Sabtu, 17 November 2018

Aliran-Aliran Filsafat


ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT

Dosen Pembimbing : Muharrani M. Pd








OLEH KELOMPOK 9 :

Ø Muhammad Mauladi                                    NIM : 11840114094



FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2018/2019


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah Filsafat Umum dengan judul "ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.


Pekanbaru, 16 Oktober 2018



Kelompok 9


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
A.    LATAR BELAKANG................................................................................................... 1
B.     RUMUSAN MASALAH.............................................................................................. 1
C.    TUJUAN........................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 2
A.     ALIRAN – ALIRAN FILSAFAT................................................................................ 2
a.       Empirisme............................................................................................................... 2
b.      Rasionalisme............................................................................................................ 3
c.       Positivisme............................................................................................................... 4
d.      Idealisme.................................................................................................................. 4
B.      TOKOH – TOKOH ALIRAN FILSAFAT................................................................. 5
a.       Tokoh Empirisme................................................................................................... 5
b.      Tokoh Rasionalisme................................................................................................ 6
c.       Tokoh Positivisme................................................................................................... 7
d.      Tokoh Idealisme...................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP................................................................................................................... 8
A.    Kesimpulan.................................................................................................................... 8
B.     Kritik dan Saran........................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... iv



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Pembahasan aliran – aliran filsafat merupakan penelahan salah satu aspek sekaligus menyangkut dengan faham dan pandangan para ahli pikir dan filosuf. Dari kajian ini para ahli melihat sesuatu atau menyeluruh, mendalam dan sistematis. Para filsus menggunakan sudut pandang yang berbeda sehingga menghasilkan filsafat yang berbeda pula. Antara aliran atau paham satu dengan yang lainnya, ada yang saling bertentangan dan ada pula yang memiliki konsep dasar yang sama. Akan tetapi meskipun bertentangan, bukanlah untuk saling dipertentangkan. Justru dengan banyak aliran atau paham yang sudah diperkenalkan oleh tokoh – tokoh filsafat, kita dapat memilih cara yang pas dengan persoalan yang sedang kita hadapi.
Memahami sistem filsafat sesungguhnya menelusuri dan mengkaji suatu pemikiran mendasar dan tertua yang mengawali kebudayaan manusia. Suatu sistem, filsafat berkembang berdasarkan ajaran seorang atau beberapa orang tokoh pemikir filsafat. Sistem filsafat sebagai suatu masyarakat atau bangsa. Sistem filsafat amat ditentukan oleh potensi dan kondisi masyarakat atau bangsa itu, tegasnya oleh kerjasama faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor ini diantaranya yang utama ialah sikap dan pandangan hidup, citakarsa dan kondisi alam lingkungan.  Apabila cita karsanya tinggi dan kuat tetapi kondisi alamnya tidak menunjang, maka bangsa itu tumbuhnya tidak subur (tidak jaya). Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri, selain memenuhi kewajiban membuat tugas, adalah untuk memenuhi rasa ingin tahu dan keterkaitan penulis terhadap bab aliran filsafat idealisme, materialisme, eksistensialisme, monisme, dualisme, dan pluralisme.

B.     RUMUSAN MASALAH
a.       Bagaimanakah pengertian dari aliran empirisme, rasionalisme, positivisme dan idealisme?
b.      Siapa saja yang berperan dan paling berperan dalam aliran – aliran filsafat tersebut?

C.    TUJUAN
a.       Untuk mengetahui pengertian dari aliran- aliran filsafat
b.      Untuk mengetahui tokoh – tokoh yang berperan dalam aliran – aliran tersebut


                                                                                                                                                      
BAB II
PEMBAHASAN

Kata ini berasal dari bahasa Yunani emoeiria, empeiros (berarti berpengalaman dalam, berkenalaan dengan, terampil untuk).[1] Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Berbeda dengan anggapan rasionalis yang mengatakan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio. Paham ini berpendapat bahwa indera atau pengalaman adalah sumber satu-satunya atau paling tidak sumber primer dari pengetahuan manusia, sehingga pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna. Sumber ilmu pengetahuan dalam teori empirisme adalah pengalaman dan penginderaan inderawi.
Dalam sejarah filsafat, klaim empiris ialah tidak ada sesuatu dalam pikiran yang mulanya tidak ada dalam indera. Hal tersebut mengandung makna bahwa:
1. Sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam pengalaman
2. Semua ide (gagasan) merupakan abstraksi yang dibentuk lewat menggabungkan apa yang dialami
3. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan
4. Akal budi tidak dapat memberikan tentang realitas tanpa acuan dari pengalaman inderawi.[2]
      Empirisme berpendirian bahwa pengetahuan dapat di peroleh melalui indera. Indera memperoleh kesan-kesan dari alam nyata. Untuk kemudian kesan-kesan tersebut berkumpul dalam diri manusia sehingga menjadi pengalaman. Pengetahuan yang berupa pengalaman terdiri dari penyusunan dan pengaturan kesan-kesan yang bermacam- macam.[3]
     
Rasionalisme adalah paham filsafat yang menyatakan akal (reason) adalalah terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalisme, sesuatu pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir.[4] Rasio adalah sumber kebenaran. Hanya pada rasio sajalah yang dapat membawa orang kepada kebenaran.
Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan, pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal yang dapat memberikan bahan – bahan yang menyebabkan akal tersebut bekerja. Akan tetapi untuk sampainya manusia kepada kebenaran adalah semata – mata dengan akal. Laporan indera menurut rasionalisme merupakan bahan yang belum jelas. Bahan ini kemudian dipertimbangkan oleh akal dalam pengalaman berpikir. Akal membentuk bahan tersebut sehingga terbentuk pengetahuan yang benar. Jadi akal bekerja karena bahan dari indera. Akan tetapi akal juga dapat menghasilkan pengetahuan yang tidak berdasarkan bahan inderawi sama sekali, jadi akal juga dapat menghasilkan pengetahuan tentang objek yang betul – betul abstrak. [5]
Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat tepenting untuk memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Jika empirisme mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan alam mengalami objek empiris. Maka rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir. Alat dalam berpikir itu kaidah – kaidah logis atau kaidah- kaidah logika.[6]
Ada dua macam rasionalisme yaitu dalam bidang agama dan bidang filsafat. Dijelaskan bahwa bidang agama dalam rasionalisme seperti mengimplementasikan atau menafsirkan agama dengan menggunakan akal. Seperti dalam menafsirkan syari’at islam akal mempunyai peran penting dalam ijtihad atau mengqiyaskan suatu hukum. Sedangkan dalam bidang filsafat lawannya ialah empirisme. Jelas sekali perbedaanya karena di dalam agama rasionalisme mengkritik ajaran agama dan bidang filsafat rasionalisme menjelaskan teori pengetahuan.
Meskipun antara rasionalisme dan empirisme bertetantangan namun kedua aliran ini mampu bekerja sama yang mana menghasilkan scientific method (Metode ilmiah atau proses ilmiah) dan dari hasil metode ini timbulah scientific knowledge (Pengetahuan Ilmiah). Mengapa? Singkatnya pengetahuan sains hanyalah pengetahuan yang logis yang berdasarkan empiris.

Positivisme berasal dari kata “positif”. Kata positif sama artinya dengan kata faktual, yaitu apa yang berdasarkan fakta – fakta. Menurut positivisme, pengetahuan kita tidak pernah boleh melebihi fakta – fakta. Dalam filsafat positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta positif yang diluar fakta atau kenyataan yang dikesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan.[7] Positivisme adalah aliran yang beranggapan bahwa pengetahuan itu semata – mata berdasarkan pengalaman dan ilmu yang pasti. Perbedaan pengalaman manusia akan menjadi perbedaan dalam menentukan kebenaran, yang mana pada metafisik kebenaran bersifat abstrak.
Ajaran positivisme timbul pada abad ke 19 dan termasuk jenis filsafat abad modern. Kelahirannya hamper bersamaan dengan empirisme. Kesamaan diantara keduanya antara lain bahwa keduanya mengutamakan pengalaman. Perbedaanya hanyalah positivisme membatasi diri pada pengalaman yang objektif, sedangkan empirisme menerima juga pengalaman batiniah atau pengalaman yang subjektif.[8]
Jadi pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang khas berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan empirisme dan rasionalisme yang bekerja sama. Dengan kata lain, ia menyempurnakan metode ilmiah (scientific method) dengan memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran – ukuran. Jadi pada dasarnya positivisme itu sama dengan rasionalisme dan empirisme yang menggunakan akalnya untuk berpikir dari pengalaman-pengalaman.[9]

Idealisme berasal dari kata idea yang berarti sesuatu yang hadir dalam jiwa dan isme yang berarti paham atau pemikiran. Sehingga idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dan fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan spirit (roh). Keyakinan ini ada pada Plato.[10]
Idealisme mempunyai nama lain serba cita yang merupakan salah satu aliran filsafat tradisional yang paling tua dan merupakan aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan – angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap dan tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea. Alasan terpenting dari aliran ini adalah manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari materi dari kehidupan manusia. Roh itu dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya. Sehingga materi hanyalah badannya, bayangan atau penjelmaannya saja.
Jadi secara umum, idealisme memandang bahwa dunia ide dan gagasan merupakan hakikat dari realitas yang mana pengetahuan dibentuk berdasarkan ide – ide yang abstrak dan mengedepankan akal pikiran dan moral.

1.      John Locke (1632-1704)
Ia lahir tahun 1632 di Bristol Inggris dan wafat tahun 1704 di Oates Inggris. Ia juga ahli politik, ilmu alam, dan kedokteran. Pemikiran John termuat dalam tiga buku pentingnya yaitu essay concerning human understanding, terbit tahun 1600; letters on tolerantion terbit tahun 1689-1692; dan two treatises on government, terbit tahun 1690. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap aliran rasionalisme. Bila rasionalisme mengatakan bahwa kebenaran adalah rasio, maka menurut empiris, dasarnya ialah pengalaman manusia yang diperoleh melalui panca indera. Dengan ungkapan singkat Locke:
Segala sesuatu berasal dari pengalaman inderawi, bukan budi (otak). Otak tak lebih dari sehelai kertas yang masih putih, baru melalui pengalamanlah kertas itu terisi. Dengan demikian dia menyamakan pengalaman batiniah (yang bersumber dari akal budi) dengan pengalaman lahiriah (yang bersumber dari empiri)

2.      David Hume (1711-1776)
Hume adalah pelopor para empiris, yang percaya bahwa seluruh pengetahuan tentang dunia berasal dari indera. Menurut Hume, ada batasan-batasan yang tegas tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui persepsi indra kita. Namun terlepas dari berbagai kritik yang muncul, pemikiran Hume umumnya merupakan wujud ekspresi dan sikap naturalism dan skeptismenya. Dia sesungguhnya telah berupaya memberikan penjelasan tentang sifat dasar alamiah manusia, yang tidak dapat diabsahkan oleh nalar.

1.      Descartes (1596-1650)
Descartes dianggap sebagai bapak aliran filsafat modern. Ia merupakan filosof yang ajaran filsafatnya sangat populer, karena pandangannya yang tidak pernah goyah, tentang kebenaran tertinggi berada pada akal atau rasio manusia. Descartes menjelaskan kebenaran melalui metode keragu-raguan. Dalam karyanya Anaxemens Discourse on Methode ada 4 hal yang harus diperhatikan sebagai berikut:
1)      Kebenaran baru dinyatakan sahih jika benar-benar indrawi dan realitasnya telah jelas dan tegas (clearly and distincictly), sehingga tidak ada keraguan apapun yang mampu merobohkannya.
2)      Pecahkanlah setiap kesulitan atau masalah sampai sebanyak mungkin sehingga tidak ada keraguan apapun yang mampu merobohkannya.
3)      Bimbinglah pikiran dengan teratur (mulai dari yang sederhana atau mudah diketahui sampai hal yang paling sulit atau kompleks).
4)      Pencarian dan pemeriksaan harus dibuat dengan perhitungan yang sempurna serta mempertimbangkan secara menyeluruh sehingga diperoleh keyakinan bahwa tidak ada satupun yang terabaikan atau terlewatkan.

2.      Bruch de Spinoza (1632-1677)
Spinoza memiliki pemikiran bahwa kebenaran itu berpusat pada pemikiran dan keluasan. Pemikiran adalah jiwa, sedangkan keluasan adalah tubuh, yang ekstensinya berbarengan antara jiwa dan tubuh pada setiap individu.[11]
Baruch Spinoza atau Benedictus de Spinoza merupakan salah satu pengikut pemikiran Descartes yang menjadikan substansi sebagai tema pokok dalam metafisika yang sampai saat ini dikenal dengan mazhab rasionalisme. Spinoza menjawab pertanyaan-pertannyaan kebenaran dengan tentang sesuatu, menggunakan metode deduksi matematis yang meletakkan definisi aksioma, proposisi, kemudian berulang membuat pembuktian atau menyimpulkan.
Seperti Descartes, Spinoza juga mengatakan bahwa kebenaran itu terpusat pada pemikiran dan keluasaan. Pemikiran adalah jiwa, sedangkan keluasaan adalah tubuh yang eksistensinya berbarengan.

1.      Auguste Comte (1798-1857)
Filsafat Positivisme diperkenalkan oleh Auguste Comte. Ia penganut empirisme. Ia berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen.
Menurut Auguste Comte bahwa perkembangan pikiran manusia terdapat tiga tahapan yaitu tahap teologis, tahap metafisis, dan tahap ilmiah atau positif.

1.      Plato (477 -347 S.M)
Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indra. Dan pada dasarnya sesuatu itu dapat dipikirkan oleh akal, dan yang berkaitan juga dengan ide atau gagasan. Mengenai kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang dikenal dengan istilah ide, Plato mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan.
Menurut Plato, kebaikan merupakan hakikat tertinggi dalam mencari kebenaran. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah mengetahui ide, manusia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakannya sebagai alat untuk mengukur, mengklarifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.

2.      Fichte (1762-1814)
Johann Gottlieb Fichte adalah filosof Jerman. Menurut Fichte, Manusia memandang objek benda-benda dengan indranya. Dalam mengindra objek tersebut, manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya. Maka berjalanlah proses intelektualnya untuk membentuk dan mengabstraksikan objek itu menjadi pengertian seperti yang dipikirkannya.
Hal tersebut bisa dicontohkan seperti, ketika kita melihat sebuah meja dengan mata kita, maka secara tidak langsung akal (rasio) kita bisa menangkap bahwa bentuk meja itu seperti yang kita lihat (bulat, persegi panjang, dll). dengan adanya anggapan itulah akhirnya manusia bisa mewujudkan dalam bentuk yang nyata.[12]

3.      Hegel (1770-1831)
Pusat filsafat Hegel adalah konsep Geist (roh atau spirit). Idealisme Jerman memuncak pada George Wilhelm Friedrich Hegel. Walaupun usianya lebih tua dibandingnkan Schelling sudah menjadi folosif terkenal. Konsep filsafat Hegel seluruhnya adalah historis dan relative. Karena juga dipengaruhi oleh pandangan – pandangan antropologi dan sosial modern. Ia mengatakan bahwa yang benar adalah perubahan. Kunci filsafat Hegel terletak pada pandanganya tentang sejarah.[13]
.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa aliran filsafat ini berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Terutama aliran empirisme, rasionalisme, positivisme dan idealisme. Aliran empirisme memandang bahwa pengetahuan ini bukanlah ada pada kita, akan tetapi ada diluar pada diri kita. Aliran rasionalisme memandang bahwa akal pikiran atau rasio adalah sebagai dasar pengetahuan manusia. Aliran positivisme memandang bahwa pengetahuan ini lebih memberi tekanan pada fakta, kepada bukti – bukti yang kongkrit ke sesuatu yang diverifikasi. Sedangkan aliran idealisme memandang bahwa dunia ide dan gagasan merupakan hakikat dari realitas yang mana pengetahuan dibentuk berdasarkan ide – ide yang abstrak dan mengedepankan akal pikiran dan moral.
Tokoh – tokoh dalam aliran filsafat berbeda – beda. Pada aliran empirisme tokohnya adalah John Locke dan David Hume yang mana mereka mempunyai pemikiran untuk mendapat kebenaran maka harus diperoleh dari pengalaman. Tokoh Rasionalisme adalah Descartes dan Spinoza yang mana pemikiran dari tokoh ini adalah rasionalisme dapat diimplikasikan menggunakan kaidah – kaidah logika yang bersifat pasti. Tokoh positivisme adalah Auguste Comte, menurutnya positivisme kebenaran berdasarkan pengalaman aktualfisikal. Terakhir, tokoh idealisme adalah Fitche dan Hegel, menurut mereka bahwa aliran idealisme ini bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dengan kaitan roh dan jiwa.

B.     Kritik dan Saran
Demikianlah makalah tentang “Aliran-Aliran Filsafat” yang telah kami paparkan. Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan. Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberi pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua.



DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hakim, Atang, Beni Ahmad Saeban. 2008. Filsafat Umum dari Metodologi sampai Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia
Bagus, Lorens. 1997. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia.
Ghafur, Abd. 2007. Filsafat Ilmu. Malang: Kantor Jaminan Mutu KJM UIN Malang.
Hadiwijono, Harun. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius.
Ihsan, Fuad. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Petrus, Simon, L.Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius.
Tafsir, Ahmad. 2010. Filsafat Umum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.



















[1] Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia, 1997), cet. I, hlm. 197-198
[2] Lorens bagus, Ibid, hlm. 199
[3] Abd. Gafur, Filsafat Ilmu, (Malang: Kantor Jaminan Mutu (KJM) UIN Malang: 2007), hlm. 59
[4] Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum dari Metodologi sampai Teofilosofi, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 247
[5] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 25
[6] Ahmad Tafsir, Ibid, hlm. 127
[7] Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), hlm. 182
[8] Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, (Yogyakarta: Kanisius, 1980), hlm. 110
[9] Ahmad Tafsir, Op Cit., hlm. 26
[10] Ahmad Tafsir, Ibid, hlm. 144
[11] Simon Petrus, L.Thahjadi, Petualang Intelektual, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), hlm. 212
[12] Ahmad Tafsir, Op Cit., hlm. 147
[13] Ahmad Tafsir, Ibid, hlm. 151-153

Tidak ada komentar:

Posting Komentar