Rabu, 13 Mei 2020

Tokoh Paradigma Definisi Sosial - Makalah Teori Sosial

MENGENAL TOKOH PARADIGMA DEFINISI SOSIAL

 

Dosen Pembimbing : Ahmad Karmizi, M.A.

 

Makalah

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Teori-Teori Sosial

 

 

 

 

 

 

 

OLEH KELOMPOK 5:

 MUHAMMAD MAULADI

 

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2019/2020


 

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah Teori-Teori Sosial dengan judul "Mengenal Tokoh Paradigma Definisi Sosial" tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

 

 

Pekanbaru, 17 Oktober 2019

 

Kelompok 5

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1

A.    Latar Belakang........................................................................................... 1

B.     Rumusan Masalah..................................................................................... 1

C.    Tujuan......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2

A.     MAX WEBER............................................................................................ 2

B.      PETER L. BERGER DAN THOMAS LUCKMAN............................... 9

BAB III PENUTUP.............................................................................................. 11

A.    KESIMPULAN........................................................................................ 11

B.     SARAN...................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ iv

 


 


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Salah satu tokoh yang sangat populer dalam paradigma definisi sosial adalah Max Weber. Dalam analisisnya tentang tindakan sosial Weber yang terkenal akan konsep tentang maka suatu tindakan. Inti tesisnya adalah bahwa suatu “Tindakan manusia itu penuh dengan arti oleh karena itu” Weber diklasifikasikan sebagai salah satu tokoh yang mehasilkan teori yang dapat dikategorikan kedalam paradigma definisi sosial. Selain Weber tokoh yag hendak dijelaskan dalam paradigma definisi sosial ini adalah teori kontruksi sosial oleh Patter L. Berger dan Thomas Lukman.

B.     Rumusan Masalah

1.      Siapa tokoh Max Weber dan Thomas Lukman dan Patter L. Berger?

2.      Bagaimana teori paradigma definisi sosial oleh Max Weber dan Thomas Lukman dan Patter L. Berger?

C.     Tujuan

1.      Mahasiswa mampu memahami pemikiran dari tokoh Max Weber dan Thomas Lukman dan Patter L. Berger.

2.      Mahasiswa mengetahui teori paradigma definisi sosial oleh Max Weber dan Thomas Lukman dan Patter L. Berger.

 

 


 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    MAX WEBER

1.      Konteks Sosial dan Politik yang Melatarbelkangi Teori

Latar belakang politik yang berkembang di Jerman pada waktu Weber menjadi seorang pemikir sangatlah tegang dan penuh kontradiksi. Dari berbagai kontradiksi tersebut, Weber mememiliki pendirian yang moderat, terlihat dalam tulisan -  tulisannya. Meskipun pada akhirnya juga harus terlibat dalam dunia politik, terutama pada akhir hidupnya, yakni terlibat di dalam partai Demokrat Jerman, yaitu partai Kaum Borinis Liberal. Hal ini bukan berarti Weber tidak bersimpati terhadap kaum pekerja, karena ia tidak yakin kalau partainya berjuang untuk kaum proletar.

2.      Realitas Sosial yang Mendasari Teori

Max Weber mengatakan, individu manusia dalam masyrakat merupakan aktor yang kreatif dan realitas sosial bukan merupakan alat yang statis dari pada paksaan fakta sosial. Artinya, tindakan manusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh norma, kebiasaan, nilai, dan sebagainya yang tercakup di dalam konsep fakta sosial. Walaupun pada akhirnya Webber mengakui bahwa dalam masyrakat terdapat struktur sosial dan pranata sosial. Dikatakan bahwa struktur sosial dan pranata sosial. Dikatakan bahwa struktur sosial dan pranata sosial merupakan dua konsep yang saling berkaitan dalam membentuk tindakan sosial.

3.      Aliran Pemikiran yang Mempengaruhi Teori

Fakta yang dianut oleh Weber tampak ada suatu kesamaan demgan paradigm yang dianut oleh Emile Durkheim tentang paradigma fakta sosial, dimana studi historis dan studi kompratif yang dilakukan Weber terhadap pengaruh agama dalam kehidupan ekonomi yang telah menjadi model atau metode dalam mempelajari fakta sosial.

4.      Latar Belakang Sosial pencetus Teori

Sosiolog ini dilahirkan di Jerman, tepatnya di kota Erfurt, pada tanggal 21 April 1864. Max Weber telah banyak memberikan kontribusi dalam pengembangan teori sosial modern, seperti:

a.       Teori tindakan sosial  (sosial action)

b.      Teori interaksi

c.       Teori konflik neo – Weberian dan

d.      Teori etika Protestan                                                                                             Orang tua Weber berasal dari kalangan menngah. Ayahnya bekeraja sebagai birokrat dan ibunya sebagai penaganut Calvinisme yang setia. Pada umur belasan tahun ia sudah masuk Universitas Heidelberg hinnga menjadi ahli hokum seperti ayahnya. Meskipun ia ahli hukum, teatpi Weber masi juga tertarik pada sosiologi, ekonomi, dan sejarah.

Jalan ibunya yang asketik: memiliki kedisiplinan, kerja keras, menabung. Pada tahun 1896, ia memperoleh propesor dibidang ekonomi di Unuveristas Heidelberg, meskipun setahun kemudian  prestasi akademiknya merosot, akibat kematian ayahnya, padahal ia belum selesai berdebat dengan ayahnya

5.      Fenomena Sosial yang Dipertanyakan

Fenomena sosial yang dipertanyakan oleh Weber menyangkut apakah yang dimaksud dengan aksi sosial itu? Faktor faktor sosial apakah yang menyebabkan terjadinya tindakan sosial? Bagaimanakah caranya membedakan antara tindakan sosial dan yang bukan tindakan sosial? Hal – hal itulah yang oleh Weber dirumuskan sebagai pijakan penegmbangan ilmu – ilmu sosial.

Weber dan Durkheim merupakan tokoh yang hidup sezaman. Keduanya jelas mempunyai kaitan langsung dengan proses pengembangan sosiologi di Eropa, khusunya Jerman dan Perancis. Keduanya dimasukkan ke dalam pendekatan teoretisi agency yang sangat menekankan arena subjektivitas manusia , dimana keterlibatan kesadaran ketika individu mengambil tindakan didalam dunia sosial sangat kuat terlihat.

Di dalam pemetaan teori sosial, agency, manusia selalu menjadi agen didalam kontruksi aktif dari realitas sosial, dimana mereka bertindak tergantung kepada pemahaman atau pemberian pada perilaku manusia. Jika simpul kemudian sangat berpengaruh terhadap sosiologi Eropa terutama pada karya Alfred Schutz yang dikaitkan dengan tradisi filsafat Eropa, Bergson dan Edmund Husserl yang kemudian menetapkan lahirnya sosiologi fenomologi.

Empat tipologi sosial yang dikaji oleh Weber antara lain:

a)      Zweckrationalitat (rasionalitas instrumental), yaitu tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan tujuan dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan. Sebuah tindakan yang mencerminkan efektivitas dan efisiensi.

b)      Wetrationalitat (rasionallitas tujuan), yaitu tindakan yang melihat alat- alat hanya sekedar pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sebab tujuan yang terkait dengan nilai – nilai yang sudah ditentukan.

c)      Tindakan tradisional ialah tindakan yang dilakukan  berdasarkan kebiasaan tanpa perencanaan, tanpa yang refleksi yang sadar.

d)      Tindakan efektif, yaitu tindakan yang dilakukan dan didominasi oleh perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar.

6.      Jenis Penjelasan yang Diberikan

Weber sangat tertarik dengan fenomena  sosial, ekonomi, sejarah, dan agama. Karyanya yang sangat menonjol, yaitu The Protestan Ethic and The Spirit Of Capitalism yang mencoba menjelaskan asosiasi antara Protestannisme dan kapitalisme. Weber tidak menggunakan komsep sebab akibat dalam hubungan antara keduanya, akan tetapi menggunakan konsep elective affinity (afnitas elektif), yaitu konsistensi logis dan pengaruh motivasional yang bersifat mendukung secara timbal balik.

Perhatian Weber juga tertuju pada otoritas di dalam kekuasaan, yang disebut dengan teori otoritatif. Menurut Weber, kekuasaan terbagi menjadi dua yaitu:

a.       Koersif.

b.      Dominatif.

Dominatif dibagi lagi menjadi dua, yaitu:

a.       Dominasi legistimasi.

b.      Dominasi melalui monopoli.

Dominasi legistimasi dibagi lagi menjadi tiga, yaitu

a.       Otoritas karismatik, yaitu wewenang yang pengabsahannya berasal dari kelebihan kualitas pribadi yang diakui bersumber dari sesuatu yang di luar manusia.

b.      Otoritas tradisional ialah wewenang yang pengabsahannya yang berasal dari startifikasi status yang diperoleh  karena faktor keturunan.

c.       Otoritas legal rasional ialah wewenang yang pengabsahannya didasarkan atas aturan hokum yang jelas dan memiliki kewenangan yang efektif dan efisien.

Tahapan ketiga inilah yang dijadikan Weber sebagai birokrasi rasional yang bercirikan:

a.       Aktifitasnya diarahkan melalui aturan.

b.      Memiliki ruang spesifik yang kompeten.

c.       Terorganisasi secara hierarki.

d.      Anggotanya terdiri dari orang- orang yang memiliki keahlian spesifik dalam bekerja.

e.       Pekerjanya tidak memiliki alat- alat produksi.

f.        Mereka tidak memiliki kekayaan sendiri tetapi digaji dari situ dan segala tindakannya dicatat.

7.      Posisi Teori dalam Pendebatan Body dan Mind

Weber lebih tertuju pada mind atau ide. Hal ini tampak ketika Max Weber dipengaruhi oleh neo – Kantian. Menurut Weber idelah yang menentukan tindakan individu, meskipun ide merupakan sesuatu yang empiris simbolis, karena ide memiliki wujud nyata dalam symbol simbolyang berupa tindakan.

8.      Posisi Teori dalam Paradigma Ilmu Sosial

Basis teori Weber menganai teori sosial ialah tindakan sosial, yaitu tindakan yang terkait dan ditunjukkan kepada orang lain. Oleh karena itu, sesuai dengan definisi sosiologi yang dikemukakan Weber, maka ilmu ini bertujuan untuk menafsirkan dan memahami (interperetif understanding) tindakan sosial serta hubungan sosial untuk sampai pada penejelasan kausal. Dengan demikian yang menjadi sasaran kajian sosiologi antara lain:

a)      Tindakan manusia yang menurut si aktor mengandung makna yang subjektif.

b)      Tindakan nyata dan tindakan yang bersifat “membatin” sepenuhnya bersifat subjektif.

c)      Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari situasi tindakan yang disengaja diulang, serta dalam bentuk persetujuan secara diam-diam.

d)      Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.

e)      Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang tertentu.

9.      Posisi Teori Dalam Spektrum Individualisme Vs Strukturalisme

Dalam paradigm ilmu sosial, teori Weber termasuk dalam paradigm realitas subjektif (simbiolik), yaitu realitas yang berada di dalam subjek individu atau dari subjek ke subjek. Realitas subjektif mengandaikan bahwa tindakan selalu bernakna subjektif bagi individu yang bersangkutan.

10.  Posisi Teori dalam Metodologi Ilmu Sosial

Weber sangat berbeda dalam melihat sosiologi. Weber mendefenisikan sosiologi sebagai suatu ilmu pengetauhuan yang berusaha memperoleh pemahaman interpretative mengenai arah dan akibat – akibat dari suatu tindakan. Weber memperkenalkan metode untuk mempelajari sosiologi dengan istilah Verstehem,yaitu suatu metode yang digunakan untuk memahami tindakan manusia melalui pemahaman subjektif individu. Metode tersebut  terangkum dalam tulisannya tentang The Metodology of Sosial Sciences, dalam tulisan- tulisan Weber tentang meodologi,ia berasumsi bahwa makna tindakan seseorang yang dirasakan akan selalu problematic dan cenderung berbeda dengan apa yang dilakukan pelakunya.

11.  Bias yang terkandung dalam Teori Weber

Salah satu bias yang menonjol ialah mengenai tindakan instrumental, dimana manusia hanya akan mengejar tindakan efektif dan efesien tanpa menghiraukan niali- nilai kemanusiaan. Tindakan rasional instrumental akhirnya mengajarkan kepada manusia mengenai kapaitalisme yang cenderung menghalalkan segala cara untuk mencapai akumulasi modal.

 

B.     PETER L. BERGER DAN THOMAS LUCKMAN

Sosiolog yang memiliki nama lengkap Peter Ludwig Berger ini lahir di Italia pada tanggal 17 Maret 1929, dan tumbuh dewasa di Wina. Setelah Perang Dunia II berakhir, Peter Berger berimigrasi ke Amerika Serikat dan akhirnya dikenal sebagai ahli sosiologi pengetahuan. Sekitar tahun 1962, hasil kerja sama dengan Thomas Luckman, peter Berger berhasil menulis sebuah buku berjudul Sosial Construction Of Reality; A Treatise in The Sociology of Knowledge, yang banyak diinspirasi oleh  filsafat dan biologi. Di dalam buku tersebut, Berger dan Luckman dengan jelas menunjukkan peran sentral sosiologi pengetahuan sebagai instrument penting dalam menbangun teori sosiologi ke depan.

Pusat perhatian Berger terhadap hubungan antara pemikiran manusia dam konteks  sosial dimana pemikiran itu muncul, bertolak dan berkembang dari hasil kajiannya tentang persoalan agama. Di dalam bukunya The Precarius Vision yang terbit pada tahun1961 dan The Noise of Solemn Assemblies (1961), Peter Berger mengulas panjang lebar tentang fugsi dan posisi kritis sosiologi agama berhadapan dengan perkembangan refleksi teologis masyarakat masyrakat Barat.

Peter Berger dan Thomas Luckman melihat masyrakat sebagai proses yang berlangsung dalm tiga momen dialektis sekaligus,yaitu proses yang mereka sebut eksternalisasi, objektifikasi,dan internalisasi,terkait dengan persoalan legitimasi yang berdimensi kognitif dan normatif. Inilah yang kemudian mereka sebut dengan realitas sosial.

Berger menyatakan bahwa proses seperti itu merupakan suatu konstruksi sosial masyrakat dalam sejarah perjalanan panjang di masa silam hingga masa kini, dan masa yang akan dating. Berger juga berupaya untuk memadukanbanyak perspektif dari berbagai mazhab dan teori sosiologi,dengan lebih memusatkan pada satu aspek dan mengabaikan aspek lainnya, sehingga menjadi suatu konstruksi teoretis yang memadai. Penjelasan yang dihasilkan ternyata mampu menunjukkan masyrakat yang bercorak pluralis, dinamis,dan kompleks.

Dari pemikiran Peter Berger dan Thomas Luckman inilah peranan sosiologi pengetauhan yang sebelumnya dipandang sebagai sejarah pemikiran intelektual memperoleh posisinya yang baru,dan tampil sebagai instrumen penting dalam menemukan hakikat masyrakat ke depan secara lebih jelas.

 

                       

 

 


 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Basis teori Weber menganai teori sosial ialah tindakan sosial, yaitu tindakan yang terkait dan ditunjukkan kepada orang lain. Oleh karena itu, sesuai dengan definisi sosiologi yang dikemukakan Weber, maka ilmu ini bertujuan untuk menafsirkan dan memahami (interperetif understanding) tindakan sosial serta hubungan sosial untuk sampai pada penejelasan kausal. Dengan demikian yang menjadi sasaran kajian sosiologi antara lain:

a)      Tindakan manusia yang menurut si aktor mengandung makna yang subjektif.

b)      Tindakan nyata dan tindakan yang bersifat “membatin” sepenuhnya bersifat subjektif.

c)      Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari situasi tindakan yang disengaja diulang, serta dalam bentuk persetujuan secara diam-diam.

d)      Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.

e)      Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang tertentu.

Dari pemikiran Peter Berger dan Thomas Luckman inilah peranan sosiologi pengetauhan yang sebelumnya dipandang sebagai sejarah pemikiran intelektual memperoleh posisinya yang baru,dan tampil sebagai instrumen penting dalam menemukan hakikat masyrakat ke depan secara lebih jelas.

B.     Kritik dan Saran

Demikianlah makalah tentang “Mengenal Tokoh Paradigma Definisi Sosial” yang telah Kami paparkan. Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu kritik yang membangun dari pembaca sangat Kami harapkan untuk perbaikan. Harapan Kami, semoga makalah ini dapat memberi pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua.


 


DAFTAR PUSTAKA

Ida Bagus Wirawan, Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma (Fakta Sosial,

Definisi Sosial, dan Prilaku Sosial), Jakarta: Prenadamedia Group, 2012.

Soejono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2006.

Hendri Anto, Pengantar Ekonomi Mikro Islami, Yogyakarta: Ekonisia

Huky Wilo, (1986). Pengantar Sosiologi, Surabaya: PT. Usaha Nasional.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar