AKHLAK
Dosen Pembimbing : Rosmita M. Ag
OLEH KELOMPOK 11 :
Ø Muhammad
Mauladi NIM
: 11840114094
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2018/2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan
penyusunan makalah Akidah Akhlak dengan judul "AKHLAK" tepat pada
waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu
tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini
dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah
selanjutnya.
Pekanbaru, 16 Oktober 2018
Kelompok 11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 1
C. Tujuan............................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 2
A.
Pengertian
Akhlak........................................................................................................ 2
B.
Dasar Akhlak................................................................................................................ 3
C.
Tujuan Akhlak.............................................................................................................. 4
D.
Ciri-ciri Perbuatan Akhlak.......................................................................................... 5
E. Akhlak Terpuji
dan Tercela........................................................................................ 5
BAB III PENUTUP................................................................................................................... 9
A.
Kesimpulan.................................................................................................................... 9
B.
Kritik dan Saran........................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika dilihat sejarah
kebelakang, sebelum islam itu datang, kita dapat temukan refernsi-referensi
tentang tercelanya sifat para kaum-kaum jahiliyah yang tidak mempunyai
peradaban yang murni mereka hanya mengumbar nfsu belaka tanpa mementingkan
etika yang baik dan mulia. Ini semua
adallah disebabkan oleh tidak adanya aturan dalam hidup, oleh sebab itu Allah
SWT mengutus seorang nabi yang merupakan nabi dan rasul
terakhir yang diutus hingga akhir zaman untuk menyempurnakan akhlak dimuka bumi
ini terkhusus bagi bangsa arab sendiri sebagaimana diterangkan dalam hadist
berikut:
انما
بعثت لاتمم مكارم الاخلاق
Artinya:
‘‘Sesungguhnya aku (Muhammad) di utus untuk menyempurnakan akhlak’’
Hadits
diatas menunjukan kepada kita, bahwa benar-benar nabi kita Muhammad SAW diutus
untuk menyempurnakan dan memaksimalkan akhlak baik di dunia ini, karena dengan
akhlak baiklah maka kan berbuah syurga yang dinanti.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian
Akhlak
2. Dasar Akhlak
3. Tujuan Akhlak
4. Ciri-ciri Perbuatan akhlak
5. Akhlak Terpuji dan Tercela
C. Tujuan
1. Memahami
Pengertian Akhlak
2. Memahami Dasar
Akhlak
3. Memahami Tujuan khusus
Akhlak
4. Memahami
Ciri-ciri Perbuatan akhlak
5. Memahami Akhlak Terpuji dan Tercela
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Ada
dua pendekatan untuk mendefenisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik
(kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan). Kata “Akhlak” berasal
dari bahasa arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa berarti budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Secara istilah
akhlak bisa diartikan berbagai perspektif sesuai dengan para ahli tasawuf
diantaranya:
Ibnu Maskawaih
memberikan definisi sebagai berikut:
حَالً
لِلنَّفْسِ دَاعِيَةٌ لهَاَ اِلَى اَفْعَالِهَا مِنْ غَيْرِ فِكْرٍ وَرُوِيَّةٍ
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.
Imam Al-Ghozali mengemukakan
definisi Akhlak sebagai berikut:
اَلْخُلُقُ
عِبَارَةٌ عَنْ هَيْئَةٍ فِى النَّفْسِ رَاسِخَةٍ عَنْهَا تَصْدُرُ اْلَافْعَالُ
بِسُهُوْلَةٍ وَيُسْرٍمِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ اِلَى فِكْرٍ وَرُوِيَّةٍ
“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya
timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memertrlukan pertimbangan
pikiran (lebih dahulu)”.
Prof. Dr. Ahmad Amin memberikan
definisi, bahwa yang disebut akhlak “Adatul-Iradah” atau kehendak yang
dibiasakan. Definisi ini terdapat dalam suatu tulisannya yang berbunyi:
عَرَفَ
بَعْضُهُمْ اْلخُلُقَ بِأَنَّهُ عَادَةُ اْلِارَادَةِ يَعْنِى أَنَّ اْلِإرَادَةَ
اِذَا اعْتَادَتْ شَيْأً فَعَادَتُهَا هِيَ الْمُسَمَّاةُ بِالْخُلُقِ
“Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak
ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan
sesuatu, maka kebiasaan itu dinakamakan akhlak.”
B. Dasar Akhlak
Dasar
akhlak adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Tingkah laku nabi Muhammad merupakan contoh
suri teladan bagi umat manusia. Allah berfirman
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي
رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ
الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al-Ahzab: 21)
Dalam
Al-Qur’an banyak ayat yang mengandung pesan akhlak yang mulia. Misalnya pesan
akhlak yang terdapat pada perintah sholat, yaitu agar manusia dapat menjauhkan
diri dari perbuatan keji dan munkar
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS Al-Ankabut: 45)
Selain itu dalam hadits nabi juga dijelaskan bahwa sholat yang
diterima oleh Allah adalah sholat yang mendorong pelakunya merendahkan diri
dihadapan Allah, tidak bersikap sombong terhadap sesama manusia, tidak keras
menentang perintah Allah, melainkan sholat yang menghasilkan sikap ingat kepada
Allah, menaruh rasa kasih sayang kepada orang miskin, orang terlantar dalam
perjalanan, janda, dan orang yang ditimpa kesusahan (HR. Muslim)
Pesan akhlak yang terdapat pada perintah puasa, yaitu agar manusia
senantiasa bertaqwa keada Allah, dapat mengendalikan diri dari dorongan hawa
nafsu, menimbulkan sifat iba dan kasih sayang kepada orang yang hidupnya dalam
kekurangan, menjaga dirinya dari perbuatan yang keji, tidak mau mengadakan
pertengkaran, dan lain sebagainya. Dalam hadits nabi juga dijelaskan bahwa
orang yang tidak meninggalkan kata-kata bohong dan senantiasa berdusta, maka
nilai pahala puasa orang yang demikian itu tidak ada disisi Allah. (HR. Bukhari
– Muslim)
Pesan akhlak
yang terdapat perintah zakat, yaitu agar seseorang dapat menyucikan dirinya
dari sikap kikir dan tidak mau bersyukur.
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ
صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ
صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa
kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui” (QS. At-Taubah: 103)
Pesan akhlak
yang terdapat pada perintah ibadah haji, yaitu agar selama mengerjakan ibadah
haji tidak melakukan perbuatan yang tercela seperti berkata yang tidak sopan,
mencaci maki dan bertengkar
الْحَجُّ أَشْهُرٌ
مَعْلُومَاتٌ ۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا
جِدَالَ فِي الْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ ۗ
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa
yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh
rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.
Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.
Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah
kepada-Ku hai orang-orang yang berakal” (QS. Al-Baqarah: 197)
C. Tujuan Akhlak
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ
مَخْرَجًا
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya.” (QS. Ath-Thalaq:2)
Begitu
juga jika kita taat kepada Rasulullah, maka kita akan mendapatkan syafaat dan
pertolongannya di hari kiamat. Rasulullah bersabda “barang siapa
yang cinta kepadaku, maka ia akan bersamaku di Surga.”
(HR. Alhakim). Jika kita
selalu berbuat baik kepada sesama manusia maka kita akan mendapatkan
penghargaan, penghormatan, dan pertolongan ketika menghadapi musibah.
1. Tertanam kuat dalam jiwa seseorang
sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2. Dilakukan
dengan mudah tanpa pemikiran.
3. Timbul dari
dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
4. Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5. Dilakukan dengan ikhlas.
E. Akhlak Terpuji
dan Tercela
a. Akhlak Terpuji
1. Akhlak terhadap
Allah SWT
a) Menauhidkan Allah SWT
Definisi tauhid adalah pengakuan bahwa Allah
SWT satu-satunya yang memiliki
sifat rububiyyah dan uluhiyyah, serta kesempurnaan nama dan
sifat
Tauhid Rububiyyah, yaitu meyakini bahwa
Allah-lah satu-satunya yang menciptakan alam ini, yang memilikinya, yang
menurunkan rezeki kepada makhluk, yang berkuasa mendatangkan manfaat dan
menimpakan mudarat, yang mengabulkan doa dan permintaan hamba ketika mereka
terdesak, yang berkuasa melaksanakan apa yang dikehendakinya, yang memberi dan
mencegah di tangan-Nya segala kebaikan dan bagi-Nya penciptaan dan juga segala
urusan.
Tauhid Uluhiyyah, yaitu
mengimani Allah SWT.
b)
Berbaik Sangka (husnuzhann)
Berbaik sangka terhadap keputusan Allah SWT. Merupakan salah satu
akhlak terpuji kepada-Nya. Diantara ciri akhlak terpuji adalah ketaatan yang
sunguh-sunguh kepada-Nya.
c)
Zikrullah
Mengingat Allah (Zikrullah) adalah asas dari setiap ibadah kepada
Allah SWT. Karena merupakan pertanda hubungan antara hamba dan pencipta pada
setiap saat dan tempat.
d)
Tawakal
Hakikat tawakal adalah enyerahkan segala usrusan kepada
Allah Azza wa Jalla, membersihkannya dari ikhtiar yang keliru, dan
tetap menampaki kawasan-kawasan hukum dan ketentuan.
2.
Aklak terhadap Diri Sendiri
a)
Sabar
Secara etimologis, sabar (ash-shabr) berarti menahan dan
mengekang (al-habs wa al-kuf). Secara terminologis sabar berarti
menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha
Allah.[1]
Sabar dapat didefinisikan dengan tahan menderita dan menerima
cobaan dengan hati rida serta menyerahkan diri kepada Allah SWT.
Sabar terbagi menjadi tiga macam,
yaitu:
1)
Sabar dari maksiat, artinya bersabar diri untuk tidak melakukan
perbuatan yang dilarang agama.
2)
Sabar karena taat kepada Allah SWT, artinya sabar untuk tetap
melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya sengan
senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada-Nya.
3)
Sabar karena musibah, artinya sabar ketika ditimpa kemalangan dan
ujian, serta cobaan dari Allah SWT.[2]
b)
Syukur
Syukur merupakan sikap seseorang untuk tidak menggunakan nikmat
yang diberikan oleh Allah SWT dalam melakukan maksiat kepada-Nya. Bentuk syukur
in ditandai dengan keyakinan hati bahwa nikmat yang diperoleh berasal dari
Allah SWT, bukan selain-Nya, lalu diikuti pujian oleh lisan, dan tidak
menggunakan nikmat untuk ssesuatu yang dibenci pemberinya.
c)
Menunaikan Amanah
Pengertian Amanah menurut arti bahasa adalah kesetiaan, ketulusan
hati, kepercayaan, atau kejujuran, kebalikan dari khianat. Amanah adalah suatu
sifat dan sikap pribadi yang setia, tulus hati dan jujur dalam melaksanakan
sesuatu yang dipercayakan kepadanya, berupa harta benda, rahasia, ataupun tugas
kewajiban.[3]
Amanah dalam pengertian yang sempit adalah memelihara titipan dan
mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk semula. Sedangkan dalam
pengertian yang luas amanah mencakup banyak hal: menyimpan rahasia orang,
menjaga kehormatan orang lain, menjaga dirinya sendiri, menunaikan tugas-tugas
yang diberikan kepadanya dan lain-lain sebagainya.[4]
d)
Benar atau Jujur
Maksud akhlak terpuji ini adalah berlaku benar dan jujur, baik
dalam perkataan maupun dalam perbuatan. Benar dalam perkataan adalah mengatakan
keadaan yang sebenarnya, tidak mengada-ngada dan tidak pula menyembunyikannya.
e)
Menepati Janji (al-wafa’)
Dalam Islam, janji merupakan utang. Utang harus dibayar (ditepati).
Kalau kita mengadakan perjanjian pada hari tertentu, kita harus menunaikannya
tepat pada waktunya. Janji mengandung tangung jawab.
f)
Memelihara kesucian diri
Memelihara kesucian diri (al-iffah) adalah menjaga diri
dari segala tuduhan, fitnah, dan memelihara kehormatan.[5] Secara
etimologis iffah adalah bentuk masdar
dari affa-ya’iffu’iffah yang berarti menjauhkan dari hal-hal yang
tidak baik dan juga berarti kesucian tubuh. Secara terminologis, iffah adalah
memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak, dan
menjatuhkannya.[6]
3.
Akhlak Terhadap Keluarga
a)
Berbakti kepada orang tua
Berkati kepada orang tua merupakan faktor utama diterimanya doa
seseorang, juga merupakan amal saleh paling utama yang dilakukan oleh seorang
muslim.
b)
Bersikap baik kepada saudara
Agama islam memerintahkan untuk berbuat baik kepada sanak saudara
atau kaum kerabat sesudah menunaikan kewajiban kepada Allah SWT dan ibu bapak.
Hidup damai dengan saudara dapat tercapai apabila tetap terjalin dengan saling
pengertian dan tolong menolong.
4.
Akhlak Terhadap Masyarakat
a)
Berbuat baik kepada tetangga
Tetangga adalah orang terdekat dengan kita. Dekat bukan karena
pertalian darah atau pertalian persaudaraan. Bahkan, mungkin tidak seagama
dengan kita. Dekat disini adalah orang yang tinggal berdekatan dengan rumah
kita.
b)
Suka menolong Orang lain
Orang mukmin
apabila melihat orang lain tertimpa kesusahan akan tergerak hatinya untuk
menolong mereka sesuai dengan kemampuannya. Apabila tidak asa bantuan berupa
benda, kita dapat membantu orang tersebut dengan nasehat atau kata-kata yang
dapat menghibur hatinya.
5.
Akhlak Terhadap Lingkungan
Dalam pamdangan akhlak islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil
buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti
tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya.
Ini berarti manusia dituntut untuk menghormati proses-proses yang sedang berjalan
dan terhadap semua proses yang sedang terjadi.[7]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari
khuluqun yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat.
“Keadaan jiwa
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.
Tujuan
akhlak seccara umum adalah agar terciptanya kehidupan yang tertib, damai,
harmonis, dan saling tolong-menolong. Coba kalau kita membiasakan akhlak yang
mulia pasti akan dicintai oleh Allah, oleh Rasul-Nya, oleh sesama masyarakat
dan dicintai oleh makhluk Allah yang lainnya. Misalnya jika kita selalu
menjalankan perintah Allah, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan
balasan surga di akhirat nanti
Ciri-ciri perbuatan akhlak
1.
Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi
kepribadiannya.
2. Dilakukan
dengan mudah tanpa pemikiran.
3. Timbul dari
dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
4. Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5.
Dilakukan dengan ikhlas.
Macam-macam akhlak terpuji adalah Akhlak terhadap Allah SWT, Akhlak
terhadap diri sendiri, Akhlak terhadap keluarga, Akhlak terhadap masyarakat,
dan Akahlak terhadap lingkungan.
Macam-macam
akhlak tercela adalah Syirik, Kufur, Nifak
dan fasik, Takabur dan ujub, Dengki, Gibah, dan Riya’
B. Kritik dan
Saran
Demikianlah
makalah tentang “Akhlak” yang telah kami paparkan. Kami menyadari makalah ini jauh dari
kata sempurna maka dari itu kritik yang membangun dari pembaca sangat kami
harapkan untuk perbaikan. Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberi
pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon.
2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia.
Abdullah, M.
Yatimin. “Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran”. Jakarta: Amzah. 2007
Alim, Muhammad.
“Pendidikan Agama Islam”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006
Ilyas, Yunahar.
1999. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hikmatillah,
Asep dan Zakky, Ahmad, Akhlak Anak, Bogor: Lini Zikrul Kids, 2010
Ghoni Asykur,
Abdul. Kumpulan Hadits-Hadits Pilihan Bukhori Muslim. Bandung: Husaini Bandung,
1992
Darsono, T.
Ibrahim. Membangun Akidah dan Akhlak, Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,
2008
Bakry, Oemar.
1981. Akhlak Muslim. Aangkasa: Bandung
Elmubarok, zaim. 2015. Islam
Rahmatan Lil Alamin.Unnes Press; Semarang
Al-Qosim, Abdul
Malik Muhammad. “Ibadah-Ibadah yang Paling Mudah”. Yogyakarta: Mitra
Pustaka. 1999
Nata, Abuddin.
“Akhlak Tasawuf”. Jakarta: Rajawali Pers. 2010
Yunus, Mahmud.
“Pendidikan Islam”. Jakarta: PT. Hidakarya Agung. 1992
[2] Rosihon Anwar. Akhlak Tasawuf.(Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010) hlm.
96-97
[5] Rosihon Anwar. Akhlak Tasawuf.(Bandung:
CV. Pustaka Setia, 2010) hlm. 102-104

Tidak ada komentar:
Posting Komentar