Senin, 10 Desember 2018

Makalah Tentang Akhlak


AKHLAK

Dosen Pembimbing : Rosmita M. Ag








OLEH KELOMPOK 11 :


Ø Muhammad Mauladi                                    NIM : 11840114094



FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2018/2019


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah Akidah Akhlak dengan judul "AKHLAK" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.


Pekanbaru, 16 Oktober 2018



Kelompok 11



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
A.    Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah........................................................................................................ 1
C.    Tujuan............................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 2
A.     Pengertian Akhlak........................................................................................................ 2
B.      Dasar Akhlak................................................................................................................ 3
C.     Tujuan Akhlak.............................................................................................................. 4
D.     Ciri-ciri Perbuatan Akhlak.......................................................................................... 5
E.     Akhlak Terpuji dan Tercela........................................................................................ 5
BAB III PENUTUP................................................................................................................... 9
A.    Kesimpulan.................................................................................................................... 9
B.     Kritik dan Saran........................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... iv

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
         Jika dilihat sejarah kebelakang, sebelum islam itu datang, kita dapat temukan refernsi-referensi tentang tercelanya sifat para kaum-kaum jahiliyah yang tidak mempunyai peradaban yang murni mereka hanya mengumbar nfsu belaka tanpa mementingkan etika yang baik dan mulia. Ini semua adallah disebabkan oleh tidak adanya aturan dalam hidup, oleh sebab itu Allah SWT mengutus seorang nabi yang merupakan nabi dan rasul terakhir yang diutus hingga akhir zaman untuk menyempurnakan akhlak dimuka bumi ini terkhusus bagi bangsa arab sendiri sebagaimana diterangkan dalam hadist berikut:
انما بعثت لاتمم مكارم الاخلاق
Artinya: ‘‘Sesungguhnya aku (Muhammad) di utus untuk menyempurnakan akhlak’’
Hadits diatas menunjukan kepada kita, bahwa benar-benar nabi kita Muhammad SAW diutus untuk menyempurnakan dan memaksimalkan akhlak baik di dunia ini, karena dengan akhlak baiklah maka kan berbuah syurga yang dinanti.

B.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian Akhlak
2.      Dasar Akhlak
3.      Tujuan Akhlak
4.      Ciri-ciri Perbuatan akhlak
5.      Akhlak Terpuji dan Tercela

C.    Tujuan
1.      Memahami Pengertian Akhlak
2.      Memahami Dasar Akhlak
3.      Memahami Tujuan khusus Akhlak
4.      Memahami Ciri-ciri Perbuatan akhlak
5.      Memahami Akhlak Terpuji dan Tercela

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Akhlak
Ada dua pendekatan untuk mendefenisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan). Kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Secara istilah akhlak bisa diartikan berbagai perspektif sesuai dengan para ahli tasawuf diantaranya:
Ibnu Maskawaih memberikan definisi sebagai berikut:
حَالً لِلنَّفْسِ دَاعِيَةٌ لهَاَ اِلَى اَفْعَالِهَا مِنْ غَيْرِ فِكْرٍ وَرُوِيَّةٍ
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.

Imam Al-Ghozali mengemukakan definisi Akhlak sebagai berikut:
اَلْخُلُقُ عِبَارَةٌ عَنْ هَيْئَةٍ فِى النَّفْسِ رَاسِخَةٍ عَنْهَا تَصْدُرُ اْلَافْعَالُ بِسُهُوْلَةٍ وَيُسْرٍمِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ اِلَى فِكْرٍ وَرُوِيَّةٍ
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memertrlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.

Prof. Dr. Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang disebut akhlak “Adatul-Iradah” atau kehendak yang dibiasakan. Definisi ini terdapat dalam suatu tulisannya yang berbunyi:
عَرَفَ بَعْضُهُمْ اْلخُلُقَ بِأَنَّهُ عَادَةُ اْلِارَادَةِ يَعْنِى أَنَّ اْلِإرَادَةَ اِذَا اعْتَادَتْ شَيْأً فَعَادَتُهَا هِيَ الْمُسَمَّاةُ بِالْخُلُقِ
“Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinakamakan akhlak.”


B.     Dasar Akhlak
Dasar akhlak adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Tingkah laku nabi Muhammad merupakan contoh suri teladan bagi umat manusia. Allah berfirman
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al-Ahzab: 21)
Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang mengandung pesan akhlak yang mulia. Misalnya pesan akhlak yang terdapat pada perintah sholat, yaitu agar manusia dapat menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS Al-Ankabut: 45)

Selain itu dalam hadits nabi juga dijelaskan bahwa sholat yang diterima oleh Allah adalah sholat yang mendorong pelakunya merendahkan diri dihadapan Allah, tidak bersikap sombong terhadap sesama manusia, tidak keras menentang perintah Allah, melainkan sholat yang menghasilkan sikap ingat kepada Allah, menaruh rasa kasih sayang kepada orang miskin, orang terlantar dalam perjalanan, janda, dan orang yang ditimpa kesusahan (HR. Muslim)

Pesan akhlak yang terdapat pada perintah puasa, yaitu agar manusia senantiasa bertaqwa keada Allah, dapat mengendalikan diri dari dorongan hawa nafsu, menimbulkan sifat iba dan kasih sayang kepada orang yang hidupnya dalam kekurangan, menjaga dirinya dari perbuatan yang keji, tidak mau mengadakan pertengkaran, dan lain sebagainya. Dalam hadits nabi juga dijelaskan bahwa orang yang tidak meninggalkan kata-kata bohong dan senantiasa berdusta, maka nilai pahala puasa orang yang demikian itu tidak ada disisi Allah. (HR. Bukhari – Muslim)

Pesan akhlak yang terdapat perintah zakat, yaitu agar seseorang dapat menyucikan dirinya dari sikap kikir dan tidak mau bersyukur.
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. At-Taubah: 103)
Pesan akhlak yang terdapat pada perintah ibadah haji, yaitu agar selama mengerjakan ibadah haji tidak melakukan perbuatan yang tercela seperti berkata yang tidak sopan, mencaci maki dan bertengkar
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ ۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ ۗ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal” (QS. Al-Baqarah: 197)

C.    Tujuan Akhlak
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath-Thalaq:2)
Begitu juga jika kita taat kepada Rasulullah, maka kita akan mendapatkan syafaat dan pertolongannya di hari kiamat. Rasulullah bersabda “barang siapa yang cinta kepadaku, maka ia akan bersamaku di Surga.” (HR. Alhakim). Jika kita selalu berbuat baik kepada sesama manusia maka kita akan mendapatkan penghargaan, penghormatan, dan pertolongan ketika menghadapi musibah.

1.      Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2.      Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3.      Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
4.      Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5.      Dilakukan dengan ikhlas.


E.     Akhlak Terpuji dan Tercela
a.       Akhlak Terpuji
1.      Akhlak terhadap Allah SWT
a)      Menauhidkan Allah SWT
Definisi tauhid adalah pengakuan bahwa Allah SWT satu-satunya yang memiliki sifat rububiyyah dan uluhiyyah, serta kesempurnaan nama dan sifat
Tauhid Rububiyyah, yaitu meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya yang menciptakan alam ini, yang memilikinya, yang menurunkan rezeki kepada makhluk, yang berkuasa mendatangkan manfaat dan menimpakan mudarat, yang mengabulkan doa dan permintaan hamba ketika mereka terdesak, yang berkuasa melaksanakan apa yang dikehendakinya, yang memberi dan mencegah di tangan-Nya segala kebaikan dan bagi-Nya penciptaan dan juga segala urusan.
Tauhid Uluhiyyah, yaitu mengimani Allah SWT.
b)      Berbaik Sangka (husnuzhann)
Berbaik sangka terhadap keputusan Allah SWT. Merupakan salah satu akhlak terpuji kepada-Nya. Diantara ciri akhlak terpuji adalah ketaatan yang sunguh-sunguh kepada-Nya.
c)      Zikrullah
Mengingat Allah (Zikrullah) adalah asas dari setiap ibadah kepada Allah SWT. Karena merupakan pertanda hubungan antara hamba dan pencipta pada setiap saat dan tempat.
d)      Tawakal
Hakikat tawakal adalah enyerahkan segala usrusan kepada Allah Azza wa Jalla, membersihkannya dari ikhtiar yang keliru, dan tetap menampaki kawasan-kawasan hukum dan ketentuan.

2.      Aklak terhadap Diri Sendiri
a)      Sabar
Secara etimologis, sabar (ash-shabr) berarti menahan dan mengekang (al-habs wa al-kuf). Secara terminologis sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha Allah.[1]
Sabar dapat didefinisikan dengan tahan menderita dan menerima cobaan dengan hati rida serta menyerahkan diri kepada Allah SWT.
Sabar terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
1)      Sabar dari maksiat, artinya bersabar diri untuk tidak melakukan perbuatan yang dilarang agama.
2)      Sabar karena taat kepada Allah SWT, artinya sabar untuk tetap melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya sengan senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada-Nya.
3)      Sabar karena musibah, artinya sabar ketika ditimpa kemalangan dan ujian, serta cobaan dari Allah SWT.[2]
b)      Syukur
Syukur merupakan sikap seseorang untuk tidak menggunakan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT dalam melakukan maksiat kepada-Nya. Bentuk syukur in ditandai dengan keyakinan hati bahwa nikmat yang diperoleh berasal dari Allah SWT, bukan selain-Nya, lalu diikuti pujian oleh lisan, dan tidak menggunakan  nikmat untuk ssesuatu yang dibenci pemberinya.
c)      Menunaikan Amanah
Pengertian Amanah menurut arti bahasa adalah kesetiaan, ketulusan hati, kepercayaan, atau kejujuran, kebalikan dari khianat. Amanah adalah suatu sifat dan sikap pribadi yang setia, tulus hati dan jujur dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, berupa harta benda, rahasia, ataupun tugas kewajiban.[3]
Amanah dalam pengertian yang sempit adalah memelihara titipan dan mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk semula. Sedangkan dalam pengertian yang luas amanah mencakup banyak hal: menyimpan rahasia orang, menjaga kehormatan orang lain, menjaga dirinya sendiri, menunaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya dan lain-lain sebagainya.[4]
d)      Benar atau Jujur
Maksud akhlak terpuji ini adalah berlaku benar dan jujur, baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan. Benar dalam perkataan adalah mengatakan keadaan yang sebenarnya, tidak mengada-ngada dan tidak pula menyembunyikannya.
e)      Menepati Janji (al-wafa’)
Dalam Islam, janji merupakan utang. Utang harus dibayar (ditepati). Kalau kita mengadakan perjanjian pada hari tertentu, kita harus menunaikannya tepat pada waktunya. Janji mengandung tangung jawab.
f)       Memelihara kesucian diri
Memelihara kesucian diri (al-iffah) adalah menjaga diri dari segala tuduhan, fitnah, dan memelihara kehormatan.[5] Secara etimologis iffah adalah bentuk masdar dari affa-ya’iffu’iffah yang berarti menjauhkan dari hal-hal yang tidak baik dan juga berarti kesucian tubuh. Secara terminologis, iffah adalah memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak, dan menjatuhkannya.[6]

3.      Akhlak Terhadap Keluarga
a)      Berbakti kepada orang tua
Berkati kepada orang tua merupakan faktor utama diterimanya doa seseorang, juga merupakan amal saleh paling utama yang dilakukan oleh seorang muslim.
b)      Bersikap baik kepada saudara
Agama islam memerintahkan untuk berbuat baik kepada sanak saudara atau kaum kerabat sesudah menunaikan kewajiban kepada Allah SWT dan ibu bapak. Hidup damai dengan saudara dapat tercapai apabila tetap terjalin dengan saling pengertian dan tolong menolong.

4.      Akhlak Terhadap Masyarakat
a)      Berbuat baik kepada tetangga
Tetangga adalah orang terdekat dengan kita. Dekat bukan karena pertalian darah atau pertalian persaudaraan. Bahkan, mungkin tidak seagama dengan kita. Dekat disini adalah orang yang tinggal berdekatan dengan rumah kita.
b)      Suka menolong Orang lain
Orang mukmin apabila melihat orang lain tertimpa kesusahan akan tergerak hatinya untuk menolong mereka sesuai dengan kemampuannya. Apabila tidak asa bantuan berupa benda, kita dapat membantu orang tersebut dengan nasehat atau kata-kata yang dapat menghibur hatinya.

5.      Akhlak Terhadap Lingkungan
Dalam pamdangan akhlak islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia dituntut untuk menghormati proses-proses yang sedang berjalan dan terhadap semua proses yang sedang terjadi.[7]




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.
Tujuan akhlak seccara umum adalah agar terciptanya kehidupan yang tertib, damai, harmonis, dan saling tolong-menolong. Coba kalau kita membiasakan akhlak yang mulia pasti akan dicintai oleh Allah, oleh Rasul-Nya, oleh sesama masyarakat dan dicintai oleh makhluk Allah yang lainnya. Misalnya jika kita selalu menjalankan perintah Allah, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan balasan surga di akhirat nanti
Ciri-ciri perbuatan akhlak
1.      Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2.      Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3.      Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
4.      Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5.      Dilakukan dengan ikhlas.
Macam-macam akhlak terpuji adalah Akhlak terhadap Allah SWT, Akhlak terhadap diri sendiri, Akhlak terhadap keluarga, Akhlak terhadap masyarakat, dan Akahlak terhadap lingkungan.
Macam-macam akhlak tercela adalah Syirik, Kufur, Nifak dan fasik, Takabur dan ujub, Dengki, Gibah, dan Riya’

B.     Kritik dan Saran
Demikianlah makalah tentang “Akhlak” yang telah kami paparkan. Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan. Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberi pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua.



DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia.
Abdullah, M. Yatimin. “Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran”. Jakarta: Amzah. 2007
Alim, Muhammad. “Pendidikan Agama Islam”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006
Ilyas, Yunahar. 1999. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hikmatillah, Asep dan Zakky, Ahmad, Akhlak Anak, Bogor: Lini Zikrul Kids, 2010
Ghoni Asykur, Abdul. Kumpulan Hadits-Hadits Pilihan Bukhori Muslim. Bandung: Husaini Bandung, 1992
Darsono, T. Ibrahim. Membangun Akidah dan Akhlak, Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008
Bakry, Oemar. 1981. Akhlak Muslim. Aangkasa: Bandung
Elmubarok, zaim. 2015. Islam Rahmatan Lil Alamin.Unnes Press; Semarang
Al-Qosim, Abdul Malik Muhammad. “Ibadah-Ibadah yang Paling Mudah”. Yogyakarta: Mitra
Pustaka. 1999
Nata, Abuddin. “Akhlak Tasawuf”. Jakarta: Rajawali Pers. 2010
Yunus, Mahmud. “Pendidikan Islam”. Jakarta: PT. Hidakarya Agung. 1992





[1] Yunahar Ilyas. Kuliah Akhlaq. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999) hlm. 134
[2] Rosihon Anwar. Akhlak Tasawuf.(Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010) hlm. 96-97
[3] Ibid., Rosihon Anwar. Hlm 100
[4] Yunahar Ilyas. Kuliah Akhlaq. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999) hlm. 89
[5] Rosihon Anwar. Akhlak Tasawuf.(Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010) hlm. 102-104
[6] Op.cit., Yunahar Ilyas.  hlm. 103
[7] Rosihon Anwar. Akhlak Tasawuf.(Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010) hlm 102-114

Tidak ada komentar:

Posting Komentar