KEMISKINAN
Dosen Pembimbing : Zulhafizh, M.Pd.
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Ilmu
Kependudukan
OLEH:
Muhammad Mauladi NIM : 11840114094
Nisa Lidesbesd NIM
: 11840124060
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2019/2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan
penyusunan makalah Ilmu Kependudukan dengan judul "Kemiskinan" tepat
pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu
tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini
dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah
selanjutnya.
Pekanbaru, 04 September 2019
Kelompok 6
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 2
C. Tujuan............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 3
A.
DEFENISI KEMISKINAN.......................................................................................... 3
B.
DIMENSI DAN INDIKATOR
KEMISKINAN......................................................... 5
C.
JENIS-JENIS KEMISKINAN..................................................................................... 7
D.
FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN..................................................................... 9
E. PENANGGULANGAN KEMISKINAN................................................................... 11
BAB III PENUTUP................................................................................................................. 14
A. KESIMPULAN........................................................................................................... 14
B. SARAN......................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.
Kemiskinan
merupakan suatu masalah klasik dan fenomenal sepanjang sejarah Negara Indonesia
sebagai suatu Negara kesatuan. Tidak ada persoalan yang lebih besar selain persoalan kemiskinan. Dengan persoalan
kemiskinan ini telah menyebabkan jutaan anak-anak yang tidak dapat
mengenyam pendidikan yang berkualitas,
kesulitan dalam membiayai kesehatan, kurangnya pemerintah memberikan perhatian
khusus kepada masyarakat miskin, semakin meningkatnya jumlah pengagguran yang
disebabkan karena lapangan pekerjaan yang semakin minim dan jumlah pertumbuhan
penduduk semakin meningkat, serta kurangnya jaminan sosial oleh pemerintah
terhadap perlindungan masyarakat miskin yang menyebabkan jutaan rakyat yang
kekurangan dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan secara terbatas.[1]
Di Indonesia kemiskinan sudah terjadi sejak zaman dahulu
dimana Pemerintah Indonesia tidak dapat menekan angka kemiskinan dari tahun ke
tahun bahkan kemiskinan sudah menjadi pekerjaan yang serius untuk Pemerintah
kita. Banyak cara yang telah dilakukan oleh
Pemerintah, tapi untuk menekan atau bahkan mengurangi angka kemiskinan
sangatlah sulit. Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya,
ternyata tidak sedikit penduduk yang tergolong miskin. Jumlah penduduk miskin
tersebut terdiri dari gabungan penduduk di perkotaan dan di perdesaan. Akibatnya krisis
jumlah penduduk miskin diperkirakan makin bertambah.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan Kemiskinan?
2.
Apa saja dimensi dan
indikator kemiskinan?
3.
Apa
saja jenis-jenis kemiskinan?
4.
Apa faktor penyebab
kemiskinan?
5.
Bagaimana
cara penanggulangan kemiskinan?
C.
Tujuan
1. Memahami definisi dari
kemiskinan.
2. Memahami dimensi dan indikator
kemiskinan.
3. Mengetahui jenis-jenis kemiskinan.
4. Mengetahui faktor-faktor penyebab kemiskinan.
5. Memahami cara dari penanggulangan kemiskinan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFENISI KEMISKINAN
Secara mendasar, kemiskinan adalah suatu istilah yang
negatif yang mengandung arti kekurangan atau ketiadaan kekayaan materil.
Kemiskinan lazimnya digambarkan sebagai gejala kekurangan pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang pokok.
Sekelompok anggota masyarakat dikatakan berada di garis kemiskinan jika pendapatan kelompok anggota masyarakat
ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, dan tempat tinggal.
Kemiskinan dapat dipahami
dalam berbagai cara, di antaranya:
·
Gambaran
kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari,
sandang, dan pelayanan kesehatan.
·
Gambaran
tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan
ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat, hal ini termasuk pendidikan dan informasi.
Definisi kemiskinan
menurut Brendley, adalah ketidaksanggupan untuk mendapatkan barang-barang dan
pelayanan-pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sosial yang terbatas,
hal ini diperkuat oleh Salim yang mengatakan bahwa kemiskinan biasanya
dilukiskan sebagai kurangnya
pendapatan untuk memperoleh kebutuhan hidup yang pokok.[3]
Menurut Kartasasmita,
kemiskinan adalah masalah dalam pembangunan yang
di tandai dengan pengangguran dan keterbelakangan yang kemudian
meningkat jadi ketimpangan.[4]
Menurut
BPS (Badan Pusat Statistik), kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi
standar tertentu dan kebutuhan dasar, baik makanan maupun bukan makanan.[5]
Menurut
Brendley kemiskinan adalah ketidaksanggupan untuk mendapatkan barang-barang dan
pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sosial yang
terbatas. Hal ini di perkuat oleh
salim yang mengatan bahwa kemiskinan
biasanya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memperoleh kebutuhan
hidup yang pokok.[6]
Menurut Sujogyo,
kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yang berada di bawah standar
kebutuhan kehidupan minimum yang di tetapkan berdasarkan atas kebutuhan pokok
pangan yang membuat orang cukup bekerja dan hidup sehat berdasarkan atas
kebutuhan beras dan kebutuhan gizi.[7]
Menurut Oscar Lewis, kemiskinan adalah kondisi
seseorang atau kelompok orang yang berada dalam ketidakmampuan untuk memuaskan
kebutuhan dan keperluan-keperluan material seseorang.[8]
B. DIMENSI DAN INDIKATOR KEMISKINAN
1.
Dimensi
Konsep dimensi kemiskinan antara lain dikemukakan oleh
David Cox membagi kemiskinan dalam empat dimensi, yaitu :[9]
a.
Kemiskinan yang
diakibatkan oleh globalisasi.
b.
Kemiskinan yang berkaitan
dengan pembangunan.
c.
Kemiskinan sosial, dan
d. Kemiskinan konsekuensial.
Suharto[10] mengatakan bahwa konsepsi kemiskinan yang
multidimensional ini lebih tepat untuk digunakan sebagai pisau analisis dalam
mendefinisikan kemiskinan dan merumuskan kebijakan penanganan di Indonesia.
Dimensi ekonomi memungkinkan untuk dilakukan pengukuran secara langsung
terhadap kemiskinan untuk menetapkan standar baku yang dikenal sebagai garis
kemiskinan (line poverty). Dalam konteks politik, kemiskinan didefinisikan
sebagai ketidaksamaan kesempatan dalam mengakumulasikan basis kekuasaan sosial.
Dimensi sosial psikologis dalam kemiskinan menunjuk pada kurangnya jaringan dan
struktur sosial yang dapat mendukung upaya untuk mendapat kesempatan-kesempatan
peningkatan produktivitas.
Dimensi-dimensi kemiskinan merupakan faktor-faktor yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi. Hubungan sebab akibat dan saling
mempengaruhi ini kemudian menyebabkan masyarakat terjebak dalam perangkap
kemiskinan atau sering disebut juga sebagai lingkaran setan kemiskinan. Pada
beberapa kelompok masyarakat miskin mungkin bisa jadi kemiskinan pada awalnya
dipicu oleh satu atau dua faktor yang dominan, tetapi kemiskinan tersebut menjadi
lebih kronis dan berkelanjutan pada saat dimensi lainnya mengarah pada kondisi
yang negatif dan tidak memberikan peluang untuk melakukan perubahan. Sarasutha
dan Noor dalam Supadi dan Akhmad Rozany mengatakan bahwa “ketimpangan
pendapatan di pedesaan banyak dipengaruhi oleh kondisi agroekosistem setempat”.
Wilayah berproduktivitas rendah mempunyai hubungan timbal balik dengan
kemiskinan, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat. Oleh karena itu, suatu
wilayah yang tingkat produktivitasnya rendah dapat mengakibatkan masyarakatnya
miskin. Demikian pula sebaliknya, ketidakmampuan masyarakat mengelola sumber
daya mengakibatkan wilayah itu menjadi miskin.
2.
Indikator
Adapun
indikator kemiskinan, yaitu sebagai berikut;
1.
Tidak
memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri
seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha.
2. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh
aset produksi dengan kekuatan sendiri seperti untuk memperoleh tanah garapan
atau modal usaha.
3. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai
tamat sekolah dasar karena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan.
4. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas, barusaha apa saja.
C. JENIS-JENIS KEMISKINAN
Menurut Baswir dan
Sumodiningrat, secara sosioekonomis, terdapat dua bentuk kemiskinan, yaitu:
a.
Kemiskinan
Absolut: bila pendapatannya di bawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk
memenuhi pangan, sandang, kesehatan, perumahan,
dan
pendidikan yang diperlukan untuk bisa
hidup dan bekerja.[12]
b. Kemiskinan Relatif: kemiskinan dilihat
berdasarkan perbandingan antara tingkat pendapatan dan
tingkat pendapatan lainnya. Di samping itu terdapat bentuk-bentuk kemiskinan yang sekaligus menjadi faktor penyebab
kemiskinan (asal mula kemiskinan), yaitu:
1.
Kemiskinan
natural, adalah keadaan miskin karena awalnya memang miskin. Menurut Baswir,
kemiskinan natural adalah kemiskinan yang di
sebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti karena sakit, usia lanjut atau karena bencana alam.
2. Kemiskinan kultural, mengacu pada sika hidup seseorang
atau kelompok, masyarakat yang disebabkan
oleh gaya hidup dan budaya dimana mereka merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa kekurangan. Kelompok masyarakat seperti ini tidak mau
berusaha memperbaiki dan mengubah tingkat kehidupannya. Menurut Baswir, bahwa ia miskin karena faktor budaya seperti malas,
tidak disiplin dan boros.
c. Kemiskinan struktural, adalah kemiskinan yang
di sebabkan oleh faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak
adil, distribusi aset produksi yang tidak merata, korupsi dan
kolusi, serta tatanan ekonomi dunia yang cenderung menguntungkan
kelompok masyarakat tertentu.[13]
D. FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN
Menurut faktor yang melatarbelakanginya, akar penyebab kemiskinan
dapat di bedakan menjadi dua kategori, yaitu:
1.
Kemiskinan
Alamiah
Yakni
kemiskinan yang timbul sebagai akibat sumber-sumber daya yang langka jumlahnya dan karena tingkat
perkembangan teknologi yang rendah. Artinya faktor-faktor yang menyebabkan
suatu masyarakat menjadi miskin adalah secara alami memang ada, dan bukan bahwa akan ada kelompok atau individu
di dalam masyarakat tersebut yang lebih
miskin dari yang lain.
2. Kemiskinan Buatan
Yakni
kemiskinan yang terjadi karena struktur sosial yang ada membuat anggota atau
kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas
secara merata. Menurut Selo Soemardjan, yang dimaksud dengan kemiskinan struktural
adalah kemiskinan yang di derita oleh suatu golongan masyarakat, karena
struktur sosial masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber
pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka.
Ciri
utama dari kemiskinan struktural ialah tidak terjadinya kalaupun terjadi
sifatnya lamban sekali apa yang
disebut mobilitas sosial vertikal. Menurut pendekatan struktural, faktor
penyebabnya adalah terletak pada kungkungan struktural sosial yang menyebabkan
mereka kekurangan hasrat untuk meningkatkan taraf hidup mereka.
Ciri lain
dari kemiskinan struktural adalah timbulnya ketergantungan yang kuat pihak si
miskin terhadap kelas sosial- ekonomi di atasnya. Menurut Mohtar Mas’ud, adanya
ketergantungan inilah yang selama ini besar dalam memerosotkan kemampuan si
miskin untuk bargaining dalam dunia
hubungan sosial yang sudah timpang
antara pemilik tanah dan penggarap, antara majikan dan buruh.[14]
Faktor
penyebab kemiskinan juga banyak dihubungkan dengan beberapa hal berikut:
1.
Penyebab
individual, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau
kemampuan dari si miskin.
2. Penyebab keluarga, yang menghubungkan
kemiskinan dan pendidikan keluarga.
3. Penyebab subbudaya, yang menghubungkan
kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari, atau dijalankan dalam
lingkungan sekitar.
4. Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan
sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi.
5. Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari
struktur sosial.
E. PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Strategi
dan program untuk menangani kemiskinan memang terus di bahas oleh pemerintah,
beberapa program telah di laksanakan di lapangan, antara lain melalui pemberian
bantuan dana IDT (Inpres Desa Tertinggal), PDM-DKE (Program Pemberdayaan
Masyarakat Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi), JPS (Jaring Pengaman Sosial), P2KP
(Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan), BLT (Bantuan Langsung
Tunai), dan program untuk menangani kemiskinan lainnya, membangun infrastruktur
di pemukiman kumuh, pengembangan model pembangunan kawasan terpadu termasuk
melaksanakan dan meningkatkan kualitas program pembangunan.
Untuk
sebagian berbagai bantuan dan program yang diupayakan pemerintah memang cukup
bermanfaat. Namun harus di akui bahwa upaya penanggulangan kemiskinan yang
dilakukan hingga kini masih belum membuahkan hasil yang memuaskan.[15]
Secara
umum, program strategis yang dapat dijalankan untuk menanggulangi kemiskinan
adalah:
1.
Membuka
peluang dan kesempatan berusaha bagi orang miskin untuk berpartisipasi dalam
proses pembangunan ekonomi.
2. Kebijakan dan program untuk memberdayakan
kelompok miskin.
Kemiskinan
memiliki sifat multidimensional, oleh karena itu maka penanggulangannya tidak
cukup hanya menggunakan pendekatan ekonomi, akan tetapi juga mengandalkan
kebijakan dan program dibidang sosial, politik, hukum, dan kelembagaan. Selama
ini pendekatan pemerintah dalam mengatasi kemiskinan baik di tingkat nasional, regional, maupun lokal
umumnya adalah dengan menerapkan pendekatan ekonomi semata. Ada kesan kuat
bahwa dimata pemerintah masalah kemiskinan sepertinya hanya dipahami sebagai
sebuah persoalan kekurangan pendapatan. Kelihatan pula di berbagai program yang dilaksanakan pemerintah umunya
hanya berusaha memberikan bantuan di bidang permodalan.
3. Kebijakan dan program yang melindungi kelompok miskin.
4. Kebijakan dan program untuk memutus pewarisan
kemiskinan antar generasi, hak anak dan peranan perempuan. Kemiskinan
seringkali diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya. Karena itu, rantai
pewarisan kemiskinan harus di putus. Meningkatkan pendidikan dan peranan perempuan dalam keluarga adalah
salah satu kunci memutus rantai kemiskinan.
5. Kebijakan dan program penguatan Otonomi Desa
dapat menjadi ruang yang memungkinkan masyarakat desa dapat menanggulangi
sendiri kemiskinannya.[16]
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
latar belakang, perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa masalah dasar pengentasan kemiskinan bermula dari sikap
pemaknaan kita terhadap kemiskinan. Kemiskinan adalah suatu hal yang alami dalam kehidupan, yang
berarti bahwa semakin meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka
kebutuhan pun akan semakin banyak. Pengentasan masalah kemiskinan ini bukan
hanya kewajiban dari pemerintah, melainkan masyarakat pun harus menyadari bahwa
penyakit sosial ini adalah tugas dan tanggung jawab bersama pemerintah dan
masyarakat. Ketika terjalin kerja sama yang romantis baik dari pemerintah, non
pemerintah dan semua ini masyarakat. Dengan digalakkannya hal ini, kemungkinan
kemiskinan akan mencapai hasil yang seminimal mungkin.
B. Kritik dan Saran
Demikianlah makalah tentang “Kemiskinan” yang telah Kami paparkan. Kami menyadari makalah ini jauh dari
kata sempurna maka dari itu kritik yang membangun dari pembaca sangat Kami
harapkan untuk perbaikan. Harapan Kami, semoga makalah ini dapat memberi
pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Bagong Suyanto, 2013. Anatomi
Kemiskinan Dan Strategi Penanganannya.
Malang: In- TRANS Publishing.
Chriswardani
Suryawati, 2005. Jurnal
Memahami
Kemiskinan Secara
Multidimensional.
Elly M. Setiadi, Usman Kolip, 2011. Pengantar
Sosiologi Pemahaman Fakta
Dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya.
Cet ke
2. Jakarta: Kencana.
Nano Prawoto,
2009. Jurnal Ekonomi
Dan Studi Pembangunan 9.
Ninik Sudarwati, 2009. Kebijakan Pengentasan Kemiskinan: Mengurang Kegagalan
Penanggulangan Kemiskinan. Malang: Intimedia.
Oscar Lewis dalam Parsudi Suparlan, 1994. Kemiskinan Di Perkotaan.
Jakarta: Sinar Harapan.
PNPM Mandiri. 2008. Deklarai dan Rekomendasi
serta Temu Nasional. Jakarta.
Suharto, Edi. 2006. Membangaun
Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung:
Refika Aditama.
[2] Elly M. Setiadi, Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta Dan Gejala Permasalahan Sosial:
Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya. Cet ke-2 (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 792-793.
[3]
Ninik Sudarwati, Kebijakan Pengentasan
Kemiskinan: Mengurang Kegagalan Penanggulangan Kemiskinan (Malang:
Intimedia, 2009), hlm. 22-23
[5]
Elly M. Setiadi, Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta Dan
Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya. Cet ke-2 (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 791-792
[7]
Bagong Suyanto, Anatomi Kemiskinan Dan
Strategi Penanganannya. (Malang:
In- TRANS Publishing, 2013), hlm. 4
[8]
Oscar Lewis dalam Parsudi Suparlan, Kemiskinan
Di Perkotaan (Jakarta: Sinar Harapan: 1994), hlm. 200
[9] Suharto, Edi. Membangaun
Masyarakat Memberdayakan Rakyat. (Refika Aditama.
Bandung, 2006), hlm. 132 – 133
[11] Elly M. Setiadi, Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta Dan Gejala Permasalahan Sosial:
Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya. Cet ke-2 (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 791
[12] Chriswardani Suryawati, Memahami
Kemiskinan Secara Multidimensional, (Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan 08, No, 03, 2005), hlm. 122
[14] Bagong Suyanto, Anatomi
Kemiskinan Dan Strategi Penanganannya, (Malang: In- TRANS Publishing,
2013), hlm. 8-11

Tidak ada komentar:
Posting Komentar