MENGENAL TOKOH PARADIGMA DEFINISI SOSIAL
Dosen Pembimbing : Ahmad Karmizi, M.A.
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Teori-Teori Sosial
OLEH KELOMPOK 5:
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2019/2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan
penyusunan makalah Teori-Teori Sosial dengan judul "Mengenal Tokoh Paradigma Definisi Sosial" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk
itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini
dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah
selanjutnya.
Pekanbaru, 17 Oktober 2019
Kelompok 5
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar
Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 1
C. Tujuan......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2
A.
MAX
WEBER............................................................................................ 2
B.
PETER
L. BERGER DAN THOMAS LUCKMAN............................... 9
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 11
A. KESIMPULAN........................................................................................ 11
B. SARAN...................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ iv
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Salah satu
tokoh yang sangat populer dalam paradigma definisi sosial adalah Max Weber.
Dalam analisisnya tentang tindakan sosial Weber yang terkenal akan konsep
tentang maka suatu tindakan. Inti tesisnya adalah bahwa suatu “Tindakan manusia
itu penuh dengan arti oleh karena itu” Weber diklasifikasikan sebagai salah
satu tokoh yang mehasilkan teori yang dapat dikategorikan kedalam paradigma
definisi sosial. Selain Weber tokoh yag hendak dijelaskan dalam paradigma
definisi sosial ini adalah teori kontruksi sosial oleh Patter L. Berger dan
Thomas Lukman.
B.
Rumusan Masalah
1.
Siapa tokoh Max Weber dan Thomas Lukman dan Patter L. Berger?
2.
Bagaimana teori paradigma definisi sosial oleh Max Weber dan Thomas Lukman
dan Patter L. Berger?
C.
Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami pemikiran dari tokoh Max Weber
dan Thomas Lukman dan Patter L. Berger.
2. Mahasiswa mengetahui teori paradigma definisi sosial oleh
Max Weber dan Thomas Lukman dan Patter L. Berger.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
MAX WEBER
1.
Konteks Sosial dan Politik yang Melatarbelkangi Teori
Latar belakang politik yang berkembang di Jerman pada
waktu Weber menjadi seorang pemikir sangatlah tegang dan penuh kontradiksi.
Dari berbagai kontradiksi tersebut, Weber mememiliki pendirian yang moderat,
terlihat dalam tulisan - tulisannya.
Meskipun pada akhirnya juga harus terlibat dalam dunia politik, terutama pada
akhir hidupnya, yakni terlibat di dalam partai Demokrat Jerman, yaitu partai
Kaum Borinis Liberal. Hal ini bukan berarti Weber tidak bersimpati terhadap
kaum pekerja, karena ia tidak yakin kalau partainya berjuang untuk kaum
proletar.
2.
Realitas Sosial yang Mendasari Teori
Max Weber mengatakan, individu manusia dalam masyrakat
merupakan aktor yang kreatif dan realitas sosial bukan merupakan alat yang
statis dari pada paksaan fakta sosial. Artinya, tindakan manusia tidak
sepenuhnya ditentukan oleh norma, kebiasaan, nilai, dan sebagainya yang
tercakup di dalam konsep fakta sosial. Walaupun pada akhirnya Webber mengakui
bahwa dalam masyrakat terdapat struktur sosial dan pranata sosial. Dikatakan
bahwa struktur sosial dan pranata sosial. Dikatakan bahwa struktur sosial dan
pranata sosial merupakan dua konsep yang saling berkaitan dalam membentuk
tindakan sosial.
3.
Aliran Pemikiran yang Mempengaruhi Teori
Fakta yang dianut oleh Weber tampak ada suatu kesamaan
demgan paradigm yang dianut oleh Emile Durkheim tentang paradigma fakta sosial,
dimana studi historis dan studi kompratif yang dilakukan Weber terhadap
pengaruh agama dalam kehidupan ekonomi yang telah menjadi model atau metode
dalam mempelajari fakta sosial.
4.
Latar Belakang Sosial pencetus Teori
Sosiolog ini dilahirkan di Jerman, tepatnya di kota
Erfurt, pada tanggal 21 April 1864. Max Weber telah banyak memberikan
kontribusi dalam pengembangan teori sosial modern, seperti:
a. Teori
tindakan sosial (sosial action)
b. Teori
interaksi
c. Teori
konflik neo – Weberian dan
d. Teori
etika Protestan Orang
tua Weber berasal dari kalangan menngah. Ayahnya bekeraja sebagai birokrat dan
ibunya sebagai penaganut Calvinisme yang setia. Pada umur belasan tahun ia
sudah masuk Universitas Heidelberg hinnga menjadi ahli hokum seperti ayahnya.
Meskipun ia ahli hukum, teatpi Weber masi juga tertarik pada sosiologi,
ekonomi, dan sejarah.
Jalan ibunya yang
asketik: memiliki kedisiplinan, kerja keras, menabung. Pada tahun 1896, ia
memperoleh propesor dibidang ekonomi di Unuveristas Heidelberg, meskipun
setahun kemudian prestasi akademiknya
merosot, akibat kematian ayahnya, padahal ia belum selesai berdebat dengan
ayahnya
5.
Fenomena Sosial yang Dipertanyakan
Fenomena sosial
yang dipertanyakan oleh Weber menyangkut apakah yang dimaksud dengan aksi
sosial itu? Faktor faktor sosial apakah yang menyebabkan terjadinya tindakan
sosial? Bagaimanakah caranya membedakan antara tindakan sosial dan yang bukan
tindakan sosial? Hal – hal itulah yang oleh Weber dirumuskan sebagai pijakan
penegmbangan ilmu – ilmu sosial.
Weber dan Durkheim
merupakan tokoh yang hidup sezaman. Keduanya jelas mempunyai kaitan langsung
dengan proses pengembangan sosiologi di Eropa, khusunya Jerman dan Perancis.
Keduanya dimasukkan ke dalam pendekatan teoretisi agency yang sangat menekankan arena subjektivitas manusia , dimana
keterlibatan kesadaran ketika individu mengambil tindakan didalam dunia sosial
sangat kuat terlihat.
Di dalam pemetaan
teori sosial, agency, manusia selalu
menjadi agen didalam kontruksi aktif dari realitas sosial, dimana mereka
bertindak tergantung kepada pemahaman atau pemberian pada perilaku manusia.
Jika simpul kemudian sangat berpengaruh terhadap sosiologi Eropa terutama pada
karya Alfred Schutz yang dikaitkan dengan tradisi filsafat Eropa, Bergson dan
Edmund Husserl yang kemudian menetapkan lahirnya sosiologi fenomologi.
Empat
tipologi sosial yang dikaji oleh Weber antara lain:
a) Zweckrationalitat
(rasionalitas instrumental), yaitu tindakan yang dilakukan dengan
mempertimbangkan tujuan dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan. Sebuah
tindakan yang mencerminkan efektivitas dan efisiensi.
b) Wetrationalitat
(rasionallitas tujuan), yaitu tindakan yang melihat alat- alat hanya sekedar
pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sebab tujuan yang terkait dengan nilai
– nilai yang sudah ditentukan.
c) Tindakan
tradisional ialah tindakan yang dilakukan
berdasarkan kebiasaan tanpa perencanaan, tanpa yang refleksi yang sadar.
d) Tindakan
efektif, yaitu tindakan yang dilakukan dan didominasi oleh perasaan atau emosi
tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar.
6.
Jenis Penjelasan yang Diberikan
Weber
sangat tertarik dengan fenomena sosial,
ekonomi, sejarah, dan agama. Karyanya yang sangat menonjol, yaitu The Protestan Ethic and The Spirit Of
Capitalism yang mencoba menjelaskan asosiasi antara Protestannisme dan
kapitalisme. Weber tidak menggunakan komsep sebab akibat dalam hubungan antara
keduanya, akan tetapi menggunakan konsep elective
affinity (afnitas elektif), yaitu konsistensi logis dan pengaruh
motivasional yang bersifat mendukung secara timbal balik.
Perhatian
Weber juga tertuju pada otoritas di dalam kekuasaan, yang disebut dengan teori
otoritatif. Menurut Weber, kekuasaan terbagi menjadi dua yaitu:
a. Koersif.
b. Dominatif.
Dominatif
dibagi lagi menjadi dua, yaitu:
a. Dominasi
legistimasi.
b. Dominasi
melalui monopoli.
Dominasi
legistimasi dibagi lagi menjadi tiga, yaitu
a. Otoritas
karismatik, yaitu wewenang yang pengabsahannya berasal dari kelebihan kualitas
pribadi yang diakui bersumber dari sesuatu yang di luar manusia.
b. Otoritas
tradisional ialah wewenang yang pengabsahannya yang berasal dari startifikasi
status yang diperoleh karena faktor
keturunan.
c. Otoritas
legal rasional ialah wewenang yang pengabsahannya didasarkan atas aturan hokum
yang jelas dan memiliki kewenangan yang efektif dan efisien.
Tahapan
ketiga inilah yang dijadikan Weber sebagai birokrasi rasional yang bercirikan:
a. Aktifitasnya
diarahkan melalui aturan.
b. Memiliki
ruang spesifik yang kompeten.
c. Terorganisasi
secara hierarki.
d. Anggotanya
terdiri dari orang- orang yang memiliki keahlian spesifik dalam bekerja.
e. Pekerjanya
tidak memiliki alat- alat produksi.
f.
Mereka tidak
memiliki kekayaan sendiri tetapi digaji dari situ dan segala tindakannya
dicatat.
7. Posisi Teori dalam Pendebatan Body dan Mind
Weber lebih
tertuju pada mind atau ide. Hal ini
tampak ketika Max Weber dipengaruhi oleh neo – Kantian. Menurut Weber idelah
yang menentukan tindakan individu, meskipun ide merupakan sesuatu yang empiris
simbolis, karena ide memiliki wujud nyata dalam symbol simbolyang berupa
tindakan.
8. Posisi Teori dalam Paradigma Ilmu Sosial
Basis teori Weber
menganai teori sosial ialah tindakan sosial, yaitu tindakan yang terkait dan
ditunjukkan kepada orang lain. Oleh karena itu, sesuai dengan definisi
sosiologi yang dikemukakan Weber, maka ilmu ini bertujuan untuk menafsirkan dan
memahami (interperetif understanding) tindakan
sosial serta hubungan sosial untuk sampai pada penejelasan kausal. Dengan
demikian yang menjadi sasaran kajian sosiologi antara lain:
a) Tindakan
manusia yang menurut si aktor mengandung makna yang subjektif.
b) Tindakan
nyata dan tindakan yang bersifat “membatin” sepenuhnya bersifat subjektif.
c) Tindakan
yang meliputi pengaruh positif dari situasi tindakan yang disengaja diulang,
serta dalam bentuk persetujuan secara diam-diam.
d) Tindakan
itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.
e) Tindakan
itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang tertentu.
9. Posisi Teori Dalam Spektrum Individualisme Vs
Strukturalisme
Dalam paradigm
ilmu sosial, teori Weber termasuk dalam paradigm realitas subjektif (simbiolik),
yaitu realitas yang berada di dalam subjek individu atau dari subjek ke subjek.
Realitas subjektif mengandaikan bahwa tindakan selalu bernakna subjektif bagi
individu yang bersangkutan.
10. Posisi Teori dalam Metodologi Ilmu Sosial
Weber sangat
berbeda dalam melihat sosiologi. Weber mendefenisikan sosiologi sebagai suatu
ilmu pengetauhuan yang berusaha memperoleh pemahaman interpretative mengenai
arah dan akibat – akibat dari suatu tindakan. Weber memperkenalkan metode untuk
mempelajari sosiologi dengan istilah Verstehem,yaitu
suatu metode yang digunakan untuk memahami tindakan manusia melalui pemahaman
subjektif individu. Metode tersebut
terangkum dalam tulisannya tentang The
Metodology of Sosial Sciences, dalam tulisan- tulisan Weber tentang
meodologi,ia berasumsi bahwa makna tindakan seseorang yang dirasakan akan
selalu problematic dan cenderung berbeda dengan apa yang dilakukan pelakunya.
11. Bias yang terkandung dalam Teori Weber
Salah satu bias
yang menonjol ialah mengenai tindakan instrumental, dimana manusia hanya akan
mengejar tindakan efektif dan efesien tanpa menghiraukan niali- nilai
kemanusiaan. Tindakan rasional instrumental akhirnya mengajarkan kepada manusia
mengenai kapaitalisme yang cenderung menghalalkan segala cara untuk mencapai
akumulasi modal.
B. PETER L. BERGER DAN THOMAS LUCKMAN
Sosiolog yang memiliki
nama lengkap Peter Ludwig Berger ini lahir di Italia pada tanggal 17 Maret
1929, dan tumbuh dewasa di Wina. Setelah Perang Dunia II berakhir, Peter Berger
berimigrasi ke Amerika Serikat dan akhirnya dikenal sebagai ahli sosiologi pengetahuan.
Sekitar tahun 1962, hasil kerja sama dengan Thomas Luckman, peter Berger
berhasil menulis sebuah buku berjudul Sosial
Construction Of Reality; A Treatise
in The Sociology of Knowledge, yang banyak diinspirasi oleh filsafat dan biologi. Di dalam buku tersebut,
Berger dan Luckman dengan jelas menunjukkan peran sentral sosiologi pengetahuan
sebagai instrument penting dalam menbangun teori sosiologi ke depan.
Pusat perhatian Berger terhadap hubungan antara
pemikiran manusia dam konteks sosial
dimana pemikiran itu muncul, bertolak dan berkembang dari hasil kajiannya
tentang persoalan agama. Di dalam bukunya The
Precarius Vision yang terbit pada tahun1961 dan The Noise of Solemn Assemblies (1961), Peter Berger mengulas
panjang lebar tentang fugsi dan posisi kritis sosiologi agama berhadapan dengan
perkembangan refleksi teologis masyarakat masyrakat Barat.
Peter Berger dan Thomas Luckman melihat masyrakat
sebagai proses yang berlangsung dalm tiga momen dialektis sekaligus,yaitu
proses yang mereka sebut eksternalisasi, objektifikasi,dan
internalisasi,terkait dengan persoalan legitimasi yang berdimensi kognitif dan
normatif. Inilah yang kemudian mereka sebut dengan realitas sosial.
Berger menyatakan bahwa proses seperti itu merupakan
suatu konstruksi sosial masyrakat dalam sejarah perjalanan panjang di masa
silam hingga masa kini, dan masa yang akan dating. Berger juga berupaya untuk
memadukanbanyak perspektif dari berbagai mazhab dan teori sosiologi,dengan
lebih memusatkan pada satu aspek dan mengabaikan aspek lainnya, sehingga
menjadi suatu konstruksi teoretis yang memadai. Penjelasan yang dihasilkan
ternyata mampu menunjukkan masyrakat yang bercorak pluralis, dinamis,dan
kompleks.
Dari pemikiran Peter Berger dan Thomas Luckman inilah
peranan sosiologi pengetauhan yang sebelumnya dipandang sebagai sejarah
pemikiran intelektual memperoleh posisinya yang baru,dan tampil sebagai
instrumen penting dalam menemukan hakikat masyrakat ke depan secara lebih
jelas.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Basis teori Weber
menganai teori sosial ialah tindakan sosial, yaitu tindakan yang terkait dan
ditunjukkan kepada orang lain. Oleh karena itu, sesuai dengan definisi
sosiologi yang dikemukakan Weber, maka ilmu ini bertujuan untuk menafsirkan dan
memahami (interperetif understanding) tindakan
sosial serta hubungan sosial untuk sampai pada penejelasan kausal. Dengan
demikian yang menjadi sasaran kajian sosiologi antara lain:
a) Tindakan
manusia yang menurut si aktor mengandung makna yang subjektif.
b) Tindakan
nyata dan tindakan yang bersifat “membatin” sepenuhnya bersifat subjektif.
c) Tindakan
yang meliputi pengaruh positif dari situasi tindakan yang disengaja diulang,
serta dalam bentuk persetujuan secara diam-diam.
d) Tindakan
itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.
e) Tindakan
itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang tertentu.
Dari pemikiran
Peter Berger dan Thomas Luckman inilah peranan sosiologi pengetauhan yang
sebelumnya dipandang sebagai sejarah pemikiran intelektual memperoleh posisinya
yang baru,dan tampil sebagai instrumen penting dalam menemukan hakikat
masyrakat ke depan secara lebih jelas.
B.
Kritik dan Saran
Demikianlah
makalah tentang “Mengenal Tokoh
Paradigma Definisi Sosial”
yang telah Kami paparkan. Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna
maka dari itu kritik yang membangun dari pembaca sangat Kami harapkan untuk
perbaikan. Harapan Kami, semoga makalah ini dapat memberi pengetahuan baru dan
bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Ida Bagus Wirawan, Teori-Teori
Sosial dalam Tiga Paradigma (Fakta Sosial,
Definisi
Sosial, dan Prilaku Sosial), Jakarta:
Prenadamedia Group, 2012.
Soejono
Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006.
Hendri Anto, Pengantar
Ekonomi Mikro Islami, Yogyakarta: Ekonisia
Huky
Wilo, (1986). Pengantar
Sosiologi, Surabaya: PT. Usaha Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar