orang, yang digerakkan oleh seorang pemimpin. Kepemimpinan akan terjadi secara
efektif apabila pemimpin dapat menjalankan dua fungsi utama, yaitu 1, fungsi
berkaitan dengan tugas (task related)
dan 2, fungsi yang berkaitan dengan pembinaan kelompok atau fungsi social (group maintenance).
Fungsi tugas memudahkan dan
mengkooardinasikan usaha kelompok dan memilih,mendefinisikan dan memecahkan
masalah bersama. Fungsi sosial membantu kelompok agar berjalan dengan lancar,
menengahi perbedaan pendapat, meredam konflik, dan dapat memancarkan perasaan
hangat dan empatik kepada anggota.
b.
Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan pola
perilaku dalam memperagakan kepemimpinanya. Terdapat dua gaya kepemimpinan
yaitu gaya dengan orientasi tugas (task
oriented) dan gaya dengan orientasi pada anggota (employe-oriented).
1)
Gaya dasar kepemimpinan
Terdapat empat gaya dasar kepemimpinan
yaitu otoriter, pseudo demokratis, laissez faire, dan demokratis
ü
Otoriter (authoritatif); yaitu gaya kepemimpinan
yang menekankan pada kekuasaan dan kepatuhan secara mutlak.
ü
Pseudo demokratis; yaitu gaya kepemimpinan
yang menekankan pada penciptaan situasi yang memberi kesan demokratis, padahal
pemimpin sangat mampu menggiring pikiran/ide anggota untuk mengikuti kehendaknya.
ü
Laissez faire; gaya kepemimpinan yang tidak
menunjukkan kemampuan pemimpin karena ia membiarkan organisasi dan anggota
melaksanakan kegiatanya masing-masing tanpa dalam satu arah kebijakan yang jelas dari pemimpin.
ü
Demokratis; gaya kepemimpinan yang menekankan
pada hubungan interpersonal yang baik.
2)
Teori X dan Teori Y
Teori x dan y dari McGregor adalah
kumpulan anggapan tentang sifat-sifat manusia yang dikategorikan menjadi dua
yaitu tipe X dan. Pada toeri ini gaya kepemimpinanya dipengaruhi oleh
anggapan-anggapan seorang pemimpin tentang sifat dasar manusia.
Manusia X memiliki pembawaan kurang
baik, malas bekerja dan tidak ada
motivasi untuk berprestasi. Memperlakukan orang tipe ini harus dengan
kepemimpina otoriter.
Manusia Y sebaliknya, memiliki tanggung
jawab dan tidak ingin membuat citra diri negative dengan tidak terealisasikan
tugas dan tanggung jawab. Gaya kepemimpinan yang sesuai untuk manusia tipe Y
adalah demokratis.
3)
Manajemem dari Rensis Likert
(Likert’s Management System)
Ia mengemukakan bahwa pengawas yang
berorientasi pada karyawan mempunyai semangat kerja dan produktifitas lebih
baik daripada yang berorientasi pada pekerjaan. Berdasarkan dua kategori dasar
tersebut, disusun empat model tingkatan efektifitas manajemen;
Sistem 1, Pemimpn membuat keputusan sendiri tentang pekerjaan dan memerintah
anggota untuk melaksanakannya berdasar standard an metode yang telah
ditetapkan.
Sistem 2, pemimpin membuat keputusan sendiri dan memerintahkannya kepada
anggota tapi mulai memberi kebebasan kepada anggota untuk memberikan komentar
terhadap perintah- perintah.
Sistem 3, pemimpin membuat keputusan dan perintah setelah dilakukan diskusi.
Pelaksanaan tugas dilakukan berdasarkan cara anggotanya.
Sistem 4, anggota dipartisipasikan secara penuh dan diberi kepercayaan untuk
mengembangkan organisasi.
4)
W.J. Reddin dalam “The 3-D Theory”
W.J membagi gaya kepemimpinan dalam tiga orientasi
yaitu Task Oriented, Relationship
Oriented, dan Effectiveness Oriented.
Dikenal sebagai teori 3 dimensi.
Dari ketiga orientasi tersebut
menghasilkan 8 gaya kepemimpinan;
Ø
The deserter, tidak terlihat adanya perhatian
dan pelaksanaan terhadap tiga orientasi kepemimpinan.
Ø
The bureaucrat, pemimpin yang hanya mempunyai
sifat efektif saja dengan orientasi tugas yang
rendah.
Ø
The missionary, pemimpin yang hanya berorientasi
pada hubungan saja, sedangkan orientasi tugas dan keefektifan rendah
Ø
The development, pemimpin yang menekankan
efektifitas organisasi dengan orientasi hubungan yang tinggi, dan orientasi
tugas yang rendah.
Ø
The autocrat, pemimpin yang menekankan pada
tugas, sangat kurang memperhatikan karyawanya dan efektifitas organisasi.
Ø
The benevolent autocrat, pemimpin yang menekankan efektifitas dengan tugas
cukup tinggi, sedang orientasi hubungan yang rendah.
Ø
The compromiser, pemimpin kurang
memperhatikan efektifitas pekerjaan tapi berorientasi tugas dan hubungan yang memadai.
Ø
The executive, pemimpin yang melaksanakan ketiga
orientasi kepemimpinan.
Beberapa teori kepemimpinan yang memakai
pendekatan tingkah laku antara lain:
1.
Tori Kepemimpinan yang
dikembangkan oleh Universitas Michigan;
2.
Teori kepemimpinan derdasarkan
dinamika kelompok;
3.
Studi kepemimpinan Ohio
State University
a)
Teori
Kepemimpinan yang dikembangkan oleh Universitas Micchigan.
Studi kepemimpinan Universitas Michigan
yang dipelopori oleh Gibson dan Ivancevich, mengidentitikasi dua bentuk
perilaku pemimpin yaitu : Perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada
pekerjaan (The Job Centered) dan bentuk Perilaku kepemimpinan terpusat pada bawahan (The
Employee centered).[3]
Pusat Riset Micihigan University
melakukan suatu penelitian. Penelitian ini mengidentifikasikan dua konsep yakni
orientasi produksi (production orientastion) dan orientasi bawahan (employee
orientation). Pemimpin yang menekankan pada orientasi bawahan sangat
memperhatikan bawahan, di mana mereka merasa bahwa setiap karyawan itu penting,
dan menerima karyawan sebagai pribadi. Sedangkan pemimpin yang berorientasi
pada produksi sangat memperhatikan hasil dan aspek-aspek kerja untuk
kepentingan organisasi, dengan tanpa
menghiraukan apakah bawahan senang atau tidak. Kedua ini hampir sama dengan
tipe otoriter dan tipe demokrtatis. (Wahjo Sumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi,
Jakarta: Ghalia, 1987:66.)
b)
Teori
Kepemimpinan Berdasarkan Dinamika Kelompok (Dorwin Cartwright & Alvin
Zander)
Menurut model ini, terdapat dua macam
perilaku kepemimpinan, yaitu:
a) Pencapaian beberapa sasaran kelompok khusus, identik dengan
perilaku pemimpin yang mengutamakan tugas.
b) Pemeliharaan
dan penguatan kelompok itu sendiri, identik dengan perilaku pemimpin yang
mengutamakan hubungan antar orang.
c)
3.)
Studi Ohio State
Penelitian oleh Ohio State University
mengidentifikasikan dua kelompok perilaku yang mempengaruhi efektifitas
kepemimpnan, yaitu struktur kepemrakarsaan (initiating
structure) yang berorientasi tugas dan pertimbangan (consideration) berorientasi pada manusia. Kepemrakarsaan menuntut
pemimpin melakuakn pengaturan mulai penetapan arah sampai prosedur kerja. Sedangkan
pertimbangan menggambarkan hubungan yang hangat antara pemimpin dan anggota.
Gaya kepemimpinan yang efektif adalah tingkat pertimbanagn yang tinggi, sehingga
menimbulkan kepuasan kepada karyawan[4].
3.
Pendekatan
Kepemimpinan Situasional
Teori ini dikembangkan oleh Paul Hersey
dan Ken Blanchard. Teori ini dapat membantu untuk melihat ciri-ciri bawahan (subordinates) didalam suatu gaya
kepemimpinan. Teori Hersay dan Blachard ini terkenal dengan teori lingkaran
hidup dari kepemimpinan (life cycle
theory of leadership)[5].
Teori ini memberikan sumbangan untuk
memahami tingkat kematangan dari anggota-anggota kelompok yang merupakan factor
penting di dalam situasi dalam rangka menentukan keefektifan dari gaya
kepemimpinan.
Pengertian kematangan disini ditunjukan
kepada tugas spesifik/tertentu yang
disajikan. Jadi teori ini berdasar pada pandangan bahwa kepemimpinan yang efektif
itu bergantung pada tingkat kematangan anak buah yang dipimpinnya dalam
melaksanakan tugas tertentu. Di samping itu bergantung pula pada kemauan
pemimpin dalam menyesuaikan sikap orientasinya terhadap tugas pekerjaan
tersebut dan hubungan pribadi dalam kelompok. Hal yang perlu dipahami ialah
posisi pemimpin dalam mengatur gaya kepemimpinannya.
·
Apabila
gaya kepemimpinan berorientasi pada tugas pekerjaan, maka arahan hanya dari
pemimpin atau komunikasi satu arah, yang disebut gaya direktif.
·
Apabila
gaya kepemimpinan berorientasi pada hubungan dengan anak buah, maka terjadi
komunikasi dua arah antara pemimpin dan terpimpin, gaya ini adalah gaya
demokrasi, disebut pula gaya suportif.
Berikut
proses kepemimpinan tersebut:
1)
Kalau anak
buah itu makin matang, maka pemimpin itu hendaknya mengurangi tingkat struktur
tugas, selanjutnya meningkatkan perhatiannya
terhadap orientasi hubungan pribadi di dalam
kelompok.
2)
Kemudian
bilamana seseorang atau anak buah itu sudah mencapai rata- rata kematangan,
maka pemimpin hendaknya mengurangi struktur tugas dan meningkatkan hubungan
dalam kelompok.
3)
Selanjutnya
dibiarkan berkembang sampai pada tingkat kematangan penuh, yang diarahkan agar
anak buah itu bisa berdiri sendiri dalam melaksanakan tugas tersebut dengan
sikap mentalnya yang matang pula.
Apabila sudah ada pada tingkat tersebut,
maka anak buah itu, baik secara individu maupun kelompok, tidak lagi memerlukan
dukungan sosio-emosional, supervisi tidak diperlukan secara ketat, pemimpin
sudah dapat mendelegasikan wewenangnya pada anak buahnya. Di lain pihak, anak
buah akan merasa bahagia, karena tugas yang dilakukannya itu menghasilkan
kepuasan hatinya.
Dari uraian diatas, maka teori
kepimimpinan yang situasional ini menekankan pada keserasian dan kesesuaian
antara gaya kepemimpinan dengan tingkat kematangan anak buah. Jadi, hakikat
teori ini adalah sebagai berikut:[6]
1)
Tingkat
kematangan anak buah dalam organisasi dapat ditingkatkan melalui proses pelaksanaannya.
2)
Pada
tingkat kematangan anak buah semacam itu, gaya kepemimpinan yang berorientasi
pada tugas dan orientasi hubungan kelompok dikurangi.
Kematangan menurut teori ini mengandung
dua factor yang saling berhubungan dalam melaksanakan tugas pekerjaan tertentu,
yaitu sebagai berikut:
1. Kemampuan dan kemauan untuk menetapkan harapan yang cukup
tinggi dengan tujuan yang realistis. Seseorang akan lebih merasa bergairah
untuk mencapai prestasi yang didsarkan pada umpan balik yang rasional, daripada
umpan balik yang emosional dan imbalan.
2. Kemampuan dan kemauan untuk memikul tanggung jawab dalam
rangka mencapai tujuan mereka.
Pengertian Kemampuan ini ialah:
1)
Kemampuan
yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tertemtu;
2)
Memilihi
pengetahuan teknis (pendidikan dan pengalaman)
3)
Memiliki
keterampilan teknis (termasuk kemampuan untuk meghasilkan pekerjaan dengan
bekerja sama dengan orang lain dalam kelompok, seperti berkomunikasi secara
efektif , percaya terhadap diri sendiri, dan berani berdiri sendiri).
Sedangkan pengertian Kemauan ialah:
1)
Motivasi yang
kuat yang timbul dari dalam diri pribadi anak buah;
2)
Keyakinan
diri dan percaya dari dalam pribadi anak bauh.
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian pembahasan diatas dapat kita
simpulkan bahwa. Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri orang seorang
atau pemimpin, mempengaruhi orang-orang lain untuk bekerjasama secara sadar
dalam hubungan tugas untuk mencapai yang diinginkan pemimpin. Sedangkan Teori
kepemimpinan ialah adalah penggeneralisasian satu seri perilaku pemimpin dan
konsep-konsep kepemimpinannya, persyaratan menjadi pemimpin, sifat-sifat utama
pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi kepemimpinan.
Bermacam-macam teori kepemimpinan yang
ada antara lain, Teori Genetis, Teori
ini mengatakan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan
dengan bakat-bakat kepemimpinan yang alami, Teori
Sosial, teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap
orang bisa menjadi pemimpin apabila memang disiapkan dan diberikan pendidikan
/pengalaman yang cukup, di samping juga atas kemauannya sendiri. Teori Ekologis, teori ini mengemukakan
bahwa, untuk menjadi seorang pemimpin perlu bakat-bakat kepemimpinan, dan bakat
itu perlu dibina agar berkembang melalui pendidikan yang teratur.
Berbagai Pendekatan Kepemimpinan antara
lain: Teori Pendekatan Sifat
(TraithApproachTheory), Pendekatan ini berdasarkan pada sifat seseorang,
Menurut teori ini, jika seseorang dilahirkan sebagai pemimpin, maka ia akan
menjadi pemimpin, Pendekatan Tingkah
Laku, Pendekatan ini memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari
pola tingkah laku bukan dari sifat-sifat pemimpin karena sifat seseorang kadang
menipu penglihatan, sehingga sulit di identifikasi secara pasti, menjadi
seorang pemimpin tidak hanya ditentukan oleh kepribadiannya. Seseorang menjadi
pemimpin karena dalam tempat dan situasi yang tepat, atau karena berbagai
faktor seperti umur, pendidikan, pengalaman, serta latar belakang keluarga dan kekayaan, Pendekatan Kepemimpinan Situasional, teori
ini berdasar pada pandangan bahwa kepemimpinan yang efektif itu bergantung pada
tingkat kematangan anak buah yang dipimpinnya dalam melaksanakan tugas
tertentu.
B.
Saran
Dalam makalah ini penulis sadar bahwa
masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, diperlukan kritik dan saran dari pembaca sekalian
agar makalah ini dapat lebih baik lagi dan bermanfaat bagi kita semua.
diharapkan juga adanya makalah lain yang menyempurnakan makalah ini sehingga
dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Engkoswara
dan Aan Komariah. AdministrasiPendidikan.
Bandung: Alfabeta. 2011.
Indrafachrudi, Soekarto dan Thalele. Bagaimana Memimpin Sekolah yang efektif.
Bogor: Ghalia
Indonesia. 2006.
Kumaidin, Didin dan Imam Machali. Manajemen Pendidikan : Konsep dan prinsip pengelolaan pendidika. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media. 2012.
Engkoswara,
dan Aan Komariah. Administrasi
pendiddikan, Bandung:alfabeta. 2012.
Usman, Husain Manajemen
Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2006.
[3] Rizal
Tata Indra, Kepemimoinan. Diakses
dari, http://indraputrabintan.blogspot.com/2011/10/kepemimpinanhtml#.VCL4TlfDzMw, diakses, 8 Oktober 2019 pukul 17:27 WIB.
[4] Rizal Tata Indra, Kepemimoinan. Diakses
dari, http://indraputrabintan.blogspot.com/2011/10/kepemimpinanhtml#.VCL4TlfDzMw,
[5] Soekarto Indrafachrudin, Bagaimana
Memimpin Sekolah yang Efektif, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hlm 51.
[6] Soekarto Indrafachrudin, Bagaimana
Memimpin Sekolah yang Efektif, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hlm 52.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar