DAKWAH PERSUASIF
Dosen Pembimbing : Drs. Silawati, M. Pd.
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Psikologi Dakwah
Muhammad Sa’dan NIM : 11840112576
M. Ibnu Faisal Akhwi NIM
: 11840114063
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2020/2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan
penyusunan makalah Psikologi Dakwah dengan judul “Dakwah Persuasif” tepat pada
waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang
ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini
dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah
selanjutnya.
Pekanbaru, 16 Maret 2020
Kelompok 9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
A. Latar
Belakang.............................................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah........................................................................................................ 2
C. Tujuan............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 3
A.
PENGERTIAN PSIKOLOGI DAKWAH.................................................................. 3
B.
KONSEP KEBERHASILAN DAKWAH................................................................... 3
C.
PELUANG KEBERHASILAN DAKWAH................................................................ 5
D.
UNSUR-UNSUR PEMBENTUK PERSUASIF......................................................... 6
E.
MATERI DAKWAH PERSUASIF............................................................................. 9
BAB III PENUTUP................................................................................................................. 12
A.
KESIMPULAN........................................................................................................... 12
B.
KRITIK DAN SARAN............................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi dalam disiplin ilmu sering disebut
dengan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku lahiriah manusia dengan
menggunakan metode observasi secara obyektif, seperti terhadap rangsang dan
jawaban yang menimbulkaan tingkah laku. Dan yang
dimaksud dengan dakwah yaitu mengajak manusia kejalan Allah agar mereka bahagia
didunia dan di akhirat.
Dalam berdakwah sangat diperlukan psikologi
untuk mengetahui keadaan mad’u dan bisa mengerti tingkah laku mad’u itu
sendiri. Selain itu
keberhasilan seorang da’I dalam menyampaikan dakwahnya tergantung
pada respon mad’u untuk memenuhi ajakan sang da’i.
Salah
satu pusat perhatian psikologi dakwah adalah bagamana dakwah itu bisa
disampaikan secara persuasif. efektifitas suatu kegiatan dakwah memang
berhubungan dengan bagaimana mengkomunikasikan pesan dakwah itu
kepada mad’u, persuasif atau tidak. Secara psikologis, bahasa mempunyai
peran yang sangat besar dalam mengendalikan perilaku manusia. Bahasa ibarat
remot control yang dapat menyetel manusia menjadi tertawa, marah, sedih,
lunglai, semangat, dan sebagainya. Bahasa juga dapat digunakan untuk memasukkan
gagasan-gagasan baru kedalam pikiran manusia. Sebagai pesan, bahasa juga ada
psikologinya, misalnya cara berkata seseorang, isyarat tertentu, struktur
bahasa yang digunakan dan sebagainya, dapat memberikan maksud tertentu kepada
lawan bicara. Jadi, dengan memperhatikan psikologi pesan, bahasa dapat
digunakan oleh da’I untuk mengatur, menggerakkan dan mengendalikan perilaku
masyarakat.
Pembatasan
masalah digunakan untuk membatasi masalah yang akan dibahas. Dalam penelitian
ini, masalah dibatasi pada hal yang berkaitan dengan dakwah persuasif yaitu tentang
peluangakeberhasilan dakwah, unsure-unsur pembentuk persuasif, dan meteri
dakwah persuasif.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud psikologi dakwah?
2.
Bagaimana konsep keberhasilan
dakwah?
3.
Bagaimana peluang
keberhasilan dakwah?
4.
Apa saja unsur-unsur pembentuk persuasif?
5.
Apa saja materi dakwah persuasif?
C. Tujuan
1.
Memahami maksud dari psikologi dakwah.
2.
Mengetahui konsep keberhasilan
dakwah.
3.
Mengetahui peluang
keberhasilan dakwah.
4.
Mengetahui unsur-unsur pembentuk persuasif.
5.
Memahami materi dakwah persuasif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
PSIKOLOGI DAKWAH
Secara sederhana Psikologi sering disebut
sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang merupakan gejala dari
jiwanya.[1] Sedangkan definisi yang lebih terperinci
menyebutkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah
laku lahiriah manusia dengan menggunakan metode observasisecara obyektif,
seperti terhadap rangsang (stimulus) dan jaaban (respon) yang menimbulkan
tingkah laku.
Dari definisi tersebut menegaskan bahwa
kegunaan psikologi tersebut hanya untuk menguraikan atau mengungkap apa yang
ada dibalik tingkah laku manusia.dalam keadaan tertentu, kebutuhan seseorang
memang dapat saja terbatas hanya ingin mengetahui factor kejiwaan apa yang
menyebabkan tingkah laku tertentu orang lain, tapi disaat yang lain, misalnya
bagi seorang sedang merencanakan suatu kegiatan yang melibatkan banyak orang di
mana banyak kemungkinan yang bisa terjadi, maka psikologi
dapat membantunya meramalkan kira-kira tingkah laku apa yang akan
dilakukan oleh sebagian atau keseluruhan dari orang-orang yang diamatinya.
B.
KONSEP
KEBERHASILAN
DAKWAH
Pada
awalnya hasil-hasil atau dalam konsep yang lebih umum, yaitu keberhasilan
dakwah tidak menjadi perhatian para ahli dakwah dan para da’i yang bersentuhan
langsung dalam proses dakwah. Bagi mereka hasil-hasil dakwah, dalam bentuk
perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku mad’u setelah mengalami proses dakwah
merupakan wilayah kekuasaan Allah SWT atau lebih dikenal sebagai hidayah.
Setelah para da’i melaksanakan segala data dan upaya dalam amar ma’ruf nahi
munkar dan disertai do’a yang mereka panjatkan. Kemudian mereka bertawakal
kepada Allah SWT sebagai wujud kepasrahan akan hasil-hasil dakwah yang mereka
lakukan.
Dalam
firman Allah Swt, Q.S. Ali Imron: 20 yang artinya : “Kemudian jika mereka
mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah : “Aku menyerahkan
diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku”. Dan
katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Alkitab dan kepada orang-orang
yang ummi : “Apakah kamu (mau) masuk Islam”. Jika mereka masuk Islam,
sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka
kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha melihat
akan hamba-hamba-Nya”.
Berdasarkan
ayat tersebut, bagi para da’i harus berusaha secara maksimal dalam bentuk
ikhtiar lahiriyah dan ikhtiar batiniyah. Ikhtiar lahiriah adalah da’i berusaha
untuk merangsang fungsi-fungsi hidayah ilham (insting), hidayah hawasy (panca
indera), hidayah akal pada mad’u untuk mengetahui kebenaran haqiqi yang dapat
dijadikan pegangan hidup. Ikhtiar batiniyah adalah da’i berusaha untuk
senantiasa berdoa, agar Allah Swt menganugerahkan kepada mad’u hidayah
at-taufiq (pertolongan), sehingga pemahamannya tentang ajaran Islam dapat
mengantarkan pada perubahan sikap dan perilaku berdasarkan syariat Islam dalam
kehidupannya.[2]
C.
PELUANG
KEBERHASILAN DAKWAH
Keberhasilan
suatu dakwah dimungkinkan oleh berbagai hal:
1.
Pesan
dakwah yang disampaikan oleh da’I memang relevan dengan kebutuhan masyarakat,
yang merupakan suatu keniscayaan yang tidak mungkin ditolak, sehingga mereka
menerima pesan mesan dakwah itu dengan antusias.
2.
Factor
personal da’I, yakni da’I tersebut memilki daya tarik personal yang menyebabkan
masyarakat mudah menerima pesan dakwahnya, meski kualitas dakwahnya boleh jadi
sederhana saja.
3.
Kondisi
psikologi masyarakat yang sedang haus siraman rohani, dan mereka terlanjur
memiliki persepsi positif kepada setiap da’I, sehingga pesan dakwah yang
sebenarnya kurang jelas ditafsirkan sendiri oleh masyarakat dengan penafsiran
yang jelas.
4.
Kemasan
dakwah yang menarik. Masyarakat yang semula acuh terhadap agama dan juga
terhadap da’I setelah melihat paket dakwah yang diberi kemasan lain (misalnya
kesenian, stimulasi, atau dalam program-program pengembangan masyarakat) maka
paket dakwah itu berhasil menjadi stimulasi yang menggelitik persepsi
masyarakat, dan akhirnya mereka merespon secara positif.
D.
UNSUR-UNSUR
PEMBENTUK PERSUASIF
Kondisi
psikologis mad’u yang berbeda-beda menyebankan tingkat pendekatan persuasif
dalam berdakwah juga berbeda-beda, namun untuk mencapai dakwah yang persuasif
jelas ada unsure-unsur yang mendukungnya.
Unsur-unsur
yang mempengaruhi suatu dakwah itu bisa dikatakan persuasif ataupun tidak
adalah sebagai berikut:
1.
Pribadi
da’i
2.
Materi
dakwah
3.
Kondisi
psikologi mad’u
4.
Korelasi
antara ketiga unsure tersebut (Pribadi da’I, Materi dakwah, Kondisi psikologi
mad’u).
Untuk
membuat dakwah itu persuasif, pertama-tamaseorang da’I harus memiliki
kreteria-kriteria yang dipandang positif oleh massyarakat, criteria tersebut
antara lain:
1.
Memiliki
kualifikasi akademis tentang Islam.
Dalam hal ini da’i sekurang-kurangnya memiliki pengetahuan tentang
Al-qur’an dan Al-Hadits, bawa al-qur’an memiliki fungsi sebagai petuntuk hidup
(hudan), nasihat bagi yang membutuhkan (mau’idzah) dan pelajaran (‘ibratan),
yang oleh karena itu selalu menjadi rujukan dalam menghadapi segala macam
persoalan.
2.
Memiliki
konsistensi antara amal dan ilmunya.
Seorang da’i sekurang-kurangnya harus mengamalkan apa yang ia
serukan kepada orang lain.
3.
Santun
dan lapang dada.
Sifat santun (al-hilm) dan lapang dada yang dimiliki seseorang
merupakan indikator dari kekuasaan ilmunya, dan secara khusus kemampuannya
mengendalikan akalnya (ilmu-ilmunya) dalam praktik kehidupan.
4.
Bersifat
pemberani.
Dalam tingkatan tertentu seorang da’i adalah pemimpin masyarakat.
5.
Tidak
mengharap pemberian orang (iffah).
‘iffah artinya hatinya bersih dari pengharapan terhadap apa
yang ada pada orang lain.
6.
Qonah
(kaya hati)
Da’i adalah pejuang, dan watk pejuang adalah tabah dalam menghadapi
berbagai kesulitan. Salah satu problem kehidupan adalah miskin harta. Da’i yang
merasa dirinya miskin biasanya mengidap penyakit rendah hati dan tidak pecaya
diri.
7.
Kemampuan
berkomunikasi.
Dakwah adalah mengkomunikasikan pesan
kepada mad’u. Komunikasi dapat dilakukan dengan lisan, tulisan atau
perbuatan, dengan bahasa kata-kata atau dengan bahasa perbuatan (bilisan al
maqal wa bilisan al hal).
8.
Memiliki
ilmu bantu yang relevan.
Untuk menjadikan pesan dakwah itu sampai
kepada mad’u tepat waktu dan sasaran, seorang da’i harus memiliki
pengetahuan yang memadahi tentang semua hal yang berhubungan dengan
masyarakat mad’u.
9.
Memiliki
rasa percaya diri dan rendah hati.
Seorang da’i harus memiliki rasa percaya diri, yakni bahwa selama
dakwahnya dilandasi oleh keikhlasan dan dijalankan dengan memakai perhitungan
yang benar dan mengharap ridlo Allah, Insysa Allah akan membawa manfa’at.
10. Tidak kikir ilmu (khitman al- ilm).
Sejalan dengan sifat kejuangan dan perumpamaan da’i sebagai
matahari, seorang da’i dengan senang hati akan menjajakan ilmunya kepada orang
yang mau maupun yang tidak mau.
11. Anggun.
Betapapun seorang da’i harus aktip bekerja dan berbicara, tetapi
keanggunan kepribadiannya harus tetap dijaga.
12. Selera tinggi.
Selera tinggi juga dapat menunjang keanggunan. Seorang da’i yang
berselera tinggi artinya ia tidak merasa puas dengan hasil kerja yang tidak
sempurna
13. Sabar.
Mengajak manusia kepada kebajikan bukanlah pekerjaan yang mudah.
Semua Nabi dan Rasul dalam menjalankan tugas risalahnya selalu berhadapan
dengan berhambatan dan kesulitan.
14. Memiliki nilai lebih.
Manusia
cenderung tertarik kepada orang yang memiliki kelebihan dalm bidang apapun.
Seorang da’i yang juga berperan sebagai pemimpin haruslah memiliki nilai lebih
atau nilaiplus dibanding orang lain yamg dipimpin.[3]
E.
MATERI
DAKWAH PERSUASIF
Secara
psikologis, bahasa mempunyai peran yang sangat besar dalam mengendalikan
perilaku manusia. Bahasa ibarat remot control yang dapat menyetel manusia
menjadi tertawa, marah, sedih, lunglai, semangat, dan sebagainya. Bahasa juga
dapat digunakan untuk memasukkan gagasan-gagasan baru kedalam pikiran manusia.
Sebagai
pesan, bahasa juga ada psikologinya, misalnya cara berkata seseorang, isyarat
tertentu, struktur bahasa yang digunakan dan sebagainya, dapat memberikan
maksud tertentu kepada lawan bicara. Jadi, dengan memperhatikan psikologi
pesan, bahasa dapat digunakan oleh da’I untuk mengatur, menggerakkan dan
mengendalikan perilaku masyarakat.
Al-qur’an
memeberikan istilah-istilah pesan yang persuasif dengan kalimat “qaulan
layyina, qaulan ma’rifah, qaulan baligha, qaulan sadida, qaulan karima, qaulan
maisura, qaulan tsaqilan, dan qaulan ‘adzima.”
1.
Qaulan
layyina (perkataan yang lemah lembut)
Menurut Asfihani dalam Mu’jam-nya,[4] qaulan layyina mengandung arti lawan dari kasar, yakni halus
dan lembut. Pada dasarnya halus dan lembut itu dipergunakan untuk mensifati
benda oleh indera peraba, tetapi kata-kata ini kemudian dipinjam untuk menyebut
sifat-sifat akhlak dan arti-arti yang lain. Jadi dakwah yang lemah lembut
adalah dakwah yang dirasakan oleh mad’u sebagai sentuhan yang halus tanpa
mengusik atau menyentuh kepekaan perasaannya sehingga tidak menimbulkan
gangguan pikiran dan perasaan.
2.
Qaulan
Baligha (perkataan yang membekas pada jiwa)
Menurut Ishfihani dalam Mu’jam-nya,[5] perkataan
yang baligh (membekas atau tajam) mempunyai dua arti:
a)
Suatu
perkataan dianggap baligh manakala berkumpul pada tiga sifat, yaitu memiliki
kebenaran dari sudut bahasa, mempunyai kesesuaian dengan apa yang dimaksudkan
dan mengandung kebenaran secara subtansial.
b)
Suatu
perkataan dinilai baligh jika perkataan itu membuat lawan bicaranya terpaksa
mempersepsi perkataan itu sama dengan apa yang dimaksudkan oleh pembicara,
sehingga tidak ada celah untuk mengalihkan perhatian kepermasalahan lain.
3.
Qaulan
Sadida (perkataan yang benar)
Term qaulan sadida, menurut ibn Manshur dalam lisan
al-a’rabnya kata sadid diyang dihubungkan dengan qaul (perkataan) mengandung
arti mengenai sasaran (yusib al-qashda). Jadi pesan dakwah yang secara
psikologis menyentuh hati mad’u siapa pun mad’unya, adalah jika
materi yang disampaikan itu benar, baik darin segi bahasa atau pun logika, dan
disampaikan dengan pijakan takwa.
4.
Qaulan
Karima (perkataan yang mulia)
Dalam perspektif dakwah, qaulan karima diperlukan jika
dakwah itu ditujukan kepada kelompok orang yang sudah masuk kategori usia
lanjut. Psikologi orang usia lanjut biasanya sangat peka terhadap kata-kata
yang bersifat menggurui, menyalahkan apalagi yang kasar, karena meeka merasa
lebih banyak pengalaman hidupnya, dan merasa dalam kondisi telah banyak
kehilangan kekuatan fisiknya. Oleh karena itu, untuk menjadikan pesan dakwah
kepada orang tua itu persuasif, haruslah disampaikan dengan perkataan yang
mulia.
5.
Qaulan
maisura (perkataan yang ringan)
Kalimat
Maisura berasal dari kata yasr, yang artinya mudah. Qaulan Maisura adalah
perkataan yang mudah diterima, yang ringan, yang pantas, yang tidak
berliku-liku. Dakwah dengan qaulan maisura artinya pesan yang disampaikan itu
sederhana, mudah dimengerti dan dapat difahami secara spontan tanpa harus
berfikir dua kali.[6]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi Secara
sederhana Psikologi sering disebut sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia yang merupakan gejala dari jiwanya. Dari definisi tersebut
menegaskan bahwa kegunaan psikologi tersebut hanya untuk menguraikan atau
mengungkap apa yang ada dibalik tingkah laku manusia.dalam keadaan tertentu,
Salah satu Keberhasilan suatu
dakwah adalah Pesan dakwah yang disampaikan oleh da’I memang
relevan dengan kebutuhan masyarakat, yang merupakan suatu keniscayaan yang
tidak mungkin ditolak, sehingga mereka menerima pesan mesan dakwah itu dengan
antusias. Secara psikologis, bahasa mempunyai
peran yang sangat besar dalam mengendalikan perilaku manusia. Bahasa ibarat
remot control yang dapat menyetel manusia menjadi tertawa, marah, sedih,
lunglai, semangat, dan sebagainya. Bahasa juga dapat digunakan untuk memasukkan
gagasan-gagasan baru kedalam pikiran manusia.
Dan
sebagai pesan, bahasa juga ada psikologinya, misalnya cara berkata
seseorang, isyarat tertentu, struktur bahasa yang digunakan dan sebagainya,
dapat memberikan maksud tertentu kepada lawan bicara. Jadi, dengan
memperhatikan psikologi pesan, bahasa dapat digunakan oleh da’I untuk mengatur,
menggerakkan dan mengendalikan perilaku masyarakat.
B. Kritik dan
Saran
Demikianlah makalah tentang “Dakwah Persuasif” yang telah Kami paparkan. Kami menyadari
makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu
kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan.
Harapan Kami, semoga makalah ini dapat memberi pengetahuan baru dan bermanfaat
bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi. (Jakarta: Balai Pustaka, 2002)
Moh.
Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009)
Muhammad
Sulthon, Desain
Ilmu Dakwah Kajian Ontologis, Epistimologis, dan Aksiologis, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 3003)
Al- Raghib al-Ishfihani, Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an
M.Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009)
[1] Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi. (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 457
[2] Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta:
Kencana, 2009), hlm. 35
[3] Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah Kajian
Ontologis, Epistimologis, dan Aksiologis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 3003),
hlm. 16
[4] Dr. Sarlito Wirawan Sarwono. Ibid, hlm. 457
[5] Al- Raghib al-Ishfihani, Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, hlm. 60-61
[6] M.Munir, Metode
Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 134

Tidak ada komentar:
Posting Komentar