Kepemimpinan Islam Muhammad
Soim, M.A
DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD
MAULADI
JURUSAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT, atas
rahmad dan karunia-Nyalah kami
dapat menyelesaikan tugas
makalah kami yaitu tentang ”Kekuasaan dan Otoritas Kepemimpinan
Islam’’ Makalah ini disusun sebagai bahan pembelajaran bagi
penulis dan kita semua sebagai mahasiswa.
Saya ucapkan terimakasih kepada Bapak Muhammad Soim,
M.A yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan makalah, dan kami
mengucapkan terimakasih kepada semua orang yang terlibat di dalam penulisan
makalah ini. Sehingga makalah dapat di selesaikan dan juga dapat di
presentasikan dengan baik. Kami berharap makalah ini dapat dijadikan pembelajaran dengan baik. Kami minta maaf apabila ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini.
Kritik dan saran yang mendukung dan membangun sangat kami harapkan.
Pekanbaru, Oktober
2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR
ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kekuasaan dan Otoritas Kepemimpinan .................................................. 3
2.2 Perbedaan Kekuasaan dan Kepemimpinan............................................... 6
2.3 Kekuasaan
dan Otoritas Kepemimpinan Dalam Islam ............................ 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................... 10
3.2
Saran..................................................................................................... .... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manusia
adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia
selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup
berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup dalam
berkelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang
harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati dan menghargai.
Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap
insan. Menciptakan dan menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Untuk mewujudkannya dibutuhkan sosok seorang panutan yang dapat diandalkan.
Sosok itu dapat disebut dengan pemimpin. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat
mengelola diri, kelompok dan lingkungan dengan baik.
Namun
bagaimana sebenarnya sosok pemimpin yang baik dan bertanggungjawab serta apa
hubungannya pemimpin dengan kepemimpinan serta kekuasaan. Setiap manusia pada
hakikatnya adalah pemimpin dan setiap manusia akan diminta pertanggung jawaban
atas kepemimpinannya kelak. Manusia sebagai Pemimpin minimal mampu memimpin
dirinya sendiri. Setiap organisasi harus ada pemimpinnya, yang secara ideal
dipatuhi dan disegani bawahannya. Organisasi tanpa pimpinan akan kacau balau.
Oleh karena itu, harus ada seorang pemimpin yang memerintah dan mengarahkan
bawahannya untuk mencapai tujuan individu, kelompok dan organisasi.
Dalam
islam agama dan politik saling bergantungan, oleh karena itu diwajibkan bagi
para penguasa untuk menyempurnakan agamanya dan menjauhkan hawa nafsu, bid’ah,
kemunkaran, keragu-raguan, dan setiap hal yang mengurangi kesempurnaan
syari’at.
Agama
merupakan asal tujuan, sedangkan kekuasaan mernpakan penjaga. Yang tidak
berasal atau beragama akan hancur, dan yang tidak berpenjaga atau berkekuasaan
akan hilang. Sesunggulmya kekuasaan adalah sebagian nikmat dari Allah SWT.[1]
1.2
Rumusan Masalah
1)
Apa yang dimaksud dengan Kekuasaan dan Otoritas Kepemimpinan?
2)
Apa perbedaan Kekuasaan dan Kepemimpinan?
3)
Bagaimana cara mempertahankan Kekuasaan dan Otoritas kepemimpinan
atau wewenang?
4)
Bagaimana Kepemimpinan dalam islam?
5)
Bagaimana Kriteria Seorang Pemimpin Dalam Islam?
1.3
Tujuan Masalah
1)
Untuk mengetahui maksud Kekuasaan dan Otoritas Kepemimpinan.
2)
Untuk mengetahui perbedaan Kekuasaan dan Kepemimpinan.
3)
Untuk mengetahui bagaimana cara mempertahankan Kekuasaan dan
Otoritas Kepemimpinan.
4)
Untuk mengetahui bagaimana Kepemimpinan dalam islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Kekuasaan dan Otoritas Kepemimpinan
A.
Kekuasaan
1)
Pengertian Kekuasaan
Kekuasaan
(authority) adalah kemampuan untuk memerintah dan memberi keputusan yang baik
secara langsung maupun tidak mempengaruhi tindakan-tindakan pihak lainnya. Menurut
Max weber, kekuasaan adalah kemungkinan seorang pelaku mewujudkan keinginannya
di dalam suatu hubungan social yang ada termasuk dengan kekuatan atau tanpa
mengiraukan landasan yang menjadi pijakan kemungkinan itu.
Kekuasan
mempunyai aneka macam bentuk dan bermacam-macam sumber. Hak milik kebendaan dan
kedudukan merupakan sumber kekuasaan. Birokrasi juga merupakan salah satu
sumber kekuasaan, disamping kemampuan khusus dalam bidang ilmu-ilmu pengetahuan
yang tertentu ataupun atas dasar peraturan-peraturan hukum yang tertentu. Jadi,
kekuasaan terdapat di mana-mana, dalam hubungan sosial maupun di dalam
organisasi-organisasi sosial. Akan tetapi, pada umumnya kekuasaan yang
tertinggi berada pada organisasi yang dinamakan “Negara”, maka ini lah yang di
sebut Otoritas Kepemimpinan, yaitu
yang nampak padanya kepemimpinan sehingga dengan itu mereka memiliki keleluasaan
berkuasa atas yang lainnya, karena otoritas sendiri dipandang sebagai kekuasaan
yang sah yang di berikan kepada lembaga dalam masyarakat yang memungkinkan para
penjabatnya menjalankan fungsinya.[2]
2)
Jenis Jenis Kekuasaan
1.
Legitimate power (kekuasaan yang terlegitimasi atau sah )
Kekuasaan yang memberi otoritas atau wewenang (authority) kepada
seorang pemimpin untuk memberi perintah, yang harus didengar dan dipatuhi oleh
anak buahnya. Kekuasaan yang diperoleh sebagai konsekuensi hierarki dalam
organisasi.
2.
Reward power ( kekuasaan balas jasa )
Kekuasaan untuk memberi keuntungan positif atau penghargaan kepada
yang dipimpin. Tentu hal ini bisa terlaksana dalam konteks bahwa sang pemimpin
mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan
yang mengikuti arahan-arahannya. Penghargaan bisa berupa pemberian hak otonomi
atas suatu wilayah yang berprestasi, promosi jabatan, uang, pekerjaan yang lebih
menantang, dan sebagainya.
3.
Coivive power ( kekuasaan pemaksaan )
Kekuasaan untuk melaksanakan kepatuhan dengan memakai ancaman
psikologis, emosional atau fisi. Pada zaman dahulu, fisik dalam organisasi
relatif lazim lakukan. Namun, pada saat ini ancaman fisik akan bertentangan
dengan prinsip hukum dan etika bisnis. Pada saat ini, paksaan lebih terbatas
pada peringatan verbal ( lisan ), peringatan tertulis, demosi dan PHK.
4.
Referent power ( kekuasaan referen )
Bersifat abstrak. Merupakan kekuasaan yang diperoleh dari karisma,
keteladanan, sikap dan kepribadian dari pemimpin.
5.
Expert power ( kekuasaan ahli )
Merupakan kekuasaan karena informasi maupun keahlian. Selain itu
seseorang akan memiliki expert power semakin tinggi jika ia memiliki keahlian
yang langka dan semakin dibutuhkan.
6.
Connection Power (Kekuasaan Hubungan)
Kekuasaan ini bersumber pada hubungan yang dijalin oleh pimpinan
dengan orang-orang penting dan berpengaruh baik di luar atau di dalam
organisasi.
B.
Kepemimpinan
1)
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan menyangkut tentang cara atau proses mengarahkan orang
lain agar mau berbuat seperti yang pemimpin inginkan.
2)
Konsep Kepemimpinan
Untuk sekedar memberikan suatu pandangan teoritis tentang teori
kepemimpinan tidak salahnya jika dikutip tentang kepemimpinan dari Ralph. M.
Stogdill yang telah mengadakan survey tentang teori kepemimpinan dalam bukunya
Hand Book of Leadership. Dari buku tersebut akan dikutip mengenai pengertian
teori kepemimpinan, tipe, dan fungsi kepemimpinan. Walaupun faktor sosial-budaya
turut menentukan sikap dari seorang pemimpin yang dapat merupakan sikap ciri
khas dari suatu bangsa, namun ciri-ciri kepemimpinan secara fundamental adalah
universal.
2.2
Perbedaan Kekuasaan dan Kepemimpinan
Konsep
kepemimpinan dan kekuasaan mempunyai hubungan yang erat. Bahkan seringkali
orang menganggap bahwa kepemimpinan adalah identik dengan kekuasaan. Memang
seorang pemimpin dapat menggunakan kekuasaannya sebagai alat untuk mencapai
tujuan pribadinya maupun kelompoknya, namun sebetulnya kepemimpinan dan
kekuasaan memiliki perbedaan. Perbedaannya terletak pada :
1.
Kesesuaian tujuan.
Kekuasaan tidak membutuhkan kesesuaian tujuan, hanya
ketergantungan, sedangkan kepemimpinan membutuhkan kesesuaian tujuan antara
pemimpin dengan orang yang dipimpinnya.
2.
Arah dari pengaruh.
Kepemimpinan berfokus pada pengaruh atasan atau pemimpin terhadap
bawahannya dan meminimalkan pentingnya bentuk pengaruh kesamping dan ke atas.
Sedangkan kekuasaan selain berfokus pada pengaruh terhadap bawahan, juga
berfokus pada pengaruh kekuasaan dan Taktik Mempengaruhi Orang Lain terhadap
atasan maupun kepada sesama teman yang berada pada tingkat yang sama.
3.
Cara Implementasinya.
Kepemimpinan lebih menekankan pada cara atau gaya kepemimpinan yang
perlu dilakukan untuk mencapai tujuan. Sedangkan kekuasaan, lebih memfokuskan
diri pada taktik-taktik untuk mendapatkan kesepakatan.
4.
Pemilik kekuasaan.
Kepemimpinan lebih merupakan kekuasaan yang dimiliki secara
individual, sedangkan kekuasaan, bukan hanya dapat dimiliki oleh individu
tertentu, namun juga dapat dimiliki oleh beberapa atau sekelompok orang.
2.3
Kekuasaan
dan Otoritas Kepemimpinan Dalam Islam
Kepemimpinan
itu wajib ada, baik secara syar’i ataupun secara ‘aqli. Adapun secara syar’i
misalnya tersirat dari firman Allah tentang doa orang-orang yang selamat
: “Dan jadikanlah kami sebagai imam (pemimpin) bagi orang-orang yang
bertaqwa” [QS Al-Furqan : 74]. Demikian pula firman Allah :
“Taatlah
kalian kepada Allah dan taatlah kalian kepada Rasul dan para ulil amri diantara
kalian” [QS An-Nisaa’ :59]. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang
sangat terkenal : “Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan setiap dari kalian
akan ditanya tentang kepemimpinannya”. Terdapat pula sebuah hadits yang
menyatakan wajibnya menunjuk seorang pemimpin perjalanan diantara tiga orang
yang melakukan suatu perjalanan. Adapun secara ‘aqli, suatu tatanan tanpa
kepemimpinan pasti akan rusak dan porak poranda.
Kepemimpinan
adalah amanah, titipan Allah SWT, bukan sesuatu yang diminta apalagi dikejar
dan diperebutkan. Sebab kepemimpinan melahirkan kekuasaan dan wewenang yang
gunanya semata-mata untuk memudahkan dalam menjalankan tanggung jawab melayani
rakyat. Semakin tinggi kekuasaan seseorang, hendaknya semakin meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat. Bukan sebaliknya, digunakan sebagai peluang untuk
memperkaya diri, bertindak zalim dan sewenang-wenang. Balasan dan upah seorang
pemimpin sesungguhnya hanya dari Allah swt di akhirat kelak, bukan kekayaan dan
kemewahan di dunia.
Kepemimpinan
menuntut keadilan. Keadilan adalah lawan dari penganiayaan, penindasan dan
pilih kasih. Keadilan harus dirasakan oleh semua pihak dan golongan. Diantara
bentuknya adalah dengan mengambil keputusan yang adil antara dua pihak yang
berselisih, mengurus dan melayani semua lapisan masyarakat tanpa memandang
agama, etnis, budaya, dan latar belakang.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kekuasaan dan otoritas kepemimpinana tidak memiliki perbedaan yang
siknifikan terhadap wewenang atau bahkan keduanya. Karena kekuasaan adalah
bentuk dari otoritas kepemimpinan, siapapun yang menduduki kekuasaan merupakan kalangan
otoritas yang mengatur jalannya kepemimpinan.
Kepemimpinan menuntut keadilan. Keadilan adalah lawan dari
penganiayaan, penindasan dan pilih kasih. Keadilan harus dirasakan oleh semua
pihak dan golongan. Diantara bentuknya adalah dengan mengambil keputusan yang
adil antara dua pihak yang berselisih, mengurus dan melayani semua lapisan
masyarakat tanpa memandang agama, etnis, budaya, dan latar belakang.
3.2
Saran
1.
Ada baiknya
pemimpin kita mengambil keputusan musyawarah terlebih dahulu sehingga pihak yang
dirugikan dapat diminimalisir.
2. Penggunaan kekuasaan harus mengutamakan amanah di atas
segala-galanya, tidak hanya terpaku dan berniat melakukan praktik KKN dalam
mencapainya.
DAFTAR PUSTAKA
Inu Kencana Syafi'i, "A!-Qur'an dan Ilmu Politik",
(Jakarta; Rineka Cipta, 1996), cet. 1
http://hardyalfikr.blogspot.com/2017/04/makalah-kepemimpinan-kekuasaan-dan.html
Winardi. (1990). Kepemimpinan Dalam Manajemen. PT.
Rineka Cipta, Jakarta

Tidak ada komentar:
Posting Komentar