Rabu, 31 Maret 2021

DAKWAH PERSUASIF - MAKALAH PSIKOLOGI DAKWAH

 

DAKWAH PERSUASIF

 

Dosen Pembimbing : Drs. Silawati, M. Pd.

 

Makalah

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Psikologi Dakwah

 


 

 

 OLEH KELOMPOK 9:



Muhammad Sa’dan                        NIM : 11840112576

M. Ibnu Faisal Akhwi                      NIM : 11840114063

 

 

 

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2020/2021


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah Psikologi Dakwah dengan judul “Dakwah Persuasif” tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

 

 

Pekanbaru, 16 Maret 2020

 

 

Kelompok 9

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1

A.    Latar Belakang.............................................................................................................. 1

B.     Rumusan Masalah........................................................................................................ 2

C.    Tujuan............................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 3

A.     PENGERTIAN PSIKOLOGI DAKWAH.................................................................. 3

B.     KONSEP KEBERHASILAN DAKWAH................................................................... 3

C.     PELUANG KEBERHASILAN DAKWAH................................................................ 5

D.     UNSUR-UNSUR PEMBENTUK PERSUASIF......................................................... 6

E.      MATERI DAKWAH PERSUASIF............................................................................. 9

BAB III PENUTUP................................................................................................................. 12

A.    KESIMPULAN........................................................................................................... 12

B.     KRITIK DAN SARAN............................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... iv


 


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Psikologi dalam disiplin ilmu sering disebut dengan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku lahiriah manusia dengan menggunakan metode observasi secara obyektif, seperti terhadap rangsang dan jawaban yang menimbulkaan tingkah laku. Dan yang dimaksud dengan dakwah yaitu mengajak manusia kejalan Allah agar mereka bahagia didunia dan di akhirat.

Dalam berdakwah sangat diperlukan psikologi untuk mengetahui keadaan mad’u dan bisa mengerti tingkah laku mad’u itu sendiri. Selain itu keberhasilan  seorang da’I dalam menyampaikan dakwahnya tergantung pada respon mad’u untuk memenuhi ajakan sang da’i.

Salah satu pusat perhatian psikologi dakwah adalah bagamana dakwah itu bisa disampaikan secara persuasif. efektifitas suatu kegiatan dakwah memang berhubungan dengan bagaimana mengkomunikasikan  pesan dakwah itu kepada mad’u, persuasif atau tidak. Secara psikologis, bahasa mempunyai peran yang sangat besar dalam mengendalikan perilaku manusia. Bahasa ibarat remot control yang dapat menyetel manusia menjadi tertawa, marah, sedih, lunglai, semangat, dan sebagainya. Bahasa juga dapat digunakan untuk memasukkan gagasan-gagasan baru kedalam pikiran manusia. Sebagai pesan, bahasa juga ada psikologinya, misalnya cara berkata seseorang, isyarat tertentu, struktur bahasa yang digunakan dan sebagainya, dapat memberikan maksud tertentu kepada lawan bicara. Jadi, dengan memperhatikan psikologi pesan, bahasa dapat digunakan oleh da’I untuk mengatur, menggerakkan dan mengendalikan perilaku masyarakat.

Pembatasan masalah digunakan untuk membatasi masalah yang akan dibahas. Dalam penelitian ini, masalah dibatasi pada hal yang berkaitan dengan dakwah persuasif yaitu tentang peluangakeberhasilan dakwah, unsure-unsur pembentuk persuasif, dan meteri dakwah persuasif.

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud psikologi dakwah?

2.      Bagaimana konsep keberhasilan dakwah?

3.      Bagaimana peluang keberhasilan dakwah?

4.      Apa saja unsur-unsur pembentuk persuasif?

5.      Apa saja materi dakwah persuasif?

C.     Tujuan

1.      Memahami maksud dari psikologi dakwah.

2.      Mengetahui konsep keberhasilan dakwah.

3.      Mengetahui peluang keberhasilan dakwah.

4.      Mengetahui unsur-unsur pembentuk persuasif.

5.      Memahami materi dakwah persuasif.

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN PSIKOLOGI DAKWAH

Secara sederhana Psikologi sering disebut sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang merupakan gejala dari jiwanya.[1] Sedangkan definisi yang lebih terperinci menyebutkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku lahiriah manusia dengan menggunakan metode observasisecara obyektif, seperti terhadap rangsang (stimulus) dan jaaban (respon) yang menimbulkan tingkah laku.

Dari definisi tersebut menegaskan bahwa kegunaan psikologi tersebut hanya untuk menguraikan atau mengungkap apa yang ada dibalik tingkah laku manusia.dalam keadaan tertentu, kebutuhan seseorang memang dapat saja terbatas hanya ingin mengetahui factor kejiwaan apa yang menyebabkan tingkah laku tertentu orang lain, tapi disaat yang lain, misalnya bagi seorang sedang merencanakan suatu kegiatan yang melibatkan banyak orang di mana banyak kemungkinan yang bisa terjadi, maka psikologi dapat  membantunya meramalkan kira-kira tingkah laku apa yang akan dilakukan oleh sebagian atau keseluruhan dari orang-orang yang diamatinya.

 

B.     KONSEP KEBERHASILAN DAKWAH

Pada awalnya hasil-hasil atau dalam konsep yang lebih umum, yaitu keberhasilan dakwah tidak menjadi perhatian para ahli dakwah dan para da’i yang bersentuhan langsung dalam proses dakwah. Bagi mereka hasil-hasil dakwah, dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku mad’u setelah mengalami proses dakwah merupakan wilayah kekuasaan Allah SWT atau lebih dikenal sebagai hidayah. Setelah para da’i melaksanakan segala data dan upaya dalam amar ma’ruf nahi munkar dan disertai do’a yang mereka panjatkan. Kemudian mereka bertawakal kepada Allah SWT sebagai wujud kepasrahan akan hasil-hasil dakwah yang mereka lakukan.

Dalam firman Allah Swt, Q.S. Ali Imron: 20 yang artinya : “Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah : “Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku”. Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Alkitab dan kepada orang-orang yang ummi : “Apakah kamu (mau) masuk Islam”. Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya”.

Berdasarkan ayat tersebut, bagi para da’i harus berusaha secara maksimal dalam bentuk ikhtiar lahiriyah dan ikhtiar batiniyah. Ikhtiar lahiriah adalah da’i berusaha untuk merangsang fungsi-fungsi hidayah ilham (insting), hidayah hawasy (panca indera), hidayah akal pada mad’u untuk mengetahui kebenaran haqiqi yang dapat dijadikan pegangan hidup. Ikhtiar batiniyah adalah da’i berusaha untuk senantiasa berdoa, agar Allah Swt menganugerahkan kepada mad’u hidayah at-taufiq (pertolongan), sehingga pemahamannya tentang ajaran Islam dapat mengantarkan pada perubahan sikap dan perilaku berdasarkan syariat Islam dalam kehidupannya.[2]

 

C.     PELUANG KEBERHASILAN DAKWAH

Keberhasilan suatu dakwah dimungkinkan oleh berbagai hal:

1.      Pesan dakwah yang disampaikan oleh da’I memang relevan dengan kebutuhan masyarakat, yang merupakan suatu keniscayaan yang tidak mungkin ditolak, sehingga mereka menerima pesan mesan dakwah itu dengan antusias.

2.      Factor personal da’I, yakni da’I tersebut memilki daya tarik personal yang menyebabkan masyarakat mudah menerima pesan dakwahnya, meski kualitas dakwahnya boleh jadi sederhana saja.

3.      Kondisi psikologi masyarakat yang sedang haus siraman rohani, dan mereka terlanjur memiliki persepsi positif kepada setiap da’I, sehingga pesan dakwah yang sebenarnya kurang jelas ditafsirkan sendiri oleh masyarakat dengan penafsiran yang jelas.

4.      Kemasan dakwah yang menarik. Masyarakat yang semula acuh terhadap agama dan juga terhadap da’I setelah melihat paket dakwah yang diberi kemasan lain (misalnya kesenian, stimulasi, atau dalam program-program pengembangan masyarakat) maka paket dakwah itu berhasil menjadi stimulasi yang menggelitik persepsi masyarakat, dan akhirnya mereka merespon secara positif. 

 

D.    UNSUR-UNSUR PEMBENTUK PERSUASIF

Kondisi psikologis mad’u yang berbeda-beda menyebankan tingkat pendekatan persuasif dalam berdakwah juga berbeda-beda, namun untuk mencapai dakwah yang persuasif jelas ada unsure-unsur yang mendukungnya.

Unsur-unsur yang mempengaruhi suatu dakwah itu bisa dikatakan persuasif ataupun tidak adalah sebagai berikut:

1.      Pribadi da’i

2.      Materi dakwah

3.      Kondisi psikologi mad’u

4.      Korelasi antara ketiga unsure tersebut (Pribadi da’I, Materi dakwah, Kondisi psikologi mad’u).

Untuk membuat dakwah itu persuasif, pertama-tamaseorang da’I harus memiliki kreteria-kriteria yang dipandang positif oleh massyarakat, criteria tersebut antara lain:

1.      Memiliki kualifikasi akademis tentang Islam.

Dalam hal ini da’i sekurang-kurangnya memiliki pengetahuan tentang Al-qur’an dan Al-Hadits, bawa al-qur’an memiliki fungsi sebagai petuntuk hidup (hudan), nasihat bagi yang membutuhkan (mau’idzah) dan pelajaran (‘ibratan), yang oleh karena itu selalu menjadi rujukan dalam menghadapi segala macam persoalan.

2.      Memiliki konsistensi antara amal dan ilmunya.

Seorang da’i sekurang-kurangnya harus mengamalkan apa yang ia serukan kepada orang lain.

3.      Santun dan lapang dada.

Sifat santun (al-hilm) dan lapang dada yang dimiliki seseorang merupakan indikator dari kekuasaan ilmunya, dan secara khusus kemampuannya mengendalikan akalnya (ilmu-ilmunya) dalam praktik kehidupan.

4.      Bersifat pemberani.

Dalam tingkatan tertentu seorang da’i adalah pemimpin masyarakat.

5.      Tidak mengharap pemberian orang (iffah).

‘iffah artinya hatinya bersih dari pengharapan terhadap apa yang ada pada orang lain.

6.      Qonah (kaya hati)

Da’i adalah pejuang, dan watk pejuang adalah tabah dalam menghadapi berbagai kesulitan. Salah satu problem kehidupan adalah miskin harta. Da’i yang merasa dirinya miskin biasanya mengidap penyakit rendah hati dan tidak pecaya diri.

7.      Kemampuan berkomunikasi.

Dakwah adalah mengkomunikasikan pesan kepada mad’u. Komunikasi dapat dilakukan dengan lisan, tulisan atau perbuatan, dengan bahasa kata-kata atau dengan bahasa perbuatan (bilisan al maqal wa bilisan al hal).

8.      Memiliki ilmu bantu yang relevan.

Untuk menjadikan pesan dakwah itu sampai kepada mad’u tepat waktu dan sasaran, seorang da’i harus memiliki pengetahuan yang memadahi tentang semua hal yang berhubungan dengan masyarakat mad’u.

9.      Memiliki rasa percaya diri dan rendah hati.

Seorang da’i harus memiliki rasa percaya diri, yakni bahwa selama dakwahnya dilandasi oleh keikhlasan dan dijalankan dengan memakai perhitungan yang benar dan mengharap ridlo Allah, Insysa Allah akan membawa manfa’at.

10.  Tidak kikir ilmu (khitman al- ilm).

Sejalan dengan sifat kejuangan dan perumpamaan da’i sebagai matahari, seorang da’i dengan senang hati akan menjajakan ilmunya kepada orang yang mau maupun yang tidak mau.

11.  Anggun.

Betapapun seorang da’i harus aktip bekerja dan berbicara, tetapi keanggunan kepribadiannya harus tetap dijaga.

12.  Selera tinggi.

Selera tinggi juga dapat menunjang keanggunan. Seorang da’i yang berselera tinggi artinya ia tidak merasa puas dengan hasil kerja yang tidak sempurna

13.  Sabar.

Mengajak manusia kepada kebajikan bukanlah pekerjaan yang mudah. Semua Nabi dan Rasul dalam menjalankan tugas risalahnya selalu berhadapan dengan berhambatan dan kesulitan.

14.  Memiliki nilai lebih.

Manusia cenderung tertarik kepada orang yang memiliki kelebihan dalm bidang apapun. Seorang da’i yang juga berperan sebagai pemimpin haruslah memiliki nilai lebih atau nilaiplus dibanding orang lain yamg dipimpin.[3]

 

E.     MATERI DAKWAH PERSUASIF

Secara psikologis, bahasa mempunyai peran yang sangat besar dalam mengendalikan perilaku manusia. Bahasa ibarat remot control yang dapat menyetel manusia menjadi tertawa, marah, sedih, lunglai, semangat, dan sebagainya. Bahasa juga dapat digunakan untuk memasukkan gagasan-gagasan baru kedalam pikiran manusia.

Sebagai pesan, bahasa juga ada psikologinya, misalnya cara berkata seseorang, isyarat tertentu, struktur bahasa yang digunakan dan sebagainya, dapat memberikan maksud tertentu kepada lawan bicara. Jadi, dengan memperhatikan psikologi pesan, bahasa dapat digunakan oleh da’I untuk mengatur, menggerakkan dan mengendalikan perilaku masyarakat.

Al-qur’an memeberikan istilah-istilah pesan yang persuasif dengan kalimat “qaulan layyina, qaulan ma’rifah, qaulan baligha, qaulan sadida, qaulan karima, qaulan maisura, qaulan tsaqilan, dan qaulan ‘adzima.”

1.      Qaulan layyina (perkataan yang lemah lembut)

Menurut Asfihani dalam Mu’jam-nya,[4] qaulan layyina mengandung arti lawan dari kasar, yakni halus dan lembut. Pada dasarnya halus dan lembut itu dipergunakan untuk mensifati benda oleh indera peraba, tetapi kata-kata ini kemudian dipinjam untuk menyebut sifat-sifat akhlak dan arti-arti yang lain. Jadi dakwah yang lemah lembut adalah dakwah yang dirasakan oleh mad’u sebagai sentuhan yang halus tanpa mengusik atau menyentuh kepekaan perasaannya sehingga tidak menimbulkan gangguan pikiran dan perasaan.

2.      Qaulan Baligha (perkataan yang membekas pada jiwa)

Menurut Ishfihani dalam Mu’jam-nya,[5] perkataan yang baligh (membekas atau tajam) mempunyai dua arti:

a)      Suatu perkataan dianggap baligh manakala berkumpul pada tiga sifat, yaitu memiliki kebenaran dari sudut bahasa, mempunyai kesesuaian dengan apa yang dimaksudkan dan mengandung kebenaran secara subtansial.

b)      Suatu perkataan dinilai baligh jika perkataan itu membuat lawan bicaranya terpaksa mempersepsi perkataan itu sama dengan apa yang dimaksudkan oleh pembicara, sehingga tidak ada celah untuk mengalihkan perhatian kepermasalahan lain.

3.      Qaulan Sadida (perkataan yang benar)

Term qaulan sadida, menurut ibn Manshur dalam lisan al-a’rabnya kata sadid diyang dihubungkan dengan qaul (perkataan) mengandung arti mengenai sasaran (yusib al-qashda). Jadi pesan dakwah yang secara psikologis menyentuh hati mad’u  siapa pun mad’unya, adalah jika materi yang disampaikan itu benar, baik darin segi bahasa atau pun logika, dan disampaikan dengan pijakan takwa.

4.      Qaulan Karima (perkataan yang mulia)

Dalam perspektif dakwah, qaulan karima diperlukan jika dakwah itu ditujukan kepada kelompok orang yang sudah masuk kategori usia lanjut. Psikologi orang usia lanjut biasanya sangat peka terhadap kata-kata yang bersifat menggurui, menyalahkan apalagi yang kasar, karena meeka merasa lebih banyak pengalaman hidupnya, dan merasa dalam kondisi telah banyak kehilangan kekuatan fisiknya. Oleh karena itu, untuk menjadikan pesan dakwah kepada orang tua itu persuasif, haruslah disampaikan dengan perkataan yang mulia.

5.      Qaulan maisura (perkataan yang ringan)

Kalimat Maisura berasal dari kata yasr, yang artinya mudah. Qaulan Maisura adalah perkataan yang mudah diterima, yang ringan, yang pantas, yang tidak berliku-liku. Dakwah dengan qaulan maisura artinya pesan yang disampaikan itu sederhana, mudah dimengerti dan dapat difahami secara spontan tanpa harus berfikir dua kali.[6]


 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Jadi Secara sederhana Psikologi sering disebut sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang merupakan gejala dari jiwanya. Dari definisi tersebut menegaskan bahwa kegunaan psikologi tersebut hanya untuk menguraikan atau mengungkap apa yang ada dibalik tingkah laku manusia.dalam keadaan tertentu,

Salah satu Keberhasilan suatu dakwah adalah Pesan dakwah yang disampaikan oleh da’I memang relevan dengan kebutuhan masyarakat, yang merupakan suatu keniscayaan yang tidak mungkin ditolak, sehingga mereka menerima pesan mesan dakwah itu dengan antusias. Secara psikologis, bahasa mempunyai peran yang sangat besar dalam mengendalikan perilaku manusia. Bahasa ibarat remot control yang dapat menyetel manusia menjadi tertawa, marah, sedih, lunglai, semangat, dan sebagainya. Bahasa juga dapat digunakan untuk memasukkan gagasan-gagasan baru kedalam pikiran manusia.

Dan sebagai pesan, bahasa juga ada psikologinya, misalnya cara berkata seseorang, isyarat tertentu, struktur bahasa yang digunakan dan sebagainya, dapat memberikan maksud tertentu kepada lawan bicara. Jadi, dengan memperhatikan psikologi pesan, bahasa dapat digunakan oleh da’I untuk mengatur, menggerakkan dan mengendalikan perilaku masyarakat.

 

B.     Kritik dan Saran

Demikianlah makalah tentang “Dakwah Persuasif” yang telah Kami paparkan. Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan. Harapan Kami, semoga makalah ini dapat memberi pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua.

 


 


DAFTAR PUSTAKA

Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi. (Jakarta: Balai Pustaka, 2002)

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009)

Muhammad SulthonDesain Ilmu Dakwah Kajian Ontologis, Epistimologis, dan Aksiologis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 3003)

Al- Raghib al-Ishfihani, Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an

M.Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009)

 

 



[1] Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi. (Jakarta: Balai Pustaka, 2002),  hlm. 457

[2] Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 35

[3] Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah Kajian Ontologis, Epistimologis, dan Aksiologis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 3003), hlm. 16

[4] Dr. Sarlito Wirawan Sarwono. Ibid, hlm. 457

[5] Al- Raghib al-Ishfihani, Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, hlm. 60-61

[6] M.Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 134

Tidak ada komentar:

Posting Komentar