Rabu, 04 September 2019

Makalah Ilmu Kependudukan - Kemiskinan


KEMISKINAN

Dosen Pembimbing : Zulhafizh, M.Pd.

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Ilmu Kependudukan

OLEH:

              Muhammad Mauladi                      NIM : 11840114094
              Nisa Lidesbesd                                 NIM : 11840124060

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2019/2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah Ilmu Kependudukan dengan judul "Kemiskinan" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.


Pekanbaru, 04 September 2019



Kelompok 6



DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
A.    Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah........................................................................................................ 2
C.    Tujuan............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 3
A.     DEFENISI KEMISKINAN.......................................................................................... 3
B.      DIMENSI DAN INDIKATOR KEMISKINAN......................................................... 5
C.     JENIS-JENIS KEMISKINAN..................................................................................... 7
D.     FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN..................................................................... 9
E.     PENANGGULANGAN KEMISKINAN................................................................... 11
BAB III PENUTUP................................................................................................................. 14
A.    KESIMPULAN........................................................................................................... 14
B.     SARAN......................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... iv



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.
          Kemiskinan merupakan suatu masalah klasik dan fenomenal sepanjang sejarah Negara Indonesia sebagai suatu Negara kesatuan. Tidak ada persoalan yang lebih besar selain persoalan kemiskinan. Dengan persoalan kemiskinan ini telah menyebabkan jutaan anak-anak yang tidak dapat mengenyam  pendidikan  yang berkualitas, kesulitan dalam membiayai kesehatan, kurangnya pemerintah memberikan perhatian khusus kepada masyarakat miskin, semakin meningkatnya jumlah pengagguran yang disebabkan karena lapangan pekerjaan yang semakin minim dan jumlah pertumbuhan penduduk semakin meningkat, serta kurangnya jaminan sosial oleh pemerintah terhadap perlindungan masyarakat miskin yang menyebabkan jutaan rakyat yang kekurangan dalam  memenuhi  kebutuhan sandang, pangan, papan secara terbatas.[1]
          Di Indonesia kemiskinan sudah terjadi sejak zaman dahulu dimana Pemerintah Indonesia tidak dapat menekan angka kemiskinan dari tahun ke tahun bahkan kemiskinan sudah menjadi pekerjaan yang serius untuk Pemerintah kita. Banyak cara yang telah dilakukan oleh Pemerintah, tapi untuk menekan atau bahkan mengurangi angka kemiskinan sangatlah sulit. Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya, ternyata tidak sedikit penduduk yang tergolong miskin. Jumlah penduduk miskin tersebut terdiri dari gabungan penduduk di perkotaan dan di perdesaan. Akibatnya krisis jumlah penduduk miskin diperkirakan makin bertambah.

B.     Rumusan Masalah
1.     Apa yang dimaksud dengan Kemiskinan?
2.     Apa saja dimensi dan indikator kemiskinan?
3.     Apa saja jenis-jenis kemiskinan?
4.     Apa faktor penyebab kemiskinan?
5.     Bagaimana cara penanggulangan kemiskinan?

C.     Tujuan
1.     Memahami definisi dari kemiskinan.
2.     Memahami dimensi dan indikator kemiskinan.
3.     Mengetahui jenis-jenis kemiskinan.
4.     Mengetahui faktor-faktor penyebab kemiskinan.
5.     Memahami cara dari penanggulangan kemiskinan.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    DEFENISI KEMISKINAN
Secara mendasar, kemiskinan adalah suatu istilah yang negatif yang mengandung arti kekurangan atau ketiadaan kekayaan materil. Kemiskinan lazimnya digambarkan sebagai gejala kekurangan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Sekelompok anggota masyarakat dikatakan berada di garis kemiskinan jika pendapatan kelompok anggota masyarakat ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, dan tempat tinggal.
Kemiskinan dapat dipahami dalam berbagai cara, di antaranya:
·         Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, dan pelayanan kesehatan.
·         Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat, hal ini termasuk pendidikan dan informasi.
·         Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai.[2]
Definisi kemiskinan menurut Brendley, adalah ketidaksanggupan untuk mendapatkan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sosial yang terbatas, hal ini diperkuat oleh Salim yang mengatakan bahwa kemiskinan biasanya dilukiskan  sebagai  kurangnya  pendapatan untuk memperoleh kebutuhan hidup yang pokok.[3]
Menurut Kartasasmita, kemiskinan adalah masalah dalam pembangunan yang di tandai dengan pengangguran dan keterbelakangan yang kemudian meningkat jadi ketimpangan.[4]
Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi standar tertentu dan kebutuhan dasar, baik makanan maupun bukan makanan.[5]
Menurut Brendley kemiskinan adalah ketidaksanggupan untuk mendapatkan barang-barang dan pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sosial yang terbatas. Hal ini di perkuat oleh salim yang mengatan bahwa kemiskinan biasanya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memperoleh kebutuhan hidup yang pokok.[6]
Menurut Sujogyo, kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yang berada di bawah standar kebutuhan kehidupan minimum yang di tetapkan berdasarkan atas kebutuhan pokok pangan yang membuat orang cukup bekerja dan hidup sehat berdasarkan atas kebutuhan beras dan kebutuhan gizi.[7]
Menurut Oscar Lewis, kemiskinan adalah kondisi seseorang atau kelompok orang yang berada dalam ketidakmampuan untuk memuaskan kebutuhan dan keperluan-keperluan material seseorang.[8]

B.     DIMENSI DAN INDIKATOR KEMISKINAN
1.      Dimensi
Konsep dimensi kemiskinan antara lain dikemukakan oleh David Cox membagi kemiskinan dalam empat dimensi, yaitu :[9]
a.       Kemiskinan yang diakibatkan oleh globalisasi.
b.      Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan.
c.       Kemiskinan sosial, dan
d.      Kemiskinan konsekuensial.
Suharto[10] mengatakan bahwa konsepsi kemiskinan yang multidimensional ini lebih tepat untuk digunakan sebagai pisau analisis dalam mendefinisikan kemiskinan dan merumuskan kebijakan penanganan di Indonesia. Dimensi ekonomi memungkinkan untuk dilakukan pengukuran secara langsung terhadap kemiskinan untuk menetapkan standar baku yang dikenal sebagai garis kemiskinan (line poverty). Dalam konteks politik, kemiskinan didefinisikan sebagai ketidaksamaan kesempatan dalam mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Dimensi sosial psikologis dalam kemiskinan menunjuk pada kurangnya jaringan dan struktur sosial yang dapat mendukung upaya untuk mendapat kesempatan-kesempatan peningkatan produktivitas.
Dimensi-dimensi kemiskinan merupakan faktor-faktor yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Hubungan sebab akibat dan saling mempengaruhi ini kemudian menyebabkan masyarakat terjebak dalam perangkap kemiskinan atau sering disebut juga sebagai lingkaran setan kemiskinan. Pada beberapa kelompok masyarakat miskin mungkin bisa jadi kemiskinan pada awalnya dipicu oleh satu atau dua faktor yang dominan, tetapi kemiskinan tersebut menjadi lebih kronis dan berkelanjutan pada saat dimensi lainnya mengarah pada kondisi yang negatif dan tidak memberikan peluang untuk melakukan perubahan. Sarasutha dan Noor dalam Supadi dan Akhmad Rozany mengatakan bahwa “ketimpangan pendapatan di pedesaan banyak dipengaruhi oleh kondisi agroekosistem setempat”. Wilayah berproduktivitas rendah mempunyai hubungan timbal balik dengan kemiskinan, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat. Oleh karena itu, suatu wilayah yang tingkat produktivitasnya rendah dapat mengakibatkan masyarakatnya miskin. Demikian pula sebaliknya, ketidakmampuan masyarakat mengelola sumber daya mengakibatkan wilayah itu menjadi miskin.
2.      Indikator
Adapun indikator kemiskinan, yaitu sebagai berikut;
1.      Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha.
2.      Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha.
3.      Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar karena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan.
4.      Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas, barusaha apa saja.
5.      Kebanyakan yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai keterampilan.[11]

C.     JENIS-JENIS KEMISKINAN
Menurut    Baswir dan Sumodiningrat, secara sosioekonomis, terdapat dua bentuk kemiskinan, yaitu:
a.       Kemiskinan Absolut: bila pendapatannya di bawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi pangan, sandang, kesehatan, perumahan,  dan  pendidikan   yang   diperlukan  untuk  bisa  hidup dan bekerja.[12]
b.      Kemiskinan Relatif: kemiskinan dilihat berdasarkan perbandingan antara tingkat pendapatan dan tingkat pendapatan lainnya. Di samping itu terdapat bentuk-bentuk kemiskinan yang sekaligus menjadi faktor penyebab kemiskinan (asal mula kemiskinan), yaitu:
1.      Kemiskinan natural, adalah keadaan miskin karena awalnya memang miskin. Menurut Baswir, kemiskinan natural adalah kemiskinan yang di sebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti karena sakit, usia lanjut atau karena bencana alam.
2.      Kemiskinan kultural, mengacu pada sika hidup seseorang atau kelompok, masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup dan budaya dimana mereka merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa kekurangan. Kelompok masyarakat seperti ini tidak mau berusaha memperbaiki dan mengubah tingkat kehidupannya. Menurut Baswir, bahwa ia miskin karena faktor budaya seperti malas, tidak disiplin dan boros.
c.       Kemiskinan struktural, adalah kemiskinan yang di sebabkan oleh faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi aset produksi yang tidak merata, korupsi  dan  kolusi, serta tatanan ekonomi dunia yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu.[13]

D.    FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN
Menurut    faktor  yang    melatarbelakanginya,  akar     penyebab kemiskinan dapat di bedakan menjadi dua kategori, yaitu:
1.      Kemiskinan Alamiah
Yakni kemiskinan yang timbul sebagai akibat sumber-sumber daya yang langka jumlahnya dan karena tingkat perkembangan teknologi yang rendah. Artinya faktor-faktor yang menyebabkan suatu masyarakat menjadi miskin adalah secara alami memang ada, dan  bukan bahwa akan ada kelompok atau individu di dalam masyarakat tersebut yang lebih miskin dari yang lain.
2.      Kemiskinan Buatan
Yakni kemiskinan yang terjadi karena struktur sosial yang ada membuat anggota atau kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata.  Menurut Selo Soemardjan, yang dimaksud dengan kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang di derita oleh suatu golongan masyarakat, karena struktur sosial masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka.
Ciri utama dari kemiskinan struktural ialah tidak terjadinya kalaupun terjadi sifatnya lamban sekali apa yang disebut mobilitas sosial vertikal. Menurut pendekatan struktural, faktor penyebabnya adalah terletak pada kungkungan struktural sosial yang menyebabkan mereka kekurangan hasrat untuk meningkatkan taraf hidup mereka.
Ciri lain dari kemiskinan struktural adalah timbulnya ketergantungan yang kuat pihak si miskin terhadap kelas sosial- ekonomi di atasnya. Menurut Mohtar Mas’ud, adanya ketergantungan inilah yang selama ini besar dalam memerosotkan kemampuan si miskin untuk bargaining dalam dunia hubungan sosial yang sudah timpang antara pemilik tanah dan penggarap, antara majikan dan buruh.[14]
Faktor penyebab kemiskinan juga banyak dihubungkan dengan beberapa hal berikut:
1.      Penyebab individual, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin.
2.      Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dan pendidikan keluarga.
3.      Penyebab subbudaya, yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari, atau dijalankan dalam lingkungan sekitar.
4.      Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi.
5.      Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.

E.     PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Strategi dan program untuk menangani kemiskinan memang terus di bahas oleh pemerintah, beberapa program telah di laksanakan di lapangan, antara lain melalui pemberian bantuan dana IDT (Inpres Desa Tertinggal), PDM-DKE (Program Pemberdayaan Masyarakat Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi), JPS (Jaring Pengaman Sosial), P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan), BLT (Bantuan Langsung Tunai), dan program untuk menangani kemiskinan lainnya, membangun infrastruktur di pemukiman kumuh, pengembangan model pembangunan kawasan terpadu termasuk melaksanakan dan meningkatkan kualitas program pembangunan.
Untuk sebagian berbagai bantuan dan program yang diupayakan pemerintah memang cukup bermanfaat. Namun harus di akui bahwa upaya penanggulangan kemiskinan yang dilakukan hingga kini masih belum membuahkan hasil yang memuaskan.[15]
Secara umum, program strategis yang dapat dijalankan untuk menanggulangi kemiskinan adalah:
1.      Membuka peluang dan kesempatan berusaha bagi orang miskin untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan ekonomi.
2.      Kebijakan dan program untuk memberdayakan kelompok miskin.
Kemiskinan memiliki sifat multidimensional, oleh karena itu maka penanggulangannya tidak cukup hanya menggunakan pendekatan ekonomi, akan tetapi juga mengandalkan kebijakan dan program dibidang sosial, politik, hukum, dan kelembagaan. Selama ini pendekatan pemerintah dalam mengatasi kemiskinan baik di tingkat nasional, regional, maupun lokal umumnya adalah dengan menerapkan pendekatan ekonomi semata. Ada kesan kuat bahwa dimata pemerintah masalah kemiskinan sepertinya hanya dipahami sebagai sebuah persoalan kekurangan pendapatan. Kelihatan pula di berbagai program yang dilaksanakan pemerintah umunya hanya berusaha memberikan bantuan di bidang permodalan.
3.      Kebijakan dan program yang melindungi kelompok miskin.
4.      Kebijakan dan program untuk memutus pewarisan kemiskinan antar generasi, hak anak dan peranan perempuan. Kemiskinan seringkali diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya. Karena itu, rantai pewarisan kemiskinan harus di putus. Meningkatkan pendidikan dan peranan perempuan dalam keluarga adalah salah satu kunci memutus rantai kemiskinan.
5.      Kebijakan dan program penguatan Otonomi Desa dapat menjadi ruang yang memungkinkan masyarakat desa dapat menanggulangi sendiri kemiskinannya.[16]


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa masalah dasar pengentasan kemiskinan bermula dari sikap pemaknaan kita terhadap kemiskinan. Kemiskinan adalah suatu hal yang alami dalam kehidupan, yang berarti bahwa semakin meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka kebutuhan pun akan semakin banyak. Pengentasan masalah kemiskinan ini bukan hanya kewajiban dari pemerintah, melainkan masyarakat pun harus menyadari bahwa penyakit sosial ini adalah tugas dan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat. Ketika terjalin kerja sama yang romantis baik dari pemerintah, non pemerintah dan semua ini masyarakat. Dengan digalakkannya hal ini, kemungkinan kemiskinan akan mencapai hasil yang seminimal mungkin.

B.     Kritik dan Saran
Demikianlah makalah tentang “Kemiskinan” yang telah Kami paparkan. Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu kritik yang membangun dari pembaca sangat Kami harapkan untuk perbaikan. Harapan Kami, semoga makalah ini dapat memberi pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua.



DAFTAR PUSTAKA
Bagong Suyanto, 2013. Anatomi Kemiskinan Dan Strategi Penanganannya.
Malang: In- TRANS Publishing.
Chriswardani Suryawati, 2005. Jurnal Memahami Kemiskinan Secara
Multidimensional.
Elly M. Setiadi, Usman Kolip, 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta
Dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya.
Cet ke 2. Jakarta: Kencana.
Nano Prawoto, 2009. Jurnal Ekonomi Dan Studi Pembangunan 9.
Ninik Sudarwati, 2009. Kebijakan Pengentasan Kemiskinan: Mengurang Kegagalan
Penanggulangan Kemiskinan. Malang: Intimedia.
Oscar Lewis dalam Parsudi Suparlan, 1994. Kemiskinan Di Perkotaan.
Jakarta: Sinar Harapan.
PNPM Mandiri. 2008. Deklarai dan Rekomendasi serta Temu Nasional. Jakarta.
Suharto, Edi. 2006. Membangaun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung:
Refika Aditama.



[1]  PNPM Mandiri. Deklarai dan Rekomendasi serta Temu Nasional. (Jakarta: 2008), hlm. 57
[2] Elly M. Setiadi, Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta Dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya. Cet ke-2 (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 792-793.
[3] Ninik Sudarwati, Kebijakan Pengentasan Kemiskinan: Mengurang Kegagalan Penanggulangan Kemiskinan (Malang: Intimedia, 2009), hlm. 22-23
[4] Ibid, hlm. 22
[5] Elly M. Setiadi, Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta Dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya. Cet ke-2 (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 791-792
[6] Ibid, hlm. 795
[7] Bagong Suyanto, Anatomi Kemiskinan Dan Strategi Penanganannya. (Malang: In- TRANS Publishing, 2013), hlm. 4
[8] Oscar Lewis dalam Parsudi Suparlan, Kemiskinan Di Perkotaan (Jakarta: Sinar Harapan: 1994), hlm. 200
[9] Suharto, Edi. Membangaun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. (Refika Aditama. Bandung, 2006), hlm. 132 – 133
[10] Ibid, hlm. 133
[11] Elly M. Setiadi, Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta Dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya. Cet ke-2 (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 791
[12] Chriswardani Suryawati, Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional, (Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan 08, No, 03, 2005), hlm. 122
[13] Ibid, hlm. 797
[14] Bagong Suyanto, Anatomi Kemiskinan Dan Strategi Penanganannya, (Malang: In- TRANS Publishing, 2013), hlm. 8-11
[15] Ibid, hlm. 15
[16] Nano Prawoto, Jurnal Ekonomi Dan Studi Pembangunan 9, (No 1 2009), hlm. 65-66

Tidak ada komentar:

Posting Komentar