Kamis, 26 Desember 2019

Tipe dan Gaya Kepemimpinan


BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
Dari segi manajemen kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakan orang lain agar rela, mampu dan dapat mengikuti keinginan manajemen demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dengan, efektif, efisien dan ekonomis (Siagian: 1983, hal: 97).
Kepemimpinan merupakan faktor terpenting dalam sebuah organisasi maupun manajemen. Kepemimpinan merupakan hal yang vital karena yang menentukan arah dan tujuan, memberikan bimbingan dan menciptakan iklim organisasi yang mendukung pelaksanaan proses kegiatansuatu organisasi. Pemimpin juga yang berpengaruh terhadap  maju atau mundurnya sebuah organisasi yang di pimpinya. Dalam kepemimpinanya pemimpin memiliki tipe dan gaya yang berbeda-beda. oleh sebab itu makalah ini akan membahas tentang tipe dan gaya kepemimpinan.


1.2 Rumusan Masalah

Melihat situasi dan kondisi yang di hadapi seorang pemimpin sangat berbeda dari satu pemimpin dengan pemimpin lainnya, sehingga muncul berbagai tipe dan gaya kepemimpinan untuk situasi dan kondisi yang tepat.

1.3 Tujuan
Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang “gaya dan tipe kepemimpinan”.


BAB II

PEMBAHASAN

Gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap keterampilan dan sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu.
Gaya tersebut bisa berbeda – beda atas dasar motivasi, kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi bawahannya. Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupun nonekonomis) berarti telah digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.
Selain gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya.
1.      tipe kepemimpinan Otokratis
Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan. Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi kerja yang rumit bagi bawahan sehingga mau melakukan apa saja yang diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan pendayagunaan bawahan yang kurang kompeten.
Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara lain dalam bentuk :
a.   Kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka.
b.   Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.
c.       Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain:
a.       menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya.
b.      dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya.
c.       bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi.
d.      menggunakan pendekatan premitif dalam hal terjadinya penyimpangan oleh bawahan.

2.      tipe kepemimpinan militeristis
Perlu diparhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan seorang pemimpin tipe militeristis tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dalam organisasi militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah bertipe militeristis.
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a.       Dalam menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah mencapai tujuan digunakan sebagai alat utama.
b.      Dalam menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan jabatannya.
c.       Senang kepada formalitas yang berlebihan
d.      Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan
e.       Tidak mau menerima kritik dari bawahan
f.       Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe pemimpin militeristis jelaslah bahwa tipe pemimpin seperti ini bukan merupakan pemimpin yang ideal.

3.       Tipe kepemimpinan fathernalistis / maternalistik
Tipe kepemimpinan fathernalistis, mempunyai ciri tertentu yaitu bersifat fathernal atau kebapakan. Kepemimpin seperti ini menggunakan pengaruh yang sifat kebapakan dalam menggerakkan bawahan mencapai tujuan. Kadang-kadang pendekatan yang dilakukan sifat terlalu sentimentil.
Sifat-sifat umum dari tipe pemimpin paternalistis dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
b. Bersikap terlalu melindungi bawahan
c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan. Karena itu jarang dan pelimpahan wewenang.
d. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya tuk mengembangkan inisyatif daya kreasi.
e. Sering menganggap dirinya maha tau.
Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat diperlukan. Akan tetapi ditinjau dari segi sifar-sifar negatifnya pemimpin faternalistis kurang menunjukkan elemen kontinuitas terhadap organisasi yang dipimpinnya.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.

4.      Tipe kepemimpinan karismatis
Tipe pemimpin seperti ini mampunyai daya tarik yang amat besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar. Kebanyakan para pengikut menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin seperti ini, pengetahuan tentang faktor penyebab Karena kurangnya seorang pemimpin yang karismatis, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers), perlu dikemukakan bahwa kekayaan, umur, kesehatan profil pendidikan dan sebagainya. Tidak dapat digunakan sebagai kriteria tipe pemimpin karismatis.

5.      Tipe Kepemimpinan Demokratis
Dari semua tipe kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan demokratis dianggap adalah tipe kepemimpinan yang terbaik. Hal ini disebabkan karena tipe kepemimpinan ini selalu mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan individu.
Beberapa ciri dari tipe kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut:
a. Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia.
b. Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan organisasi.
c.  Senang menerima saran, pendapat dan bahkan dari kritik bawahannya.
d. Mentolerir bawahan yang membuat kesalahan dan berikan pendidikan kepada bawahan agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitas, inisyatif dan prakarsa dari bawahan.
e.  Lebih menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan.
f.  Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.
g. Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
.
Dari sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tipe demokratis, jelaslah bahwa tidak mudah untuk menjadi pemimpin demokratis. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis.
6.      Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
7.      Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.
8.      Tipe Laissez Faire
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.
 


BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Pada dasarnya Tipe kepemimpinan ini bukan suatu hal yang mutlak untuk diterapkan, karena pada dasarnya semua jenis gaya kepemimpinan itu memiliki keunggulan masing-masing. Pada situasi atau keadaan tertentu dibutuhkan gaya kepemimpinan yang otoriter, walaupun pada umumnya gaya kepemimpinan yang demokratis lebih bermanfaat. Oleh karena itu dalam aplikasinya, tinggal bagaimana kita menyesuaikan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan dalam keluarga, organisasi/perusahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang menuntut diterapkannnya gaya kepemimpinan tertentu untuk mendapatkan manfaat.

B.     Saraan
Jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia sangat diperlukan, Jiwa kepemimpinan itu perlu dipupuk dan dikembangkan Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.


DAFTAR PUSTAKA


YW. Sunindhia, SH, Kepemimpinan Dalam Masyarakat Modern, Jakarta, PT.   
            Rineka Cipta, 1993.
Numbery,Freddy.2010. Kepemimpinan Sepanjang Zaman. Jakarta : PT Bhuana
            Ilmu Populer




Teori Kepemimpinan


TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN

Dosen Pembimbing : Muhammad Soim, MA

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Ilmu Kepemimpinan







OLEH:

MUHAMMAD MAULADI

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2019/2020



KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah Ilmu Kepemimpinan dengan judul "Teori-Teori Kepemimpinan" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.


Pekanbaru, 08 Oktober 2019


Kelompok 4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A.    Latar Belakang........................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah..................................................................................... 1
C.    Tujuan......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 3
A.     PENGERTIAN KEPEMIMPINAN......................................................... 3
B.      PENGERTIAN TEORI KEPEMIMPINAN........................................... 3
C.     BERBAGAI MACAM TEORI KEPEMIMPINAN............................... 4
D.     BERBAGAI MACAM PENDEKATAN
STUDI KEPEMIMPINAN....................................................................... 7
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 19
A.    KESIMPULAN........................................................................................ 19
B.     SARAN...................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ iv






BAB I PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang
Semua orang adalah pemimpin, mungkin ungkapan itulah yang patut kita tunjukan ketika muncul pertanya siapakah pemimpin yang sesungguhnya, kita kadang tidak sadar bahwa setiap manusia adalah pemimpin, minimal pemimpin bagi dirinya sendiri. Banyak contoh nyata dalam realita kehidupan sekeliling kita sosok pemimpin-pemimpin yang sukses dalam mengemban amanahnya sebagai pembawa aspirasi warga masyarakat. Salah satu contoh yang ada tak jauh dari kita yaitu Ibu Tri Rismaharini yang merupakan Wali Kota Surabaya wanita pertama yang menjabat untuk periode 2010-2015. Sebelum menjabat sebagai wali kota, ia menduduki posisi sebagai Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). Di bawah kepemimpinannya sebagai Kepala DKP hingga wali kota saat ini, Surabaya menjadi kota yang bersih dan asri. Bahkan kota yang mendapat sebutan Kota Pahlawan ini berhasil meraih kembali Piala Adipura 2011 untuk kategori kota metropolitan setelah lima tahun berturut-turut tak lagi memperolehnya.
Serta berbagai prestasi lainnya baik di dunia politik maupun pendidikan sebagai cerminan suksesnya estafet kepemimpinan. Jika kita telaah lebih jauh tentu dalam setiap kepemimpinan kita memerlukan apa yang kita sebut sebagai pedoman, yang kita gunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan baik berupa teori-teori dari ilmuan terdahulu maupun berbagai pendekatan yang implementatif untuk kita terapkan dalam proses belajar-mengajar kita nantinya, sebagi calon guru pendidikan agama islam.
Untuk itu pemakalah mencoba menguraikan sebuh tema mengenai teori-teori munculnya kepemimpinan dan juga pendekatan studi pendidikan, yang semoga dengan makalah ini dapat semakin memperkuat kemampuan kita sebagai calon pendidik dalam mengkoordinir berbagai kegiatan belajar- mengajar kita nantinya.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apakah pengertian kepemimpinan itu?’
2.      Apakah yang dimaksud dengan tori kepemimoinan?
3.      Apa sajakah macam-macam teori kepemimpinan?
4.      Apa sajakah macam-macam pendekatan dalam kepemimpinan?


C.     Tujuan

1.      Mahasiswa mampu memahami pengertian kepemimpinan.
2.      Mahasiswa mampu memahami pengertian teori kepemimpinan.
3.      Mahasiswa mampu memahami berbagai teori kepemimpinan.
4.      Mahasiswa         mampu            memahami       berbagai           Pendekatan     dalam kepemimpinan.


BAB II

PEMBAHASAN


A.     PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard (1982:83), mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut: “Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu”.
Pengertian kepemimpinan menurut Goerge R. Terry (1972:458) adalah
: “Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri orang seorang atau pemimpin, mempengaruhi orang-orang lain untuk bekerjasama secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai yang diinginkan pemimpin”.
Sedangkan James A.F. Stoner (1982:468) mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut: “Kepemimpinan manajerial sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas hubungan tugas anggota kelompok”.

B.     PENGERTIAN TEORI KEPEMIMPINAN

Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab-sebab timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya serta etika profesi kepemimpinan (Kartini Kartono, 1994: 27).
Teori kepemimpinan adalah penggeneralisasian satu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, persyaratan menjadi pemimpin, sifat-sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi kepemimpinan.
Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interprestasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan.

C.     BERBAGAI MACAM TEORI KEPEMIMPINAN

Teori-teori munculnya seseorang pemimpin adanya tiga teori, yaitu:
1.   Teori Genetis;
2.   Teori Sosial;
3.   Teori Ekologis.
Berikut diuraikan masing-masing dari teori tersebut:

1.      Teori Genetis

Inti dari ajaran teori ini tersimpul dalam sebutan : “leaders are born and not made”. Teori ini mengatakan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan yang alami. Pemimpin itu tidak dibuat melainkan dilahirkan. Jadi dapat dikatakan bahwa pemimpin itu ada dengan membawa bakat-bakat memimpin yang luar biasa sejak ia dilahirkan. Dalam teori ini dikatakan bahwa dia ditakdirkan untuk menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi yang bagaiamanapun juga.
Seseorang bisa menjadi pemimpin karena kelahirannya. Sejak ia lahir, bahkan sejak ia di dalam kandungan, ia telah ditakdirkan untuk menjadi pemimpin. Pelbagai pengalaman dalam hidupnya akan semakin melengkapinya untuk menjadi pemimpin di kemudian hari. Teori ini mengatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin karena keturunan. Karena orang tuanya menjadi pemimpin, maka anaknya juga menjadi pemimpin. Kalau orang tuanya dulu tidak menjadi pemimpin, maka dipandangnya orang tidak cakap menjadi pemimpin. Teori ini biasanya dianut dan hidup dikalangan kaum bangsawan. Misalnya di Yogyakarta yang dapat menjadi Sultan (Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta) hanyalah keturunan Sultan Yogyasaja. Seseorang bisa menjadi pemimpin karena mewarisi posisi atau jabatan kepemimpinan dari orang tuanya. Teori ini biasanya berlaku pada zaman dinasti kekaisaran atau kerajaan. Kadang-kadang yang bersangkutan tidak memenuhi syarat untuk bisa menjadi pemimpin, tetapi karena ketentuan dinasti itulah, maka ia tetap bisa menjadi pemimpin. Tidak heran jika kemudian timbul pelbagai masalah akibat ketidakmampuan tersebut.

2.      Teori Sosial

Inti ajaran teori sosial ini ialah bahwa “leaders are made and not born”, jadi merupakan kebalikan dari teori genetis. Teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila memang disiapkan dan diberikan pendidikan atau pengalaman yang cukup, di samping juga atas kemauannya sendiri.
Teori ini mengungkapkan bahwa pemimpin itu disiapkan, di didik, dan di bentuk melalui pelatihan dan tidak begitu saja dilahirkan. Setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan dari diri sendiri.
Seseorang bisa menjadi pemimpin karena pembentukan. Jika ia memiliki keinginan yang kuat, sekalipun ia tidak dilahirkan sebagai seorang pemimpin, ia bisa menjadi seorang pemimpin yang efektif. Pemimpin yang baik mengembangkan dirinya melalui proses tiada henti baik dalam belajar mandiri, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Pada hakikatnya semua orang sama dan dapat menjadi pemimpin. Tiap-tiap orang mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin, hanya saja memiliki kesempatan atau tidak.

3.      Teori Ekologis

Teori ini timbul sebagai reaksi terhadap teori genetis dan teorikejiwaan/sosial yang pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi seorang pemimpin yang baik apabila pada waktu lahir telah memiliki bakat kepemimpinan, dan bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui proses pendidikan yang teratur dan pengalaman- pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu. Teori genetis berpendapat, bahwa orang menjadi pemimpin karena memang sudah ditakdirkan dan teori kejiwaan/sosial mengemukakan bahwa kepemimpinan itu bukan ditakdirkan, akan tetapi dibentuk oleh pengaruh lingkungan, maka teori ekologis mengakui kedua-duanya, artinya bahwa seseorang itu hanya akan bisa menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahir telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan dan bakat-bakat itu kemudian diasah melalui pendidikan.
Semua teori di atas dapat digunakan dalam pemunculan seorang pemimpin, tergantung pada situasi dan kondisi yang ada. Seseorang yang memang “ditakdirkan” sebagai pemimpin pun, jika tidak bersedia mengembangkan diri dalam pelbagai proses yang melengkapi dirinya, tidak akan bisa memimpin dengan baik. Tetapi semua bakat pemimpin itu tidak ada gunanya jika ia tidak diberi kesempatan untuk memimpin. Adanya kesempatan yang diberikan akan sangat menolong. Menurut Ordway Tead, timbulnya seorang pemimpin itu karena:
1.      Membentuk diri sendiri (self constituted leader, self made man, born leader).
2.      Dipilih oleh golongan. Ia dipilih karena jasa-jasanya, karena kecakapannya, keberaniannya dan sebagainya terhadap organisasi.
3.      Ditunjuk oleh atasan. Ia menjadi pemimpin karena dipercaya dan disetujui oleh pihak atasan.

D.     BERBAGAI MACAM PENDEKATAN STUDI KEPEMIMPINAN

1.       Teori Pendekatan Sifat (TraithApproachTheory)
Pendekatan ini berdasarkan pada sifat seseorang yang dilakukan dengan
cara:
1)  Membandingkan sifat yang timbul sebagai pemimpin dan bukan pemimpin.
2)  Membandingkan sifat pemimpin yang efektif dengan pemimpin yang tidak efektif.
Teori awal tentang sifat-sifat pemimpin dapat ditelusuri kembali sejak zaman Yunani Kuno dan Roma. Ketika itu orang percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan. Teori ini disebut teori The Great Man. Menurut teori ini, jika seseorang dilahirkan sebagai pemimpin, maka ia akan menjadi pemimpin.
Penelitian tentang pemimpin efektif dan tidak efektif mengemukakan bahwa pemimpin yang efektif tidak berdasarkan pada sifat manusia tertentu, tetapi terletak pada seberapa jauh sifat  seorang pemimpin dapat mengatasi keadaan yang dihadapinya. Sifat-sifat yang dimiliki oleh pemimpin yang efektif antara lain: ketakwaan, kejujuran, kecerdasan, keikhlasan, kesederhanaan, keluasan pandangan, komitmen, keahlian, keterbukaan, keluasan hubungan sosial, kedewasaan, dan keadilan.
Pendekatan sifat-sifat berpendapat bahwa pemimpin itu dilahirkan buka diciptakan (leader are born, not built), artinya seseorang telah membawa bakat kepemimpinan sejak dilahirkan buka di didik atau di latih. Pemimpin yang dilahirkan tanpa melalui diklat sudah dapat menjadi pemimpin yang efektif. Pelatihan kepemimpinan hanya bermanfaat bagi mereka yang memang telah memiliki sifat-sifat kepemimpinan. Artinya, seseorang yang tidak memiliki sifat dan bakat kepemimpinan yang dibawa sejak lahir, tidak perlu dilatih kepemimpinan karena akan sia-sia.
Menurut Kouzes dan Posner, dari 20 sifat-sifat pemimpin yang ditemukan, mayoritas responden memilih empat sifat teratas, yaitu:
a.       Honest (kejujuran)
Kejujuran lebih sering dipilih dibandingkan sifat yang lain. kejujuran juga berhubungan dengan nilai dan etika. Kita menghargai pemimpin yang mempunyai pendirian tentang prinsip yang penting, dan menolak pemimpin yang tidak yakin pada diri mereka sendiri. Kita tidak bisa percaya pada pemimpin yang tidak bisa menunjukan nilai- nilai, etika, dan standar mereka.
b.      Forward Looking (mempunyai pandangan jauh ke depan)
Pemimpin diharapkan mempunyai rasa terhadap arah dan perhatian terhadap masa depan organisasi. Jelas bahwa pemimpin harus tahu kemana mereka akan pergi membawa organisasi jika mereka berharap orang lain bersedia bergabung dalam menjalankan organisasi.
Yang dimaksud dengan kemampuan memandang ke depan ini adalah kemampuan seorang pemimpin untuk menetapkan atau memilih tujuan. Seorang pemimpin diharapkan punya orientasi yang baik menuju masa depan.
c.       Inspiring (inspirasi)
Kita mengharapkan seorang pemimpin yang antusias, penuh semangat, dan berpandangan positif tentang masa depan, mereka diharapkan mampu memberikan inspirasi. Tidak cukup hanya mempunyai impian tentang masa depan, tetapi juga dapat menyampaikan wawasan dengan cara tertentu yang antusias, berenergi. Selain itu, sikap positif dari pemimpin dapat mengubah konteks pekerjaan sehingga lebih barmakna. Salah satu penentu kualitas seorang pemimpin adalah mampu memberikan inspirasi.
d.      Competent (cakap)
Kecakapan pemimpin tidak harus mengacu pada kemampuan pemimpin dalam teknologi, inti operasi. Bahkan, jenis kecakapan yang dituntut rasanya bervariasi sesuai dengan kedudukan pemimpin dan keadaan organisasi. Akan tetapi, pemimpin tidak perlu mempunyai kecakapan yang sama dengan bawahan. Yang lebih penting pemimpin harus mempunyai waktu untuk belajar dan bekerja sebelum membuat perubahan dan keputusan yang berpengaruh pada setiap orang dalam organisasi. Namun bagaimanapun, selalu ada kecenderungan yang menunjukan perlunya kecakapan teknis pemimpin.
Pemimpin yang baik dalam jasa profesional mempunyai sedikit tanggung jawab klien secara langsung, tetapi harus memiliki kecakapan seperti konsultan. Kecakapan yang perlu bagi pemimpin disebut sebagai “kecakapan nilai tambah”. Kecakapn fungsional diperlukan, tetapi belum cukup, harus ada nilai tambah. Punya catatan prestasi meraih kemenangan adalah satu cara untuk disebut cakap. Keunggulan dalam keahlian memimpin itu merupakan dimensi lain dari kecakapan. Kemampuan untuk menantang, memberi inspirasi, memungkinkan, menjadi teladan, dan mendorong juga harus ditunjukan jika pemimpin ingin dipandang mampu oleh bawahannya.
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, menurut
Sondang P.Siagian adalah sebagai berikut:
1.             Memiliki kondisi fisik yang sehat sesuai dengan tugasnya.
2.             Berpengetahuan luas.
3.         Mempunyai keyakinan bahwa organisasi yang dipimpinnya akan berhasil.
4.             Mengetahui dengan jelas sifat hakiki dan kompleksitas dari tujuan yang hendak dicapai.
5.             Memiliki stamina (daya kerja) yang besar.
6.             Gemar dan cepat mengambil keputusan
7.             Obyektif dalam arti dapat menguasai emosi dan mempergunakan rasio.
8.             Adil dalam memperlakukan bawahan.
9.             Menguasai prinsip-prinsip human relations.
10.      Menguasai teknik-teknik berkomunikasi.
11.      Dapat dan mampu bertindak sebagai penasehat dan guru terhadap bawahannya.
12.      Mempunyai gambaran yang menyeluruh tentang semua aspek kegiatan organisasi.
Siafat-sifat Pemimpin menurut George R. Terry (1972) adalah sebagai berikut:
          Intelligence (Kecerdasan)
          Initiative (Inisiatif)
          Energy of drive (Kekuatan atau giat bekerja)
          Emotional maturity (Kedewasaan emosi)
          Communicative skill (Kemahiran berkomunikasi)
          Persuasive (Yang meyakinkan)
          Self-assurance (Kepercayaan diri)
          Perceptive (Cerdik, cepat tanggap)
          Creative (Memiliki daya cipta)
          Social participation (Keterlibatan dalam kelompok)

2.       Pendekatan Tingkah Laku

Pendekatan ini memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku bukan dari sifat-sifat pemimpin karena sifat seseorang kadang menipu penglihatan, sehingga sulit di identifikasi secara pasti. Frielder (Mintorogo,1996) menyataka bahwa menjadi seorang pemimpin tidak hanya ditentukan oleh kepribadiannya. Seseorang menjadi pemimpin karena dalam tempat dan situasi yang tepat, atau karena berbagai faktor seperti umur, pendidikan, pengalaman, serta latar belakang keluarga dan kekayaan.[1]
Menelaah perilaku kepemimpinan dapat diidentifikasi dari dua aspek yaitu dari fungsi kepemimpinan yang dijalankan dan dari gaya ditunjukkan pemimpin.
a.       Fungsi kepemimpinan
Organisasi terdiri atas sekelompok orang, yang digerakkan oleh seorang pemimpin. Kepemimpinan akan terjadi secara efektif apabila pemimpin dapat menjalankan dua fungsi utama, yaitu 1, fungsi berkaitan dengan tugas (task related) dan 2, fungsi yang berkaitan dengan pembinaan kelompok atau fungsi social (group maintenance).
Fungsi tugas memudahkan dan mengkooardinasikan usaha kelompok dan memilih,mendefinisikan dan memecahkan masalah bersama. Fungsi sosial membantu kelompok agar berjalan dengan lancar, menengahi perbedaan pendapat, meredam konflik, dan dapat memancarkan perasaan hangat dan empatik kepada anggota.
b.      Gaya kepemimpinan

Gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku dalam memperagakan kepemimpinanya. Terdapat dua gaya kepemimpinan yaitu gaya dengan orientasi tugas (task oriented) dan gaya dengan orientasi pada anggota (employe-oriented).
Beberapa gaya kepemimpinan.[2]
1)              Gaya dasar kepemimpinan

Terdapat empat gaya dasar kepemimpinan yaitu otoriter, pseudo demokratis, laissez faire, dan demokratis
ü  Otoriter (authoritatif); yaitu gaya kepemimpinan yang menekankan pada kekuasaan dan kepatuhan secara mutlak.
ü  Pseudo demokratis; yaitu gaya kepemimpinan yang menekankan pada penciptaan situasi yang memberi kesan demokratis, padahal pemimpin sangat mampu menggiring pikiran/ide anggota untuk mengikuti kehendaknya.
ü  Laissez faire; gaya kepemimpinan yang tidak menunjukkan kemampuan pemimpin karena ia membiarkan organisasi dan anggota melaksanakan kegiatanya masing-masing tanpa dalam satu arah kebijakan yang jelas dari pemimpin.
ü  Demokratis; gaya kepemimpinan yang menekankan pada hubungan interpersonal yang baik.
2)              Teori X dan Teori Y
Teori x dan y dari McGregor adalah kumpulan anggapan tentang sifat-sifat manusia yang dikategorikan menjadi dua yaitu tipe X dan. Pada toeri ini gaya kepemimpinanya dipengaruhi oleh anggapan-anggapan seorang pemimpin tentang sifat dasar manusia.
Manusia X memiliki pembawaan kurang baik, malas bekerja dan tidak ada motivasi untuk berprestasi. Memperlakukan orang tipe ini harus dengan kepemimpina otoriter.
Manusia Y sebaliknya, memiliki tanggung jawab dan tidak ingin membuat citra diri negative dengan tidak terealisasikan tugas dan tanggung jawab. Gaya kepemimpinan yang sesuai untuk manusia tipe Y adalah demokratis.
3)              Manajemem dari Rensis Likert (Likert’s Management System)
Ia mengemukakan bahwa pengawas yang berorientasi pada karyawan mempunyai semangat kerja dan produktifitas lebih baik daripada yang berorientasi pada pekerjaan. Berdasarkan dua kategori dasar tersebut, disusun empat model tingkatan efektifitas manajemen;
Sistem 1, Pemimpn membuat keputusan sendiri tentang pekerjaan dan memerintah anggota untuk melaksanakannya berdasar standard an metode yang telah ditetapkan.
Sistem 2, pemimpin membuat keputusan sendiri dan memerintahkannya kepada anggota tapi mulai memberi kebebasan kepada anggota untuk memberikan komentar terhadap perintah- perintah.
Sistem 3, pemimpin membuat keputusan dan perintah setelah dilakukan diskusi. Pelaksanaan tugas dilakukan berdasarkan cara anggotanya.
Sistem 4, anggota dipartisipasikan secara penuh dan diberi kepercayaan untuk mengembangkan organisasi.
4)              W.J. Reddin dalam “The 3-D Theory
W.J membagi gaya kepemimpinan dalam tiga orientasi yaitu Task Oriented, Relationship Oriented, dan Effectiveness Oriented. Dikenal sebagai teori 3 dimensi.
Dari ketiga orientasi tersebut menghasilkan 8 gaya kepemimpinan;
Ø  The deserter, tidak terlihat adanya perhatian dan pelaksanaan terhadap tiga orientasi kepemimpinan.
Ø  The bureaucrat, pemimpin yang hanya mempunyai sifat efektif saja dengan orientasi tugas yang rendah.
Ø  The missionary, pemimpin yang hanya berorientasi pada hubungan saja, sedangkan orientasi tugas dan keefektifan rendah
Ø  The development, pemimpin yang menekankan efektifitas organisasi dengan orientasi hubungan yang tinggi, dan orientasi tugas yang rendah.
Ø  The autocrat, pemimpin yang menekankan pada tugas, sangat kurang memperhatikan karyawanya dan efektifitas organisasi.
Ø  The benevolent autocrat, pemimpin yang menekankan efektifitas dengan tugas cukup tinggi, sedang orientasi hubungan yang  rendah.
Ø  The compromiser, pemimpin kurang memperhatikan efektifitas pekerjaan tapi berorientasi tugas dan hubungan yang memadai.
Ø  The executive, pemimpin yang melaksanakan ketiga orientasi kepemimpinan.
Beberapa teori kepemimpinan yang memakai pendekatan tingkah laku antara lain:
1.       Tori Kepemimpinan yang dikembangkan oleh Universitas Michigan;
2.       Teori kepemimpinan derdasarkan dinamika kelompok;
3.       Studi kepemimpinan Ohio State University

a)      Teori Kepemimpinan yang dikembangkan oleh Universitas Micchigan.
Studi kepemimpinan Universitas Michigan yang dipelopori oleh Gibson dan Ivancevich, mengidentitikasi dua bentuk perilaku pemimpin yaitu : Perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada pekerjaan (The Job Centered) dan bentuk Perilaku kepemimpinan terpusat pada bawahan (The Employee centered).[3]
Pusat Riset Micihigan University melakukan suatu penelitian. Penelitian ini mengidentifikasikan dua konsep yakni orientasi produksi (production orientastion) dan orientasi bawahan (employee orientation). Pemimpin yang menekankan pada orientasi bawahan sangat memperhatikan bawahan, di mana mereka merasa bahwa setiap karyawan itu penting, dan menerima karyawan sebagai pribadi. Sedangkan pemimpin yang berorientasi pada produksi sangat memperhatikan hasil dan aspek-aspek kerja untuk kepentingan organisasi, dengan tanpa menghiraukan apakah bawahan senang atau tidak. Kedua ini hampir sama dengan tipe otoriter dan tipe demokrtatis. (Wahjo Sumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia, 1987:66.)
b)      Teori Kepemimpinan Berdasarkan Dinamika Kelompok (Dorwin Cartwright & Alvin Zander)
Menurut model ini, terdapat dua macam perilaku kepemimpinan, yaitu:
a)       Pencapaian beberapa sasaran kelompok khusus, identik dengan perilaku pemimpin yang mengutamakan tugas.
b)      Pemeliharaan dan penguatan kelompok itu sendiri, identik dengan perilaku pemimpin yang mengutamakan hubungan antar orang.
c)      3.) Studi Ohio State
Penelitian oleh Ohio State University mengidentifikasikan dua kelompok perilaku yang mempengaruhi efektifitas kepemimpnan, yaitu struktur kepemrakarsaan (initiating structure) yang berorientasi tugas dan pertimbangan (consideration) berorientasi pada manusia. Kepemrakarsaan menuntut pemimpin melakuakn pengaturan mulai penetapan arah sampai prosedur kerja. Sedangkan pertimbangan menggambarkan hubungan yang hangat antara pemimpin dan anggota. Gaya kepemimpinan yang efektif adalah tingkat pertimbanagn yang tinggi, sehingga menimbulkan kepuasan kepada karyawan[4].

3.       Pendekatan Kepemimpinan Situasional

Teori ini dikembangkan oleh Paul Hersey dan Ken Blanchard. Teori ini dapat membantu untuk melihat ciri-ciri bawahan (subordinates) didalam suatu gaya kepemimpinan. Teori Hersay dan Blachard ini terkenal dengan teori lingkaran hidup dari kepemimpinan (life cycle theory of leadership)[5].
Teori ini memberikan sumbangan untuk memahami tingkat kematangan dari anggota-anggota kelompok yang merupakan factor penting di dalam situasi dalam rangka menentukan keefektifan dari gaya kepemimpinan.
Pengertian kematangan disini ditunjukan kepada tugas spesifik/tertentu yang disajikan. Jadi teori ini berdasar pada pandangan bahwa kepemimpinan yang efektif itu bergantung pada tingkat kematangan anak buah yang dipimpinnya dalam melaksanakan tugas tertentu. Di samping itu bergantung pula pada kemauan pemimpin dalam menyesuaikan sikap orientasinya terhadap tugas pekerjaan tersebut dan hubungan pribadi dalam kelompok. Hal yang perlu dipahami ialah posisi pemimpin dalam mengatur gaya kepemimpinannya.
·         Apabila gaya kepemimpinan berorientasi pada tugas pekerjaan, maka arahan hanya dari pemimpin atau komunikasi satu arah, yang disebut gaya direktif.
·         Apabila gaya kepemimpinan berorientasi pada hubungan dengan anak buah, maka terjadi komunikasi dua arah antara pemimpin dan terpimpin, gaya ini adalah gaya demokrasi, disebut pula gaya suportif.
Berikut proses kepemimpinan tersebut:
1)              Kalau anak buah itu makin matang, maka pemimpin itu hendaknya mengurangi tingkat struktur tugas, selanjutnya meningkatkan perhatiannya terhadap orientasi hubungan pribadi di dalam kelompok.
2)              Kemudian bilamana seseorang atau anak buah itu sudah mencapai rata- rata kematangan, maka pemimpin hendaknya mengurangi struktur tugas dan meningkatkan hubungan dalam kelompok.
3)              Selanjutnya dibiarkan berkembang sampai pada tingkat kematangan penuh, yang diarahkan agar anak buah itu bisa berdiri sendiri dalam melaksanakan tugas tersebut dengan sikap mentalnya yang matang pula.
Apabila sudah ada pada tingkat tersebut, maka anak buah itu, baik secara individu maupun kelompok, tidak lagi memerlukan dukungan sosio-emosional, supervisi tidak diperlukan secara ketat, pemimpin sudah dapat mendelegasikan wewenangnya pada anak buahnya. Di lain pihak, anak buah akan merasa bahagia, karena tugas yang dilakukannya itu menghasilkan kepuasan hatinya.
Dari uraian diatas, maka teori kepimimpinan yang situasional ini menekankan pada keserasian dan kesesuaian antara gaya kepemimpinan dengan tingkat kematangan anak buah. Jadi, hakikat teori ini adalah sebagai berikut:[6]
1)              Tingkat kematangan anak buah dalam organisasi dapat ditingkatkan melalui proses pelaksanaannya.
2)              Pada tingkat kematangan anak buah semacam itu, gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan orientasi hubungan kelompok dikurangi.
Kematangan menurut teori ini mengandung dua factor yang saling berhubungan dalam melaksanakan tugas pekerjaan tertentu, yaitu sebagai berikut:
1.  Kemampuan dan kemauan untuk menetapkan harapan yang cukup tinggi dengan tujuan yang realistis. Seseorang akan lebih merasa bergairah untuk mencapai prestasi yang didsarkan pada umpan balik yang rasional, daripada umpan balik yang emosional dan imbalan.
2.  Kemampuan dan kemauan untuk memikul tanggung jawab dalam rangka mencapai tujuan mereka.
Pengertian Kemampuan ini ialah:
1)      Kemampuan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tertemtu;
2)      Memilihi pengetahuan teknis (pendidikan dan pengalaman)
3)      Memiliki keterampilan teknis (termasuk kemampuan untuk meghasilkan pekerjaan dengan bekerja sama dengan orang lain dalam kelompok, seperti berkomunikasi secara efektif , percaya terhadap diri sendiri, dan berani berdiri sendiri).
Sedangkan pengertian Kemauan ialah:
1)      Motivasi yang kuat yang timbul dari dalam diri pribadi anak buah;
2)      Keyakinan diri dan percaya dari dalam pribadi anak bauh.


BAB III PENUTUP


A.     Kesimpulan
Dari uraian pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa. Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri orang seorang atau pemimpin, mempengaruhi orang-orang lain untuk bekerjasama secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai yang diinginkan pemimpin. Sedangkan Teori kepemimpinan ialah adalah penggeneralisasian satu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, persyaratan menjadi pemimpin, sifat-sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi kepemimpinan.
Bermacam-macam teori kepemimpinan yang ada antara lain, Teori Genetis, Teori ini mengatakan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan yang alami, Teori Sosial, teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila memang disiapkan dan diberikan pendidikan /pengalaman yang cukup, di samping juga atas kemauannya sendiri. Teori Ekologis, teori ini mengemukakan bahwa, untuk menjadi seorang pemimpin perlu bakat-bakat kepemimpinan, dan bakat itu perlu dibina agar berkembang melalui pendidikan yang teratur.
Berbagai Pendekatan Kepemimpinan antara lain: Teori Pendekatan Sifat (TraithApproachTheory), Pendekatan ini berdasarkan pada sifat seseorang, Menurut teori ini, jika seseorang dilahirkan sebagai pemimpin, maka ia akan menjadi pemimpin, Pendekatan Tingkah Laku, Pendekatan ini memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku bukan dari sifat-sifat pemimpin karena sifat seseorang kadang menipu penglihatan, sehingga sulit di identifikasi secara pasti, menjadi seorang pemimpin tidak hanya ditentukan oleh kepribadiannya. Seseorang menjadi pemimpin karena dalam tempat dan situasi yang tepat, atau karena berbagai faktor seperti umur, pendidikan, pengalaman, serta latar belakang keluarga dan kekayaan, Pendekatan Kepemimpinan Situasional, teori ini berdasar pada pandangan bahwa kepemimpinan yang efektif itu bergantung pada tingkat kematangan anak buah yang dipimpinnya dalam melaksanakan tugas tertentu.

B.     Saran

Dalam makalah ini penulis sadar bahwa masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, diperlukan kritik dan saran dari pembaca sekalian agar makalah ini dapat lebih baik lagi dan bermanfaat bagi kita semua. diharapkan juga adanya makalah lain yang menyempurnakan makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.


DAFTAR PUSTAKA



Engkoswara dan Aan Komariah. AdministrasiPendidikan. Bandung: Alfabeta. 2011.

Indrafachrudi, Soekarto dan Thalele. Bagaimana Memimpin Sekolah yang efektif.
Bogor: Ghalia Indonesia. 2006.

Kumaidin, Didin dan Imam Machali. Manajemen Pendidikan : Konsep dan prinsip pengelolaan pendidika. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2012.

Engkoswara, dan Aan Komariah. Administrasi pendiddikan, Bandung:alfabeta. 2012.

Usman, Husain Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2006.



[1] Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfa Beta, 2010), hlm. 180.
[2] Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfa Beta, 2010), hlm 181-184.

[3] Rizal Tata Indra, Kepemimoinan. Diakses dari, http://indraputrabintan.blogspot.com/2011/10/kepemimpinanhtml#.VCL4TlfDzMw, diakses, 8 Oktober 2019 pukul 17:27 WIB.

[5] Soekarto Indrafachrudin, Bagaimana Memimpin Sekolah yang Efektif, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hlm 51.
[6] Soekarto Indrafachrudin, Bagaimana Memimpin Sekolah yang Efektif, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hlm 52.