KATA
PENGANTAR
Puji
Syukur kehadirat Allah S.W.T berkat rahmat,karunia dan kemurahan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Pembiayaan dan Penganggaran Kesehatan ini tepat pada waktunya. Tidak lupa terimakasih kami ucapkan kepada bapak Mishbahuddin, SKM, MAHM selaku dosen mata kuliah Manajemen Mutu dan Akreditas Rumah Sakit
Makalah ini disusun dari berbagai sumber baik
buku, dan
artikel terpercaya
sehingga menghasilkan Makalah yang insyaAllah dapat dipertanggung jawabkan isinya.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahannnya.Oleh karena itu,kritik
dan saran akan kami terima dengan senang hati demi penyempurnaan makalah ini.
Dengan ini penyusun mempersembahkan
makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi
makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Pekanbaru, 24
September 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 2
C. Tujuan........................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 3
A.
Definisi Mutu........................................................................................................ 3
B.
Pengertian Total Quality Management................................................................. 4
C.
Konsep Total Quality Management...................................................................... 4
D.
Manfaat Total Quality Management..................................................................... 7
E.
Total Quality Management dan Sumber Daya Manusi......................................... 7
F. Peranan Sumber Daya Manusia bagi Total Quality
Management...................... 10
BAB III PENUTUP....................................................................................................... 16
A. Kesimpulan.......................................................................................................... 16
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi sekarang ini, persaingan yang
sangat tajam terjadi baik di pasar domestik maupun di pasar
internasional/global. Agar perusahaan dapat berkembang dan paling tidak bisa
bertahan hidup, perusahaan tersebut harus mampu menghasilkan produk barang dan
jasa dengan mutu yang lebih baik, harganya lebih murah, promosi lebih efektif,
penyerahan barang ke konsumen lebih cepat, dan dengan pelayanan yang lebih baik
apabila dibandingkan dengan para pesaingnya.
Kondisi demikian mempunyai arti, bahwa perusahaan yang
akan memenangkan persaingan dalam segmen pasar yang telah dipilih harus mampu
mencapai tingkat mutu, bukan hanya mutu produknya, akan tetapi mutu ditinjau
dari segala aspek, seperti mutu bahan mentah dan pemasok harus bagus (bahan
baku yang jelek akan menghasilkan produk yang jelek pula), mutu sumber daya
manusia (tenaga kerja) yang mampu bekerja secara efisien sehingga harga produk
bias lebih murah dari pada harga pesaingnya, promosi yang efektif (bermutu),
sehingga mampu memikat para pembeli sehingga pada gilirannya akan meningkatkan
jumlah pembeli. Mutu distribusi yang mampu menyerahkan produk sesuai dengan
waktu yang dikehendaki oleh pembeli, serta mutu karyawan yang mampu melayani
pembeli dengan memuaskan. Inilah yang dimaksud mutu terpadu secara menyeluruh
(total quality).
Banyak perusahaan Jepang yang memperoleh sukses
global, karena memasarkan produk yang sangat bermutu. Bagi
perusahaan/organisasi ingin mengikuti perlombaan bersaing untuk meraih
laba/manfaat tidak ada jalan lain kecuali harus menerapkan Total Quality
Management. Philip Kolter (1994) mengatakan : Quality is our best assurance of
custemer allegiance, our strongest defence against foreign competition and the
only path to sustair growth and earnings.
Ada hubungan yang erat antara mutu produk (barang dan
jasa), kepuasan pelanggan, dan laba perusahaan. Makin tinggi mutu suatu produk,
makin tinggi pula kepuasan pelanggan dan pada waktu yang bersamaan akan
mendukung harga yang tinggi dan seringkali biaya rendah. Oleh karena itu
program perbaikan mutu bertujuan menaikkan laba. Dari penelitian membuktikan
ada korelasi yang kuat antara mutu dengan laba yang dapat diraih oleh
perusahaan
B. Rumusan Masalah
1.
Apa itu Mutu?
2.
Apa itu TQM?
3.
Apa saja manfaat TQM?
4.
Apa saja Konsep TQM?
C. Tujuan
Untuk
mengetahui apa itu Mutu Paripurna Total Quality Management dan manfaat nya
serta peranan sumber daya manusia degan TQM.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Mutu
Konvensional
: Menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk
seperti performansi ( Performance ), Kehandalan ( Reliability ), Mudah dalam
penggunaan ( Easy of Use ), Estetika ( Esthetics ), dan sebagainya.
Strategik : Segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau
kebutuhan pelanggan ( Meeting the need of customer ).
ISO 8405 : Totalitas dan karakteristik suatu produk yang
menunjang kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang telah dispesifikasikan atau
ditetapkan.
ISO 9000 :
2000 : Derajat/tingkat karakteristik
yang melekat pada produk yang mencukupi persyaratan/keinginan.
MUTU menurut beberapa pakar ( Ahli ) :
Philip B.
Crosby ; Mutu berarti kesesuaian
terhadap persyaratan seperti jam tahan air, sepatu tahan lama, dokter yang
ahli, dimana menggambarkan pentingnya setiap orang pada proses dalam organisasi Top down.
W. Edward
Deming ; Mutu berarti pemecahan masalah
untuk mencapai penyempurnaan terus-menerus, seperti penerapan Kaizen di Toyota
dan Gugus Kendali Mutu pada Telkom Bottom Up
Joseph M.
Juran; Mutu berarti kesesuaian dengan
penggunaan seperti sepatu yang dirancang untuk olah raga, orientasi pada
pemenuhan harapan pelanggan.
K. Ishikawa ;
Mutu berarti kepuasan pelanggan, dimana setiap bagian
proses dalam organisasi memiliki pelanggan, kepuasan pelanggan internal akan
menyebabkan kepuasan pelanggan organisasi.
B. Total
Quality Management (TQM)
Total Quality Management merupakan suatu pendekatan
manajemen yang berkembang dari Amerika Serikat, dipelopori oleh pakar kualitas:
Deming, Juran, dan Crosby dari tahun 1950 dan lebih populer sejak tahun
1980-an, diimplementasikan secara luas untuk meningkatkan daya saing
perusahaan.
Ada beberapa definisi Total Quality Management yang
disingkat TQM menurut pendapat beberapa para ahli adalah sebagai berikut:
Dipietro
(1993;Greg et al,1994) sebagai konsep
perbaikan yang dilakukan secara terus menerus, yang melibatkan semua karyawan
di setiap level organisasi, untuk mencapai kualitas yang exellent dalam semua
aspek organisasi melalui proses manajemen.
Hashmi
(2004:1), TQM adalah filosofi manajemen
yang mencoba mengintegrasikan semua fungsi oganisasi (pemasaran, keuangan,
desain, rekayasa, produksi, pelayanan konsumen, dsb.), terfokus untuk memenuhi
keinginan konsumen dan tujuan organisasi.
Crosby berpendapat TQM adalah strategi dan integrasi sistem
manajemen untuk meningkatkan kepuasan konsumen, mengutamakan keterlibatan
seluruh manajer dan karyawan, serta menggunakan metode kuantitatif (Bhat dan
Cozzolino, 1993:106-107).
C. KONSEP TQM
Adapun konsep-konsep tentang mutu terpadu secara garis
besar dapat dikemukakan berikut ini
1. F.W. Taylor (1856-1915) Seorang insiyur
mengembangkan satu seri konsep yang merupakan dasar dari pembagian kerja
(devision of work). Analisis dengan pendekatan gerak dan waktu (time and motion
study) untuk pekerjaan manual, memperoleh gelar Bapak Manajemen Ilmiah (The
Farther of Scientific Management). Dalam bukunya tersebut Taylor menjelaskan
beberapa elemen tentang teori manajemen, yaitu :
Setiap orang harus mempunyai tugas yang jelas dan
harus diselesaikan dalam satu hari. Pekerjaan harus memiliki peralatan yang
standar untuk menyelesaikan tugas yang menjadi bagiannya. Bonus dan intensif
wajar diberikan kepada yang berprestasi maksimal. Penalti yang merupakan
kerugian bagi pekerjaan yang tidak mencapai sasaran yang telah ditentukan
(personal loss). Taylor memisahkan perencanaan dari perbaikan kerja dan dengan
demikian memisahkan pekerjaan dari tanggung jawab untuk memperbaiki kerja.
2. Shewhart (1891-1967) Adalah seorang ahli statistik
yang bekerja pada Bell Labs selama periode 1920-1930. Dalam bukunya The
Economic Control of Quality Manufactured Products, merupakan suatu kontribusi
yang menonjol dalam usaha untuk memperbaiki mutu barang hasil pengolahan. Dia
mengatakan bahwa variasi terjadi pada setiap segi pengolahan dan variasi dapat
dimengerti melalui penggunaan alat statistik yang sederhana. Sampling dan
probabilitas digunakan untuk membuat control chart untuk memudahkan para
pemeriksa mutu, untuk memilih produk mana yang memenuhi mutu dan tidak.
Penemuan Shewhart sangat menarik bagi Deming dan Juran, dimana kedua sarjana
ini ahli dalam bidang statistik.
3. Edward
Deming Lahir tahun 1900 dan mendapat Ph. D pada 1972 sangat menyadari bahwa ia
telah memberikan pelajaran tentang pengendalian mutu secara statistik kepada
para insinyur bukan kepada para manajer yang mempunyai wewenang untuk
memutuskan. Katanya : Quality is not determined on the shop floor but in the
executive suite. Pada 1950, beliau diundang oleh, The Union to Japanese
Scientists and Engineers (JUSE) untuk memberikan ceramah tentang mutu.
Pendekatan Deming dapat disimpulkan sebagai berikut :
Quality is primarily the result of senior management
actions and not the results of actions taken by workers. The system of work
that determines how work is performed and only managers can create system. Only
manager can allocate resources, provide training to workers, select the
equipment and tools that worekers use, and provide the plant and environment
necessary to achieve quality. Only senior managers determine the market in
which the firm will participate and what product or service will be solved. Hal
ini berarti bahwa tanpa keterlibatan pimpinan secara aktif tidak mungkin tercapai
manajemen mutu terpadu.
4. Prof Juran Mengunjungi Jepang pada tahun 1945. Di
Jepang Juran membantu pimpinan Jepang di dalam menstrukturisasi industri
sehingga mampu mengekspor produk ke pasar dunia. Ia membantu Jepang untuk
mempraktekkan konsep mutu dan alat-alat yang dirancang untuk pabrik ke dalam
suatu seri konsep yang menjadi dasar bagi suatu management process yang
terpadu. Juran mendemonstrasikan tiga proses manajerial untuk mengelola
keuangan suatu organisasi yang dikenal dengan trilogy Juran yaitu, Finance
Planning, Financial control, financial improvement. Adapun rincian trilogy itu
sebagai berikut :
- Quality planning, suatu proses yang mengidentifikasi
pelanggan dan proses yang akan menyampaikan produk dan jasa dengan
karakteristik yang tepat dan kemudian mentransfer pengetahuan ini ke seluruh
kaki tangan perusahaan guna memuaskan pelanggan.
- Quality control, suatu proses dimana produk
benar-benar diperiksa dan dievaluasi, dibandingkan dengan kebutuhankebutuhan
yang diinginkan para pelanggan. Persoalan yang telah diketahui kemudian
dipecahkan, misalnya mesinmesin rusak segera diperbaiki.
- Quality improvement, suatu proses dimana mekanisme
yang sudah mapan dipertahankan sehingga mutu dapat dicapai berkelanjutan. Hal
ini meliputi alokasi sumber-sumber, menugaskan orang-orang untuk menyelesaikan
proyek mutu, melatih para karyawan yang terlibat dalam proyek mutu dan pada
umumnya menetapkan suatu struktur permanen untuk mengejar mutu dan
mempertahankan apa yang telah dicapai sebelumnya.
Uraian tokoh-tokoh mutu di atas sekedar menggambarkan
secara singkat saja. Masih banyak para sarjana di bidang mutu yang tidak sempat
ditulis pada kesempatan ini. Yang jelas para sarjana tersebut sependapat bahwa
konsep : pentingnya perbaikan mutu secara terus menerus bagi setiap produk
walaupun tehnik yang diajarkan berbeda-beda. Kini sampailah pada pengertian
mutu yang diambil dari America Society for Quality Control yang mengatakan : Quality
is the totality of features and characteristics of a product or service that
bear on its ability to satisty stated of implied needs (Kotler : 1994).
D. Manfaat TQM
Dengan perbaikan kualitas berkesinambungan, perusahaan
akan dapat memperbaiki posisi persaingan. Dengan posisi yang lebih baik akan
meningkatkan pangsa pasar dan menjamin harga yang lebih tinggi. Hal ini akan
memberikan penghasilan lebih ti nggi dan secara otomatis laba yang diperoleh akan
lebih meningkat. Upaya perbaikan kualitas akan menghasilkan peningkatan output
yang bebas dari kerusakan atau mengurangi produk yang cacat. Berkurangnya
produk yang cacat berarti berkurang pula biaya operasi yang dikeluarkan
perusahaan sehingga akan diperoleh laba yang semakin besar. Manfaat TQM dalam
jangka panjang, manfaat utama penerapan TQM pada sektor publik adalah perbaikan
pelayanan, pengurangan biaya dan kepuasan pelanggan. Perbaikan progresif dalam
sistem manajemen dan kualitas pelayanan menghasilkan peningkatan kepuasan
pelangan.
E. TQM dan Sumber Daya Manusia
Sumberdaya Manusia sebagai bagian komponen penunjang
daya saing, termasuk yang menentukan guna memenangkan persaingan di era saat
ini. Sumberdaya manusia yang berkualitas menjadi pilihan atau rebutan dari
sesuatu organisasi. Organisasi yang sangat membutuhkan SDM yang berkualitas
menjadikan persaingan dalam memperebutkannya, dengan segala fasilitas yang
ditawarkan untuk maksud tersebut. Kompetensi yang dimiliki SDM akan sangat menentukan
derap langkah suatu organisasi menuju medan persaingan, sehingga SDM sebagai
komponen utama memasuki era saat ini.
Dalam TQM ditegaskan untuk dapat mencapai kualitas
total maka perlu ditempuh 5 langkah dalam mencapainya (Sulistyo;2008) yakni :
- Pastikan apa
yang diinginkan oleh customer
- Kembangkan
produk dan layanan
- Kembangkan
sistem produksi
- Perlu adanya
monitoring sistem
- Mengikutkan
partisipasi customer dan supplier
Prof. Mantja (2008) menjelaskan untuk meningkatkan
kualitas SDM maka perlu memperhatikan unsur – unsur seperti : Attitude; Human
resource development & organizational development (hrd & od);
Leadership; Management ; Mind development dan; Performance.Untuk manajemen
keberhasilan dalam mengimplementasikan TQM, terdapat langkah-langkah yang harus
dilakukan secara berurutan dan disiplin, antara lain sebagai berikut :
1. Tanamkan satu
falsafah kualitas
2. Dalam hal ini
manajemen dan karyawan harus mengerti sepenuhnya dan yakin mengapa organisasi
akan mencapai total quality, yaitu untuk menjamin kelangsungan hidup organisasi
dalam iklim kompetitif. Setiap anggota dalam organisasi perlu mempunyai istilah
yang sama terhadap istilah-istilah total quality seperti kualitas, kerusakan
(defect) pelayanan yang baik, pelayanan yang merugikan,dan lain-lain.
Selanjutnya anggota organisasi harus dapat memberikan apresiasi,
mengantisipasi, dan kalau perlu menerima pengorbanan-pengorbanan
pada tahap
implementasi total quality.
3. Manajemen harus
membimbing dan menunjukkan kepemimpinan yang bermutu
4. Berdasarkan
falsafah mutu yang diterima pada langkah pertama, manajemen puncak
terutama CEO
(Chief Executive Officer) harus mengambil inisiatif dlam menunjuk kepemimpinan
yang teguh. Manajemen puncak harus memberikan contoh dalam pola sikap,
pola pikir, dan
pola tindak. Dengan kata lain manajemen puncak harus bersikap, berpikir dan
bertindak tentang
mutu dalam semua keputusan dan aktivitasnya. Ini berarti bahwa
manajemen puncak
harus bersedia menerima siapa pun dalam organisasi yang akan
memberikan
kontribusinya dalam perbaikan mutu produk dan jasa organisasinya.
5. Kalau perlu
adakan perubahan atau modifikasi terhadap sistem yang ada agar kondusif dengan
tujuan total quality
6. Manajemen perlu
mulai meninjau kebijaksanaan, sistem, dan prosedur yang ada dalam organisasi
dan menilai apakah software tersebut konsisten dan kondusif terhadap total quality.
Hal ini meliputi struktur organisasi, proses kegiatan, prosedur kendali mutu, kebijaksanaan
pengambangan sumber daya manusia, dan lain-lain. Sesudah penilaian maka harus
ada keputusan tentang sistem atau struktur yang ada. Yang mana dipertahankan,yang
mana diubah secepatnya demi pencapaian tujuan total quality. Kalau perlu
diadakan perubahan sistem/subsistem baru atau modifikasi. Manajemen bertugas
mengeluarkan kebijaksanaannya melaksanakansistem yang mempermudah para karyawan
untuk melaksanakan pekerjaannya.
7. Didik, latih
dan berdayakan (empower) seluruh karyawan
8. Dengan telah
tercapainya lingkungan kerja yang kondusif sebagai hasil langkah
ketiga,seluruh
anggota organisasi termasuk para manajer, harus siap mengikuti program pendidikan
dan pelatihan mengenai total quality. Program DIKLAT merupakan langkah persiapan
bagi pemberdayaan kepada seluruh karyawan. Karyawan diberi kepercayaan, tugas,
wewenang, dan tanggung jawab untuk mengorganisasikan diri ke dalam self-managing
teams guna memperbaiki proses dalam mencapai mutu produk dan jasa.
F. Peranan
SDM Bagi TQM
Die era yang makin kompetitif ini telah banyak yang
menyadari pentingnya menerapkan konsep Total Quality Management (TQM) pada
perusahaan masing-masing. Hal ini tidak lain adalah upaya peningkatan kualitas
secara terprogram, sistematis, dan berkesinambungan. Sebagaimana dikutip dari
pendapat Evans dan Lindsay (1993), TQM adalah suatu pendekatan yang integrative
guna peningkatan kualitas barang dan jasa secara terus-menerus melalui
partisipasi dari semua pihak dan organisasi. Untuk menggalang partisipasi ini
nampaknya tidak begitu mudah. Hal ini merupakan salah satu tantangan bagi
manajemen SDM dalam menjalankan fungsinya, khususnya dalam tiga hal, yakni to
attract (menarik), to retain (mempertahankan), dan to develop (mengembangkan)
SDM yang potensial.
Adalah suatu tugas berat bagi manajemen SDM, sehingga
fungsi tersebut tidak cukup dibebankan kepada satu divisi atau manajer dalam
organisasi melainkan fungsi manajemen SDM adalah tanggung jawab dari setiap
manajer operasi atau manajer bagian dan semua anggota organisasi tersebut.
Dengan demikian maka telah terjadi pergeseran pandangan tentang manajemen SDM
dari personnel management yang bersifat teknis prosedural tentang pengelolaan
kepegawaian menuju manajemen SDM yang mempunyai peran strategis bagi
organisasi.
Adalah suatu kebutuhan bagi perusahaan atau organisasi
yang telah mencoba mengimplementasikan TQM dalam strategi perusahaannya, untuk
mulai melakukan evaluasi atau pengukuran keberhasilan kegiatan-kegiatan
manajemen SDM-nya. Sebab keberhasilan manajemen SDM merupakan ujung tombak bagi
kesuksesan implementasi TQM. Semakin kita menyadari pentingnya mengukur
keberhasilan manajemen SDM, semakin kita terbentur pada kondisi dimana
pengukurannya tidak semudah yang dibayangkan. Hal ini dikarenakan banyak
kegiatan manajemen SDM yang tidak dapat diukur secara kuantitatif, melainkan
kualitatif. Sehingga dalam hal ini sangat rawan akan munculnya subyektivitas
yang sangat tinggi. Selain itu upaya pengukuran manajemen SDM juga terpuruk
pada lemahnya standar atau kurang jelasnya kriteria-kriteria yang dapat
ditampilkan untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan manajemen SDM.
Pentingnya Pendekatan Quality Improvement Dalam
Kegiatan Manajemen SDM
Program peningkatan kualitas, yang kini telah menjadi
perhatian utama bagi organisasi bisnis dan manufaktur, sudah saatnya diadopsi
oleh semua jenis organisasi baik it organisasi non proit. Apapun itu organisasi
tentunya semuanya menginginkan adanya peningkatan atau eberhasilan, oleh
arenanya makna darri kualitas itu sendiri hendaknya dipersepsi berdasarkan
misi, visi dan tujuan dari masing-masing organisasi.
Untuk memulai dan menjaga kesinambungan program
peningkatan kualitas ini sesungguhnya merupakan masalah hubungan kemanusiaan
atau masalah sumberdaya manusia dalam organisasi. Keberhasilan program tersebut
bergantung pada bagaimana pengetahuan, kemampuan teknis, perilaku, sikap,
motivasi dan kerjasama dalam suatu teamwork. Tanpa dukungan semua maka mustahil
suatu perusahaan dapat meningkatkan kualitasnya.
Khususnya untuk organisasi yang bergerak di bidang
jasa seperti pendidikan, rumah sakit, perhotelan, dan lain sebagainya, TQM
dapat diimplementasikan untuk meraih kinerja yang lebih baik melalui penekanan
pada manajemen SDM sebagai input yangesensial baginya. Untuk itu manajemen SDM
hendaknya didesain berdasarkan orientasi pada peningkatan kualitas melalui:
pertama, transformasi budaya organisasi menuju pada quality vision. Menciptakan
budaya kualitas inilah yang dirasa paling sulit dan harus dilakukan secara
bertahap dalam kurun waktu yang relatif lama. Pertama yang perlu dilakukan
untuk itu adalah mencari faktor-faktor penghambat masuknya budaya kualitas dan berusaha
menghilangkan faktor penghambat tersebut, baru dapat diciptakan suasana
kondusif bagi tumbuhnya budaya baru yang dikehendaki. Budaya kualitas ini dapat
diupayakkan melalui training bagi tingkatan manajemen, dukungan dari top
manajemen, sosialisasi melalui media organisasi, bulletin, jargon-jargon,
pengarahan lisan dari pimpinan, dan perilaku konsekuen sehari-hari dari top
manajer.
Kedua, perubahan gaya manajemen dari birokrasi menuju
partisipatif yang pada gilirannya akan memunculkan teamwork dynamic dalam
organisasi. Gaya birokrasi ini diakui atau tidak masih tetap eksis dalam tubuh
beberapa perusahaan atau oraganisasi sebagai imbas dari budaya yang lebih luas
selama kurun waktu yang lama. Sehingga sifat birokrasi itu masih sulit dihilangkan
sama sekali. Perubahan yang perlu segera muncul adalah fleksibilitas manajemen
dengan tidak meninggalkan tujuan utama organisasi. Proses penyelesaian suatu
masalah yang terlalu lama, kesulitan komunikasi darri bawah ke atas, dan lain
sebagainya adalah salah satu refleksi sifat birokrasi yang masih hadir dalam
oganisasi. Dalam rangka pengembangan teamwork dynamic itu tidak hanya
diperlukan training dalam hal kemampuan teknis tetapi yang lebih penting adalah
emampuan interpersonal seperti komunikaso, motivasi dan koordinasi.
Ketiga, menciptakan peers komitmen merupakan suatu
langkah yang mutlak dalam mendorong lingkungan yang partisipatif antar anggota.
Hendaknya, hal ini ditindak lanjuti dengan sistem sumbang saran dan konsultasi
(consultancy dan suggestion systems) yang efekktif baik dari lingkungan
organisasi internal maupun eksternal.
Keempat, melakukan restrukturisasi reward system
merpakan hal penting yang perlu dililakukan guna melengkapi dan sebagai
konsekuensi logis dari langkah-langkah terdahulu. Reward system dimaksud bukan
hanya dalam artian yang ekstrinsik tetapi juga intrinsic. Banyak manajer yang
kurang memperhatikan imbalan intrinsic ini padahal efek yang ditimbulkannya
bisa jadi melebihi imbalan ekstrinsik.
Kelima, setelah semua hal diatas dapat dilakukan maka
hal terpenting selanjutnya adalah menciptakan dan menjalankan sistem evaluasi
yang efetif. Sistem evaluasi ini sangat dibutuhkan guna memberikan informasi
selengkapnya tentang pencapaian dan kemajuan hasil karya kelompok, individu dan
organisasi. Evaluasi dan pengukuran hasil karya ini hendaknya tidak hanya dari
output yang dihasilkan tetapi juga mulai dengan input kemudian bagaimana proses
yang dijalankan untuk mencapai hasil tertentu. Yang penting lagi evaluasi harus
didasarkan pada kepuasan pelanggan atau pengguna baik internal maupun eksternal
users. Hal ini berarti bahwa setiap fungsi dan kegiatan pada satu bagian
dievaluasi untuk menjamin elancaran kegiatan pada bagian yang lain. Sebagaimana
pendapat Williams (1994) keberhasilan implementasi TQM hendaknya dimulai dengan
penilaian terhadap situasi secara jujur dan terbuka.
Pengukuran Keberhasilan Fungsi HRD dalam Konteks TQM
Berangkat dari pentingnya evaluasi dan pengukuran
keberhasilan setiap fungsi dan kegiatan dari masing-masing bagian organisasi,
maka fungsi manajemen SDM menjadi mendesak untuk mendapat perhatian.
Dengan pengukuran keberhasilan manajemen SDM,
perusahaan atau organisasi akan banya memperoleh manfaat antara lain:
a. Bermanfaat dalam menjustifikasi keberadaan HRD
serta anggaran yang telah digunakan selama ini, dapat meningatkan fungsi HRD
dengan jalan menghilangkan kegiatan yang dirasa urang bermanfaat dan
meningkatkan kegiatan yang lebih bermanfaat,
b. Memberikan umpan balik kepada seluruh karyawan dan
manajer tentang apa yang masih perlu ditingkatkan,
c. Menjaga konsistensi setiap kegiatan dengan tujuan
organisasi secara umum.
Selain keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh
organisasi dengan pengukuran fungsi manajemen SDM tersebut ternyata dalam
pelakksanaannya tidak terlepas dari banyaknya hambatan dan kesulitan, antara
lain karena banyak kegiatan manajemen SDM yang sulit untuk dikuantifikasikan
sehingga penilaian cenderung bersifat subyektif. Sifat subyektivitas inilah
yang oleh sebagian pengamat dirasa sebagai kendala utama dalam upaya pengukuran
fungsi manajemen SDM. Namun bagaimanapun setiap fungsi sesungguhnya mutlak
mendapatkan evaluasi apakah telah berjalan dengan maksimal atauah sebaliknya.
Beberapa bentuk/kriteria pengukuran yang biasa digunakan adalah : ukuran hasil
(output), lost time, turnover, absensi, permintaan pindah, dan rating of
individual performance. Selain itu sesungguhnya masih banyak hal yang perlu
dilakukan jajak pendapat guna mengukur keberhasilan fungsi manajemen SDM,
antara lain :
a. Sifat kooperatif HRD dengan bidang-bidang lain
dalam organisasi,
b. Opini manajer lini atau operasi terhadap
efektivitas peran HRD,
c. Tingkat keterbukaan HRD terhadap setiap kayawan
sehubungan masalah-masalah kebijakan organisasi,
d. Tingkat kepercayaan karyawan terhadap
petugas-petugas dalam lingkungan HRD,
e. Kemampuan merespon dengan cepat dan efektif
terhadap setiap pertanyaan yang disodorkan kepada HRD,
f. Tingkat kepuasan dari seluruh anggota yang
memanfaatkan jasa HRD.
Kriteria pengukuran di atas akan dapat dijalankan
seobyektif mungkin apabila standar atau tolak ukurnya sudah ditentukan dengan
jelas walaupun tidak bersifat kuantitatif. Salah satu upaya yang dapat membantu
mengurangi subyektiitas penilaian adalah dengan melakukan bechmaking, yakni
mencari pembanding bentuk penilaian yang lebih baik pada situasi dan kondisi
dan relatif sama dengan organisasi yang bersangkutan.
Akhirnya, walaupun upaya pengukuran atau evaluasi
terhadap kegiatan/fungsi manajemen SDM ini belum begitu membudaya di lingkungan
organisasi-organisasi di Indonesia, namun sesungguhnya kita telah berada pada
era transisional. Meninggalkan manajemen konservatif menuju manajemen yang
berorientasi pada kualitas secara total dengan menerapkan konsep Manajemen Mutu
Terpadu (TQM). Dalam era transisi inilah peran manajemen SDM semakin penting
dan startegis bagi perusahaan, sehingga sudah waktunya perhatian kita curahkan
untuk lebih mengefektifkan fungsi mereka. Untuk itu pengukuran keberhasilan
fungsi HRD/HRM menjadi sesuatu yang mutlak dilaksanakan dengan terlebih dahulu
melakukan benchmark guna menentukan standar dan kriteria seobyektif mungkin.
Keberhasilan atau kegagalan dalam rencana, startegi, dan pelaksanaan
kegiatan-kegiatan manajemen SDM mempengaruhi keseluruhan keberhasilan dan kemajuan
organisasi
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Bahwa pendekatan yang digunakan perusahaan dalam
rangka mencapai nilai optimal, sebaiknya menggunakan Total Quality Management. Karena Total Quality Management adalah suatu upaya pemberdayaan menyeluruh
dari satu visi untuk meraih objective bersama dari perusahaan.
Kerangka dari TQM adalah sumber daya yang dapat
diandalkan. Selanjutnya menghasilkan efektivitas dan efisiensi dari kinerja
perusahaan, yang menghasilkan produk yang berkualitas, sehingga kepuasaan konsumen akan dapat diraih dengan
mudah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar