Rabu, 31 Maret 2021

Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat - Makalah

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pengembangan masyarakat merupakan suatu proses swadaya masyarakat yang diintregasikan dengan usaha-usaha pemerintah setempat guna meningkatkan kondisi masyarakat di bidang ekonomi, sosial, politik dan kultural serta untuk mensinergikan gerakan untuk kemajuan dan kemakmuran bangsa. Sebagai suatu metode atau pendekatan, pengembangan masyarakat menekankan adanya proses pemberdayaan, partisipasi dan peranan langsung warga komunitas dalam proses pembangunan ditingkat komunitas dan antar komunitas.

Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat haruslah ada nilai-nilai, asas-asas dan prinsip-prinsip agar pengembangan masyarakat tidak keluar jauh dari ranahnya, dan prosesnya bisa berjalan sesuai keinginan/kebutuhan dari masyarakat.

B.     Rumusan Masalah

    1. Nilai-Nilai Pengembangan Masyarakat
    2. Asas-Asas dan Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat
    3. Pengaplikasian prinsip-prinsip pengembangan masyarakat

 

C.    Tujuan Penulisan

 

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah. Agar kita nantinya dapat mengetauhi apa saja prinsip – prinsip pengembangan masyrakat,nilai – nilai pengembangan masyrakat,asas asas dan prinsip pengembangan masyrakat.

 

 

 

 

 

 

 

 


 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Nilai-Nilai Pengembangan Masyarakat

Narasi besar yang hilang dalam konteks pemberdayaan masyarakat, hal ini yang menyebabkan kegiatan-kegiatan tersebut gagal dalam membangun kemandirian dan kesejahteraan tersebut adalah keadilan, kejujuran, kepedulian, kebersamaan, dan saling tolong menolong. Narasi besar itu adalah nilai-nilai yang seharusnya menjadi dasar dan landasan dalam kegiatan dan program pemberdayaan masyarakat tersebut. Kelonggaran atau pun ketiadaaan nilai-nilai dalam pemberdayaan masyarakat. Menyebabkan aktivitasnya di masyarakat terasa kering, penuh nuansa konflik kepentingan. Yang ujungnya kegiatan yang dilaksanakan tersebut tidak dapat memenuhi tujuan mulianya yaitu memandirikan masyarakat.

Kegagalan program pemberdayaan masyarakat dikarenakan nilai-nilai normatif yang sedianya diimplementasikan dalam kegiatan tersebut tidak berjalan. Banyak program pemberdayaan masyarakat yang tidak berdampak apa-apa karena adanya budaya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dalam pelaksanaanya. Nilai-nilai yang melandasi pemberdayaan Masyarakat yakni:

1.      Kejujuran (transparansi) nilai ini secara empirik sangat penting dalam konteks pemberdayaan masyarakat karena integritas moral semua yang terlibat dalam kegiatan berada pada ranah yang tinggi, nilai kejujuran harus melekat padka setiap insan-insan yang mengelola atau terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut, bila kejujuran ini tidak mendapatkan tempat pada kegiatan tersebut, seberapa besar pun dana dan potensi disumbangkan untuk kegiatan ini tidak mendapatkan dampak apa apa.

2.      Keadilan, berarti bahwa pelaksanaan pemberdayaan masyarakat tersebut memberikan peluang yang sama kepada seluruh kelompok sasaran baik dalam mendapatkan bantuan teknis maupun penguatan kapasitasnya. Adil dan merata adalah nilai yang perlu ditanamkan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat. Misalnya pembagian dana yang tidak menerapkan nilai keadilan akan menimbulkan gejolak sosial dimasyarakat yang menyebabkan gagalnya program pemberdayaan masyarakat .

3.      Kepercayaan (Trust) yang berarti bahwa pelaksana maupun kelompok sasaran yang akan diberdayakan dapat dipercaya untuk turut terlibat dalam kegiatanpemberdayaan masyarakat. Saling percaya antara keduanya juga penting dalam membangun kesepahaman dalam rangka mewujudkan keberhasilan dalam program tersebut. Kepercayaan ini sebagai mana diungkapkan Francis Fukuyama, merupakan nilai atau modal sosial yang dapat memperkuat perusahaan-perusahaan di Asia Timur (jepang,korea Selatan dan lainnya). Karena pemberdayaan Masyarakat juga itu perlu organisasi, perusahaan juga sebagai organsasinya maka kepercayaan juga harus tumbuh disetiap pribadi-pribadi yang terlibat dalam kegiatan tersebut, kepercayaan tinggi dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat akan menjadikan program tersebut dengan baik dan berkesinambungan. Sebaliknya jika ketidakpercayaan yang tumbuh maka program pemberdayaan masyarakat akan terhambat dan tidak berhasilnya program pemberdayaan masyarakat.

4.      Kebersamaan dan saling tolong menolong berarti pemberdayaan masyarakat memerlukan kebersamaan dan saling tolong menolong dari mereka yang terlibat dalam pengembangan masyarakat lainnya. Melalui kebersamaan kompleksitas dari permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pemberdayaan masyarakat akan terasa ringan dan mudah untuk dilaksanakannya.

5.      Kepedulian berarti komitmen yang tinggi dari anggota masyarakat yang lain untuk secara sadar berbagai dengan anggota masyarakat yang lain secara sadar berbagai dengan anggota masyarakat yang laiinya. Berbagai dalam kaitanya dapat berupa material maupun inmaterial, kepedulian sikaya terhadap si miskin akan menolong masyarakat miskin keluar dari jeratan kehidupan yang kurang beruntung. Kepedulian adalah nilai islam yang wajib diimplementasikan dalam pemberdayaan masyarakat, dalam umat Islam kepedulian terhadap sesama sangat dianjurkan untuk dilakukannya, didalam al-Quran kata shadaqah diulang-ulang sampai dua ratus kali, ini memberikan isyarat akan pentingnya sedakah dalam mengentaskan atau menyelesaikan permasalahan kemiskinan, hal ini juga menwartakan bahwa Islam adalah ajaran yang memposisikan sangat penting mengenai kepedulian diantara umatnya.

6.      Berorientasi kepada masa depan bahwa pengembangan Masyarakat Islam menitik beratkan pada orientasi masa depan, yakni apa yang dilaksanakan tersebut memiliki nilai kesinambungan bagi pengembangan masyarakat di masa depan, kegiatan pelestarian lingkungan maka kegiatan ditujukan untuk menciptakan lingkungan hari ini mau pun masa depan yang lebih baik, bukan malah merusak atau mengurangi kualitas lingkungannya tersebut.[1]

 

B.     Asas-Asas dan Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat

Dalam pengembangan masyarakat terdapat prinsip-prinsip yang merupakan penjabaran dari perspektif ekologi dan keadilan sosila. Prinsip-prinsip ini saling terkait dalam pelaksanaannya. Sulit sekali menjalankan satu prinsip tanpa mengaitkan dengan prinsip yang lainnya. Pemahaman terhadap prisip ini perlu dilakukan agar dalam penerapan pengembangan masyarakat, seorang community worker mempunyai orientasi yang tidak hanya bersifat fragmatis tetapi juga mempunyai visi jangka panjang. Dalam prakteknya di lapangan, sering kali ditemukan suatu proyek dinamakan sebagai proyek pengembangan masyarakat namun setelah dipelajari ternyata tidak menganut prinsip-prinsip pengembangan masyarakat.

Pengembangan masyarakat (community development) sebagai suatu perencanaan sosial perlu berlandaskan pada asas-asas :

1)      komunitas dilibatkan dalam setiap proses pengambilan kepetusan

2)      mensinergikan strategi komprehensif pemerintah, pihak-pihak terkait dan partisipasi warga.

3)      membuka akses warga atau bantuan profesional, teknis, fasiltas, serta intensif lainnya agar meningkatkan partisipasi warga, dan

4)      mengubah perilaku profesional agar lebih peka pada kebutuhan, perhatian dan gagasan warga komunitas.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) (1957) dalam sebuah laporannya mengenai konsep dari prinsip-prinsip pengembangan masyarakat, menerapkan sepuluh prinsip yang dianggap dapat diterapkan di seluruh dunia. Sepuluh prinsip tersebut adalag

1.      Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan harus berhubungan dengan kebutuhan dasar dari masyarakat, program-program pertama harus dimulai sebagai jawaban atas kebutuhan yang dirasakan orang-orang.

2.      Kemajuan local dapat dicapai melalui upaya-upaya tak saling terkait dalam setiap bidang dasar, akan tetapi pengembangan masyarakat yang penuh dan seimbang menuntut tindakan bersama dan penyusunan program-program multi tujuan.

3.      Perubahan sikap seseorang adalah sama pentingnya dengan pencapaian kemajuan material dan program-program masyarakat selama tahap-tahap awal pembangunan.

4.      Pengembangan masyarakat mengarah pada partisipasi orang-orang yang meningkat dan lebih baik dalam masalah-masalah masyarakat, revitalisasi bentuk-bentuk yang ada dari pemerintahan lokal yang efektif apabila hal tersebut belum berfungsi.

5.      Identifikasi, dorongan semangat, dan pelatihan pemimpin lokal harus menjadi tujuan dasar setiap program.

6.      Kepercayaan yang lebih besar pada partisipasi wanita dan kaum muda dalam proyek-proyek pembangunan masyakat akan memperkuat program-program pembangunan, memapankannya dalam basis yang luas dan menjamin ekspansi jangka panjang.

7.      Agar sepenuhnya efektif, proyek-proyek swadaya masyarakat memerlukan dukungan intensif dan ekstensif dari pemerintah.

8.      Penerapan program-program pengembangan masyarakat dalam skala nasional memerlukan pengadopsian kebijakan yang konsisten, pengaturan administrasi yang spesifik, perekrutan dan pelatihan personil, mobilisasi sumber daya lokal dan nasional, dan organisasi penelitian, eksperimen, dan evaluasi.

9.      Sumber daya dalam bentuk organisasi-organisasi pemerintahan harus dimanfaatkan penuh dalam program-program pembangunan masyarakat dalam bentuk lokal, nasional, dan internasional.

10.  Kemajuan ekonomi dan sosial pada tingkat lokal mensyaratkan pembangunan yang paralel pada tingkat nasional.[2]

Adapun Prinsip-Prinsip dalam pengembangan masyarakat Islam, sebagai berikut;

1.      Partisipasi. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong menjalankan pembangunan;

2.      Kesetaraan dan keadilan gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan;

3.      Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyarawah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin;

4.      Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggung gugatkan baik secara moral, teknis, legal, maupun administrative;

5.      Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.[3]

Adapun prinsip-prinsip pengembangan masyarakat dalam prespektif surat Aḍ-ḍuḥā adalah :

1.      Proses penyadaran perlu dikedepankan Membangun kesadaran dalam segala hal. Sadar akan peran dan tugas yang dia emban. Sadar akan kebutuhan yang butuhkan untuk memenuhinya. Sadar melakukan dan mengambil suatu keputusan tanpa ada desakan dari luar, sehingga tindakan tersebut murni dari dalam dirinya.

2.      Partisipasi Setelah kesadaran terbangun, barulah klien diajak untuk berpartisipasi dalam kegiatan. Partisipasi dalam pelaksaan penting dilakukan agar si klien merasa memiliki atas lingkungan dia tinggal.

3.      Memperhatikan waktu Waktu mengandung pelajaran disini adalah mengajarkan akan keteraturan dalam hidup, bekerja tepat waktu, dan sebagainya. Management waktu diperlukan agar seorang pengembang masyarakat paham karakter dan kondisi masyarakat di waktu-waktu tersebut. Akan tetapi, hal ini bukan berarti dilarang mengadakan program di siang hari. Boleh saja mengadakan acara kapanpun, asalkan sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat dan tidak mengganggu yang lain serta sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat.

4.      Pembangunan personal dan spiritual merupakan prioritas utama dalam proses awal pengembangan masyarakat. Pembangunan personal adalah upaya yang perlu dilakukan dalam kaitannya dengan membangun karakter. Karakter yang penuh dengan optimisme menatap masa depan. Disisi lain, dia juga mempunyai kepribadian yang religius, yakin bahwa Tuhan pasti membantu dirinya karena Tuhan sangat dekat dengan hambanya. Inilah poin dari pembangunan spiritual.

5.      Memihak kaum lemah (mustaḍ’afīn). Dua golongan, yatim dan pengemis (sāil) merupakan pekerjaan rumah pertama yang perlu segera diselesaikan dalammasa awal pengembangan masyarakat. Anak adalah calon generasi penerus bangsa. Anak adalah potensi masa depan yang belum terlihat di masa kini. Mereka saat ini masih dalam keadaan lemah dan belum bisa melakukan banyak hal, akan tetapi potensi yang tertanam dalam diri mereka sangatlah besar. Jika anak ini dirawat, dijaga, dan dicukupi gizinya dengan baik, maka tidak menutup kemungkinan bahwa akan lahir generasi briliantsehingga dapat memajukan negara ini. Disamping masalah anak, hal lain yang perlu diselesaikan adalah kemiskinan. Kemiskinan telah melahirkan ‘profesi baru’, seperti pengemis (sāil).

6.      Sharing atas nikmat yang telah dianugerahkan Berbagi pengalaman baik ataupun buruk dengan tujuan masing-masing. Pengalaman baik semoga ditiru, pengalaman buruk semoga tidak terjadi pada dirinya dan mampu mengambil hikmah dari pengalaman jelek tersebut.

7.      Metode top-down digunakan diawal Metode top-down adalah metode perencanaan yang dilakukan dari atasan kepada bawahan dengan atasan sebagai pengambil keputusan dan bawahan sebagai pelaksana. Metode ini banyak dipakai ketika periode masa awal Islam dengan turunnya surat Makiyah. Ketika kesadaran telah tumbuh maka metode yang dipakai berbeda. Metode buttom-up dipakai pada periode Madaniyah.[4]

Prinsip-prinsip tersebut, apabila ditelaah satu persatu, akan memberikan keyakinan mandasar bagi mereka yang bekerja secara profesional dalam program-program pengembangan masyarakat. Mereka “belajar” bahwa suatu program pengembangan masyarakat tak dapat dipaksakan penerapannya dan apabila ingin “berakar” harus bersifat lokalitas. Bagi kebanyakan warga dari negara-negara maju, tekanan pada prinsip no. 7 (prinsip dari PBB) mengenai bantuan pemerintah mungkin akan dirasakan terlalu kuat. Akan tetapi mereka akan terkejut jika memahami besarnya “bantuan” dari pemerinyahan pusat dan daerah yang diberikan kepada masyarakat lokal. Artinya, di negara-negara maju program pengembangan masyarakat menekankan pada aspek non-pemerintah, Oleh karena itu, di negara-negara yang kaya sumber daya ekonomi dan memiliki pemimpin yang terlatih, pendekatan perorangan dan sukarela dalam pengembangan masyarakat adalah sangat dimungkinkan. Akan tetapi di banyak negara-negara berkembang, perlu waktu yang relatif lama melakukan pengembangan masyarakat dengan peranan pemerintah yang semakin berkurang. [5]

 

C.     Aplikasi Prinsip Pengembangan Masyarakat

Operasionalisasi dari prinsip pengembangan masyarakat pada umumnya lebih difokuskan pada level komunitas. Hal itu disebabkan karena komunitas dianggap sebagai basis kehidupan masyarakat, dengan demikian apabila proses pengembangan harus dimulai dari bawah, maka awalannya harus berangkat dari kehidupan paling dasar ini. Disamping itu juga didasarkan pada asumsi, bahwa masyarakat pada tingkat komunitas sebagai basis kehidupanlah yang paling mengetahui persoalan dan kebutuhan yang paling aktual. Apabila program-program pembangunan daharapkan dapat meningkatkan kehidupan masyarakat, maka program tersebut harus sesuai dengan persoalan dan kebutuhan masyarakat yang akan ditingkatkan taraf hidupnya

Sudah barang tentu dalam mengimplementasikan konsep dan pendekatan pemberdayaan tersebut perlu didukung oleh sejumlah langkah dan tindakan. Kesemuanya itu diperlukan untuk memperlancar baik proses transformasi dan transisi dari paradigma lama ke paradigma baru, maupun dalam penjabaran konsep pemberdayaan masyarakat sebagai pendekatan yang digunakan oleh perspektif baru ke dalam berbagai kegiatan yang lebih operasional. Dengan demikian dapat diminimalisasi kemungkinan adanya hambatan yang justru datang dari aktor pelaksananya dan kemungkinan terjadi nya distorsi dalam operasionalasasi konsep. Bagaimanapun juga perlu diingatbahwa perspektif lama sudah dugunakan dalam periode yang cukup panjang dan melibatkan bernagai stakeholde. Dengan demikian, tidak mungkin mengharapkan perubahan tersebut terjadi dengan serta merta karena membutuhkan proses penyesuaian dan transformasi.[6]

Prinsip-prinsip dasar Pengembangan Masyarakat jika diterapkan dalam program, akan bervariasi dari satu komunitas dengan komunitas lainnya. Tidak ada suatu rumusan yang baku tentang bagaimana cara mengaplikasikan prinsip-prinsip di atas dalam program yang kita kerjakan. Dalam Pengembangan Masyarakat, kita akan mencari jalan dan mengupayakan bagaimana cara untuk menghubungkan antara teori dan praktek, prinsip dan aplikasinya, kerangka makro dengan mikro, isu global dengan isu lokal, keterkaitan antara semua aspek masyarakat, keterkaitan antara persoalan individu dengan politik, strategi dan hal teknis, tujuan jangka pendek/menengah dengan visi ideal, dsb.[7]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.    Keimpulan

Prinsip-prinsip pembangunan masyarakat akan menjadi ranah bagi implementasi pembangunan masyarakat. Korelasi dari prinsip-prinsip tersebut sangat diperlukan dalam upaya mewujudkan keberhasilan pembangunan masyarakat. Macam-macam prinsip pengembangan masyarakat antara lain : pembangunan terpadu dan seimbang, konfrontasi terhadap ketimpangan struktural, menjunjung tinggi hak asasi manusia, keberlanjutan, pemberdayaan, pembangunan personal dan politik, pemilikan komunitas, kemandirian, independen dari negara, tujuan dekat (antara) dan visi akhir jangka panjang, pembangunan organis, tahapan pembangunan, bebas dari tekanan luar, pembangunan komunitas, proses dan hasil, integritas proses, anti kekerasan, inklusif, konsesus, kooperasi, dan partisipasi.

 

B.     Kritik Saran

Dengan terciptanya penulisan ini semoga kita bisa lebih memahami tentang mata kuliah metodologi pengembangan masyrakat khususnya prinsip prinsp pengembangan masyrakat. Dan kami menyadari dalam pembuatan penulisan ini kami merasa banyak kekurangan dan kesalahan, kritik dan saran yang membangun akan kami tunggu dari dosen dan rekan-rekan mahasiswa sekalian, supaya kesalahan-kesalahan yang terjadi tidak akan terulang kembali dalam hari-hari Yang berikutnya. Dan mudah-mudahan dengan penulisan ini bisa bermanfaat khususnya bagi pemakalah dan bagi kita semua.


[1] Muhtadi, Tantan Hermansah, Management Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), Press UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2013. hal 19

[2] Tonny Fredian Nasdian, Pengembangan Masyarakat, Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2014, hal. 46-48

[3] Opcit, Muhtadi, hal 19

[4] Baruri Ahmad, Prinsip Pengembangan Masyarakat Menururt Al-Qur’an Studi Atas Surat Adh-Duha (Skripsi), Yogyakarta, hal.45

[5] Opcit, Fredian, hal. 48

[6] Soetomo, Pemberdayaan Masyarakat, putaka pelajar, Yogyakarta, 2011, hal. 95

Tidak ada komentar:

Posting Komentar