Selasa, 08 Agustus 2017

Rasyid Ridha Dan Mustafa Kemal Attaturk



RASYID RIDHA DAN MUSTAFA KEMAL ATTATURK
D
I
S
U
S
U
N


OLEH KELOMPOK 4 :

Ø Muhammad Mauladi

MADRASAH ALIYAH NEGRI 1 INHIL
2017/2018


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah SKI dengan judul " RASYID RIDHA DAN MUSTAFA KEMAL ATTATURK" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.


Tembilahan, 14 Agustus 2017



Kelompok 2


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
A.     LATAR BELAKANG.................................................................................................... 1
B.     RUMUSAN MASALAH............................................................................................... 1
C.     TUJUAN........................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 2
A.     SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA............................................................... 2
a.      Biografi Singkat...................................................................................................... 2
b.      Latar Belakang Pendidikan.................................................................................. 2
c.      Pemikiran Rasyid Ridha....................................................................................... 3
d.      Karya-Karya Rasyid Rida...................................................................................... 5
e.      Kemajuan Dan Kemunduran................................................................................ 6
B.     MUSTAFA KEMAL ATTATURK.............................................................................. 7
a.      Biografi Singkat...................................................................................................... 7
b.      Pemikiran dan Politik Mustafa Kemal Attaturk................................................. 9
c.      Gerakan pembaruan Mustafa Kemal Attaturk di Turki.................................. 12
d.      Berakhirnya Mustafa Kemal Attaturk................................................................ 13
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 15
A. KESIMPULAN....................................................................................................... 15
B. SARAN.................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. iv






BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG
Lahirnya gerakan pembaharuan dipengaruhi oleh kemunduran dunia islam yang mencangkup dalam berbagai bidang, baik bidang keagamaan, social, dan intelektual.
Merajalelanya bid’ah dan khurafat yang mengotori akidah, sehingga sebagian dari ulam Islam buta terhadap sinar islam yang orisinil yang terkandung dalam Al- Qur’an dan Sunnah.
Maka lahirlah para pembaharu dalam Islam yang menyerukan agar umat Islam kembali kepada al- Qur’an dan hadits, meninggalkan sikap jumud menuju sikap dinamis, menjauhkan syirik, bid’ah dan khurafat menuju aqidah yang shalih, dan memanfaatkan akal yang tinggi.
Menurut Fazlur Rahman, gerakan pembaharuan dalam islam muncul pada abad ke- 17, 18 dan 19 pada dasarnya menunjukan karakteristik yang sama seperti pemikiran ibnu Taimiyah, bahwa gerakan tersebut mengedepankan rekonstruksi social- moral masyarakat islam dan sekaligus mengoreksi sufisme yang terlalu menekankan individu dan mangabaikan masyarakat.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Siapa itu Rsyid Ridha?
2.      Siapa itu Mustafa Kemal Ataturk?
3.      Apa saja pemikiran Rasyid Ridha?
4.      Bagaimana pemikiran Mustafa Kemal Ataturk?

C.     TUJUAN
1.      Memahami siapa itu Rsyid Ridha?
2.      Memahami siapa itu Mustafa Kemal Ataturk?
3.      Memahami apa saja pemikiran Rasyid Ridha?
4.      Memahami bagaimana pemikiran Mustafa Kemal Ataturk?







BAB II
PEMBAHASAN

A.     SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA
a.      Biografi Singkat
Sayyid Muhammad Rasyid Ridha adalah murid dari Muhammad Abduh ia dilahirkan di Qalmun wilayah pemerintahan Tarablus Syam pada tahun 1282 H/1865 M. Dia adalah Muhammad Rasyid Ibn Ali Ridha Ibn Muhammad Syamsuddin Ibn Muhamad Bahauddin Ibn Manla Ali Khalifah.
Keluarganya dari keturunan terhormat berhijrah dari Bagdad dan menetap di Qalmun. Kelahirannya tepat pada 27 Jumadil Tsani tahun 1282 H/18 Oktober tahun 1865 M. Kota kelahirannya adalah daerah dengan tradisi kesalehan Sunni yang kuat, tempat tarekat-tarekat memainkan peranan aktifnya. Ayah dan Ibu Sayyid Sayyid Muhammad Rasyid Ridha berasal dari keturunan al-Husayn putra Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah, Putri Rasulullah itu sebabnya Sayyid Muhammad Rasyid Ridha menyandangg gelar al-sayyid di depan namanya dan sering menyebut tohoh-tokoh ahl al-bayt seperti Ali ibn Abi Thalib, al-Husyan dan Ja’far al –Shadiq dengan Jadduna (nenek moyang kami).
Setelah berjuang dengan segala kecerdasan dan kemampuan yang ada padanya untuk kemajuan dan kejayaan Islam, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha berpulang ke rahmatullah dalam usia 70 tahun pada kamis, 23 Jumadil al-Ula 1354 H/ 22 Agustus 1935 M

b.      Latar Belakang Pendidikan
Semasa kecilnya (usia tujuh tahun) , Rasyid Ridha dimasukkan oleh orang tuanya ke madrasah tradisional di desanya, Qalamun, untuk belajar membaca Alquran, belajar menulis, dan berhitung. Berbeda dengan anak-anak seusianya, Rasyid kecil lebih sering menghabiskan waktunya untuk belajar dan membaca buku daripada bermain, dan sejak kecil memang ia telah memiliki kecerdasan yang tinggi dan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan.
Sayyid Muhammad Rasyid Ridha memperoleh pendidikan yang lebih modern di Madrasah Ibtidaiyyah al –Rusydiyyah di Tripoli. Di madrasah itu diajarkan ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu tauhid, ilmu fiqih, ilmu bumi dan matematika. Bahasa pengantar adalah bahasa turki, karena madrasan ini adalah milik pemerintah yang bertujuan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang akan menjadi pegawai pemerintahan Turki Usmani. Oleh karena enggan menjadi pegawai pemerintah, Rasyid Ridha kemudian keluar dari madrasah al –Rusydiyyah setelah lebih kurang satu tahun belajar di sana. Selanjutnya, pada tahun 1299 atau 1300 H, Rasyid Ridha memasuki Madrasah Wathaniyyah Islamiyyah yang didirikan dan dipimpin oleh Syekh Husayn al-Jisr seorang ulama besar Libanon yang telah dipengaruhi oleh ide-ide pembaruan yang digulirkan oleh Sayyid Jamal al-Din al-Afghani dan Syekh Muhammad Abduh. Sang gurulah yang telah banyak berjasa dalam menumbuhkan semangat ilmiah dan ide pembaruan dalam diri Rasyid Ridha di kemudian hari. Di antara pikiran gurunya yang sangat berpengaruh adalah pernyataan bahwa satu-satunya jalan yang harus ditempuh umat Islam untuk mencapai kemajuan adalah memadukan pendidikan agama dan pendidikan umum dengan metode modern.
Hal tersebut didasari kenyataan sekolah-sekolah yang didirikan bangsa Eropa saat ini banyak diminati oleh para pelajar dari seluruh penjuru dunia, padahal tidak disajikan pelajaran agama di dalamnya. Namun, Rasyid Ridha tidak dapat lama belajar di sekolah ini karena sekolah tersebut terpaksa ditutup setelah mendapat hambatan politik dari pemerintah Kerajaan Usmani. Untuk tetap melanjutkan studinya, dia pun pindah ke salah satu sekolah agama yang ada di Tripoli. Meskipun sudah pindah sekolah, tetapi hubungan Ridha dengan guru utamanya saat di Madrasah Al-Wathaniyyah Al-Islamiyyah terus berlanjut. Selain belajar pada syekh Husayn al-Jisr, Rasyid Ridha juga pernah belajar pada ulama-ulama besar yang lain, seperti Syekh ‘Abdulghani al-Rafi’i, Syekh Muhammad al-Qawaqiji, dan Syekh Mahmud Nasyabah. Kepada Syekh ‘Abdulghani al-Rafi’i, Syekh Muhammad al-Qawaqiji Rasyid Ridha belajar ilmu-ilmu bahasa Arab beserta sastranya dan tasawuf, sedangkan pada syekh Mahmud Nasyabah ia belajar fiqh al-Syafi’i dan hadits. Berkat didikan syekh Mahmud Nasyabah itulah pula, Rasyid Ridha kelak menjadi seorang pakar fiqh dan pakar hadits.

c.      Pemikiran Rasyid Ridha
a)      Dalam Bidang Teologi
1.      Akal dan Wahyu
            Menurut Rasyid Ridha, dalam masalah ketuhanan menghendaki agar urusan keyakinan mengikuti petunjuk dari wahyu. Sungguhpun demikian, akal tetap diperlukan untuk memberikan penjelasan dan argumentasi terutama kepada mereka yang masih ragu-ragu.
2.      Sifat Tuhan
            Dalam menilai sifat Tuhan, di kalangan pakar teologi Islam terjadi perbedaan pendapat yang sangat signifikan, terutama dari kalangan Mu’tazilah dan Asy’ariyah. Mengenai masalah ini, Rasyid Ridha berpandangan sebagaimana pandangan kaum Salaf, menerima adanya sifat-sifat Tuhan seperti yang dinyatakan oleh nash, tanpa memberikan tafsiran maupun takwil.
3.      Perbuatan Manusia
            Pembahasan teologi tentang perbuatan manusia bertolak dari pertanyaan apakah manusia memiliki kebebasan atas perbuatannya (freewill) atau perbuatan manusia hanyalah diciptakan oleh Tuhan (Predistination). Perbuatan manusia menurut Rasyid Ridha sudah dipolakan oleh suatu hukum yang telah ditetapkan Tuhan yang disebut Sunatullah, yang tidak mengalami perubahan.
4.      Konsep Iman
            Rasyid Ridha mempunyai dasar pemikiran bahwa kemunduran umat Islam disebabkan keyakinan dan amal perbuatan mereka yang telah menyimpang dari ajaran Islam. Pandangan Rasyid Ridha mengenai keimanan didasarkan atas pembenaran hati (tasdiq) bukan didasarkan atas pembenaran rasional.

b)      Dalam Bidang Pendidikan
Di antara aktivitas beliau dalam bidang pendidikan antara lain membentuk lembaga pendidikan yang bernama “al-Dakwah Wal Irsyad” pada tahun 1912 di Kairo. Mula-mula beliau mendirikan madrasah tersebut di Konstantinopel terutama meminta bantuan pemerintah setempat akan tetapi gagal, karena adanya keluhan-keluhan dari negeri-negeri Islam, di antaranya Indonesia, tentang aktivitas misi Kristen di negeri-negeri mereka. Untuk mengimbangi sekolah tersebut dipandang perlu mengadakan sekolah misi Islam :
1.      Muhammad Rasyid Ridha juga merasa perlu dilaksanakannya ide pembaharuan dalam bidang pendidikan. untuk itu ia melihat perlu ditambahkan ke dalam kurikulum mata-mata pelajaran berikut: teologi, pendidikan moral, sosiologi, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, ilmu hitung, ilmu kesehatan, bahasa-bahasa asing dan ilmu mengatur rumah tangga (kesejahteraan keluarga), yaitu disamping fiqh, tafsir, hadits dan lain-lain yang biasa diberikan di Madrasah-madrasah tradisional.
2.      Pandangan Terhadap Ijtihad
Rasyid Ridha dalam beristimbat terlebih dahulu melihat nash, bial tidak ditemukan di dalam nash di dalam nash, ia mencari pendapat sahabat, bila terdapat pertentangan ia memilih pendapat yang paling dekat dengan dengan Al-Qur’an dan Sunnah dan bila tidak ditemukan, ia berijtihad atas dasar Al-Qur’an dan Sunnah.
Dalam hal ini, Rasyid Ridha melihat perlu diadakah tafsir modern dari Al-Qur’an yaitu tafsiran yang sesuai dengan ide-ide yang dicetuskan gurunya, Muhammad Abduh. Ia menganjurkan kepada Muhammad Abduh supaya menulis tafsir modern. Kuliah-kuliah tafsir itu dimulai pada tahun 1899 dan keterangan-keterangan yang diberikan oleh Muhammad Abduh dalam kuliahnya inilah yang kemudian dikenal dengan tafsir al-Manar.

c)      Dalam bidang Politik
Dalam bidang politik, Muhammad Rasyid Rida juga tidak ketinggalan, sewaktu beliau masih berada di tanah airnya, ia pernah berkecimpung dalam bidang ini, demikian pula setelah berada di Mesir, akan tetapi gurunya Muhammad ‘Abduh memberikan nasihat agar ia menjauhi lapangan politik. Namun nasihat itu diturutinya hanya ketika Muhammad ‘Abduh masih hidup,  dan setelah ia wafat, Muhammad Rasyid Rida aktif kembali, terutama melalui majalah al-Manar.

d.      Karya-Karya Rasyid Rida
Majalah al-Manar mulai terbit pada tanggal 22 Syawal 1315 H/ 15 Maret 1898 M. Pada mulanya majalah tersebut terbit dalam bentuk tabloid. Majalah tersebut dapat diterbitkan Rasyid Ridha seorang diri hingga akhir hayatnya. Tafsir Al-Qur’an karya Rasyid Ridha itu berjudul Tafsir al-Qur’an al Hakim (Tafsir Al-Manar), Selama al-Manar terbit, sebayak 34 jilid besar dan setiap jilidnya berisi 1000 halaman telah terkumpul seluruhnya.
Karya-karya yang dihasilkan semasa hidup Rasyid Ridha pun cukup banyak. Antara lain   :
1.      Tarikh Al-Ustadz Al-Imama Asy-Syaikh ‘Abduh (Sejarah Hidup Imam Syaikh Muhammad Abduh)
2.      Nida’ Li Al-Jins Al-Latif (Panggilan terhadap Kaum Wanita)
3.      Al-Wahyu Muhammad (Wahyu Allah yang diturunkan kepada Muhammad SAW)
4.      Yusr Al-Islam wa Usul At-Tasyri’ Al-‘Am (Kemudahan Agama Islam dan dasar-dasar umum penetapan hukum Islam)
5.      Al-Khilafah wa Al-Imamah Al-Uzma (Kekhalifahan dan Imam-imam besar)
6.      Muhawarah Al-Muslih wa Al-Muqallid (dialog antara kaum pembaharu dan konservatif)
7.      Zikra Al-Maulid An-Nabawiy (Peringatan Kelahiran Nabi Muhammad SAW), dan
8.      Haquq Al-Mar’ah As-Salihah (hak-hak wanita Muslim).

e.      Kemajuan Dan Kemunduran
1.       Kemajuan
a)      Dalam dunia pendidikan
Rasyid Ridha berpendapat, untuk mencapai kemajuan dan menghadapi beratnya tantangan dunia modern maka umat Islam harus memadukan pendidikan agama dan pendidikan umum dengan menggunakan  metode Eropa serta membangun lembaga pendidikan.
Rasyid Ridha menganjurkan umat Islam, harus memadukan pendidikan agama dan pendidikan umum dengan menggunakan metode Eropa, dikarenakan pada masa itu umat Islam lebih cenderung membahas masalah-masalah agama dan melupakan pendidikan umum. Itulah yang menyebabkan umat Islam mundur, karena pendidikan agama pada masa itu banyak masyarakat yang bersifat taqlik tanpa mau mengkaji lebih dalam tentang hal tersebut. Umat Islam tidak mau membuka cakrawala berfikir, mereka hanya sibuk memikirkan masalah Ibadah dan akhirat saja.
Oleh sebab itu, diperlukan adanya lembaga pendidikan yang mengarahkan umat Islam untuk berfikir kritis dan mau mempelajari ilmu umum, berupa sains dan teknologi serta ilmu-ilmu lainnya. Rasyid Ridha memang mengajak umat Islam untuk menggunakan metode Barat tetapi dia juga memperingatkan umat Islam untuk tidak mengikuti peradaban Barat beserta ajakan untuk mempelajari ilmu-ilmu Barat. Dikarenakan peradaban Barat dan ilmu-ilmu Barat tidak mencerminkan adanya nilai-nilai keIslaman.
b)      Dibidang agama
 Menurut Rasyid, umat Islam akan maju apabila meninggalkan segala khurafat dan bid’ah yang selama ini membelenggunya serta membrantas taqlid, membebaskan fikiran daripada kepercayaan jelek, tahyul dan memperbaharui tekad ke arah memantapkan solidaritas dan merapatkan perselisihan mazhab serta kembali kepada ajaran Islam sebenarnya dengan menggali kembali teks al-Qur’an dan Hadis.
Rasyid Ridha yang menganjurkan umat Islam harus menggali kembali teks al-Qur’an dan Hadis. Agar menjadikan umat Islam mampu berfikir kritis dan tidak bersifat taqlik dan mampu untuk menghasilkan para pemikir serta ulama yang berilmu dan mempunyai wawasan yang luas. Sehingga perselisihan mazhab dapat dihilangkan.
Dan mampu menyebarluaskan metode-metode yang baru dalam penafsiran al-Qur’an,  menyebarluaskan fatwa-fatwa kontemporer dan menetapkan al-Qur’an antara fiqih kontemporer dan fiqih ahkam. Serta mampu memberikan penerangan kepada umat tentang perbedaan antara agama dan tradisi.
Dibidang politik, Negara yang dianjurkan Rasyid Ridha ialah negara dalam bentuk kekhalifahan. Kepala negara dibantu oleh ulama-ulama pembantu. Khalifah hendaklah seorang mujtahid, karena ia mempunyai kekuatan legislatif. Di bawah kekhalifahan seperti inilah kesatuan dan kemajuan umat dapat tercapai.

2.      Kemunduran
Rasyid Ridha mempunyai dasar pemikiran bahwa kemunduran umat Islam disebabkan keyakinan dan amal perbuatan mereka yang telah menyimpang dari ajaran Islam. Pandangan Rasyid Ridha mengenai keimanan didasarkan atas pembenaran hati (tasdiq) bukan didasarkan atas pembenaran rasional.

B.     MUSTAFA KEMAL ATTATURK
a.      Biografi Singkat
Mustafa dilahirkan pada 1881 di Kota Salonika, Yunani sekarang. Orang tuanya berasal dari keluarga religious dan menginginkan supaya Mustafa besar dalam suasana religious pula. Ayahnya, Ali Riza adalah pegawai rendahan dikantor pemerintah kota tersebut, sementara ibunya Zubayda adalah seorang perempuan yang memiliki rasa keberagamaan yang dalam. Semula ibunya mengirim Mustafa ke Madrasah, tetapi ia tidak merasa betah dan melawan gurunya.
Orangtuanya pun kemudian memindahkannya kesekolah dasar modern di Salonika. Selanjutnya karena tertarik dengan lapangan militer atas usahanya sendiri. dilapangan militer  inilah agaknya jalur hidup Mustafa. Berturut-turut kemudian ia melanjutkan pendidikan pada sekolah latihan militer di Manstir dan sekolah tinggi militer di Istanbul. Pada 1905 ia menyelesaikan pendidikan pada sekolah latihan militer dengan pangkat kapten.
Karena kecerdasannya Mustafa mendapatkan gelar tambahan “Kemal” (yang sempurna) dibelakang namanya, sehingga namanyapun menjadi Mustafa Kemal. Ini karena kemampuannya yang luarbiasa dalam bidang matematika disekolah tinggi tersebut. Atas jasanya pula membawa Turki menjadi bangsa yang modern ia memperoleh gelar “Ataturk” (Bapak Turki).
Setelah menyelesaikan pendidikan militernya, Mustafa mengalihkan perhatian totalnya pada lapangan politik. Untuk menambah wawasan keilmuan dan mengasah naluri politiknya ia belajar bahasa perancis dan banyak membaca karya-karya pemikir politik perancis seperti Volteire, Rosseou, dan August Comte.
Pada masa studinya, Kemal menghadapi kenyataan penguasa Turki ketika itu, Sultan Abdul Hamid, yang despotik dan absolut serta cenderng anti pembaruan. Sultan mengekang kebebasan berpendapat. Para Mahasiswa diawasi secara ketat. Demikian juga Mustafa Kemal yang saat itu tidak senang dengan pemerintahan Sultan Hamid. Namun demikian, tekanan ini tidak membuat Kemal gentar. Ia malah membentuk gerakan tanah dan menerbitkan surat kabar rahasia yang ditulis tangan. Gerakan ini mendukung kritikan terhadap penguasa dan menolak absolutisme sultan, namun akhirnya akibat gerakannya Kemal ditangkap dan dijebloskan kedalam penjara. Selanjutnya diasingkan ke Suriah.
Sebagai orang politik, naluri politiknya tidak pernah hilang ketika dipengasingan ia membentuk perkumpulan Vatan (tanah air) bersama dengan teman-temannya. Perkumpulan ini diharapkan menjadi motor bagi revolusi di Turki. Karena itu ia terus mengembangkan perkumpulan ini dan membuka cabang dikota-kota Timur Tengah seperti Jaffa, Beirut, dan Yerusalem. Dalam perkembangannya Kemal selanjutnya mendirkan vatan di Salonika, kota kelahirannya. Nama perkumpulan ini kemudian disempurnankan menjadi Vatan Ve Hurriyet Cemiyeti (perkumpulan tanah air dan kemerdekaan).
Dalam lapangan militer Kemal memperlihatkan sosoknya sebagai komandan perang yang tangguh ia membawa tentara Turki memenangkan pertempuran perang melawan Italia (1911-1912), perang Dardanella (1915), perang kaukasus (1916), dan perang Palestina (1917). Pada 1917, Kemal diangkat menjadi panglima devisi ke-19 dan insektur tentara di Erzurrum.
Kemal meninggal tanggal 10 November 1938 dengan membawa perubahan signifikan bagi bangsa Turki dan sekaligus meninggalkan kontroversi didunia islam. Ia dipuji oleh bangsa Turki sebagai bapak Turki yang membebaskan Turki dari belenggu Depotisme penguasa kerajaan Turki Utsmani dan sekutu. Namun sebaliknya, ia dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas sekularisasi di dunia Islam.



b.      Pemikiran dan Politik Mustafa Kemal Attaturk
Mustafa Kemal melihat bahwa pemerintahan Turki utsmani bukan type ideal pemerintahan modern. Sultan berkuasa mutlak dan tidak dibatasi oleh hukum. Tidak ada parlemen yang mengontrol kekuasaan sultan. Selain itu dalam hubungan dengan barat (sekutu) sultan juga tidak berdaya menghadapi kekuatan barat yang sedikit demi sedikit menguasai kekuasaan Turki Utsmani.
Untuk masalah yang pertama Kemal melakukan gerakan anti pemerintah melalui perkumpulan Vatan-nya. Adapun untuk yang kedua Kemal dengan berani melawan barat (sekutu) dan berhasil merebut kembali wilayah kekuasaan Turki dari sekutu. Kemal pun menjadi terkenal di kalangan masyarakat Turki dan dianggap sebagai pahlawan. Ia mendapat dukungan dan simpati dari masyarakat Turki.
Pada 1920 Kemal dan kawan-kawan membentuk Majelis Nasional Agung. Dalam sidangnya di Ankara, Majelis sepakat memilih Kemal menjadi ketuanya. Inilah awal langkah Kemal menjadi seorang Presiden untuk melakukan upaya-upaya pembaruan yang telah lama dicita-citakannya. Posisi Kemal semakin kuat dan akhirnya dunia internasional pun mengakui eksistensi Kemal sebagai penguasa Turki. Dalam sidangnya yang pertama, Majelis Nasional Agung memutuskan hal-hal penting, yaitu:
1)      Kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat Turki.
2)      Perwakilan rakyat tertinggi berada ditangan majlis Nasional Agung.
3)      Majlis Nasional Agung berfungsi sebagai lembaga legislative dan eksekutif sekaligus.
4)      Tugas pemerintahan dilakukan oleh Majelis Negara yang anggotanya dipilih dari Majelis Nasional Agung.
5)      Ketua Majlis Nasional Agung merangkap jabatan sebagai ketua Majlis Negara.
Dalam pemikiran Kemal, Turki Utsmani tidak maju karna terdapat hubungan yang erat antara Islam dan negara. Penguasa Utsmani waktu itu menggunakan dua gelar sekaligus untuk kekuasaannya, yaitu gelar khalifah untuk kekuasaan agama dan gelar sultan untuk kekuasaan politik (duniawi). Bagi Kemal, ikut campurnya Islam dalam berbagai lapangan publik, termasuk politik, telah membawa kepada kemuduran Islam. Kemal membandingkan bahwa barat berani meninggalkan agama dari lapangan politik dan melakukan sekularisasi sehingga melahirkan peradaban yang tinggi. Karena itu, kalau Turki mau maju dan modern, tidak ada jalan lain kecuali meniru barat dengan melakukan sekularisasi juga. Masyarakat Turki harus diubah menjadi Barat.
Kemenangan tentara Mustafa Kemal pada Agustus 1922 menandai berakhirnya perang Turki dan berdirinya republik. Sebagai realisasi dari gagasannya, dibawah kepemimpinan Kemal, republik baru memulai serangkaian reformasi radikal yang berfungi untuk mengubah Turki menjadi negara sekular modern. Dengan mengikuti model laicite Perancis (laiklik dalam bahasa Turki), para pendukung gerakan Kemal berusaha untuk membatasi peran agama hanya sebagai peran keagamaan privat yang terpisah dari ruang publik.
Mustafa Kemal, memandang bahwa keberadaan khalifah yang menjadi peninggalan sejarah seperti itu akan mengancam kedaulatan nasional republik yang baru berdiri. Kelompok ini menganggap usulan untuk menjadikan khalifah sebagai pemimpin agama internasional sebagai sesuatu yang tidak mungkin. Karena menurut kelompok ini, institusi kekhalifahan bukanlah institusi yang benar-benar Islami melainkan penyesuaian dari pemerintahan kesultanan.
Kelompok ini tidak menerima kemungkinan pendefinisian ulang institusi kekhalifahan dalam konteks Islam dan juga tidak percaya bahwa pendefinisian ulang itu adalah sesuatu yang diinginkan. Mereka bahkan melihatnya sebagai mimpi yang tidak berguna, yang mungkin tidak bisa dicapai oleh republik baru.
Pada Februari 1924, dibicarakanlah di Majlis Nasional Agung tentang masalalah ini. Akhirnya pada 3 Maret 1924, disetujuilah penghapusan Khalifah. Khalifah Abdul Majdid sebagai penguasa terakhir dinasti Turki Utsmani beserta keluarganya diperintahkan untuk meninggalkan Turki. Ia pun pergi ke Swiss. Inilah akhir riwayat Turki Utsmani yang pernah Berjaya sejak 1300 M dan digantikan dengan Republik Turki Modern oleh Mustafa Kemal.
Meskipun mendapatkan tantangan yang sangat kuat, Kemal tetap bersikukuh menjalankan gerakan sekularisasinya(tidak ada campur tangan agama atau mazhab agama seseorang dalam bentuk apapun atau agama ( Mazhab agama ) seseorang itu tidak boleh menjadi perintang untuk memperoleh hak kemanusiaannya)
Pada tahun-tahun berikutnya rezim baru mulai membubarkan sejumlah tarekat (1925), melarang pemakaian tutup kepala khas dinasti Utsmani (fez) bagi laki-laki, menghalangi perempuan untuk memakai kerudung, dan mengadopsi kalender Gregorian sebagai satu-satunya kalender resmi. Pada 1926, hukum pidana baru yang berdasarkan model Swiss mulai diadopsi (1926). Pengadopsian ini menandai berakhirnya hubungan negara dengan syari’ah sekaligus dimulainya pengenalan undang-undang pernikahan dan sipil. Pada 1928 negara mulai mendeklarasikan diri sebagai negara sekular, Islam tidak lagi dianggap sebagai agama resmi negara (1928) dan alphabet Turki yang sudah dilatinkan pun mulai diadopsi. Hari minggu ditetapkan sebagai libur mingguan resmi pada 1935. Menghapus tugas parlemen dalam menerapkan hukum Islam (1928), menggantikan aksara Arab dengan Aksara Latin (1928), menetapkan sumpah sekular untuk Anggota Majlis Nasional Agung (1928).
Bentuk sekularisme kemal ini dirancang agar negara bisa mengontrol agama, bukan semata-mata menyingkirkannya dari ruang publik. Menurut Harun Nasution, sekularisasi yang dilakukan oleh Kemal tidak sampai menghilangkan agama dan Kemal tidak berhasil membuat Turki lepas sama sekali dari ikatan Agama karena rakyatnya masih memegang teguh Islam.
Semangat religiositas masyarakat Turki yang begitu dalam tidak serta merta dapat dihapuskan dengan sekularisasi Kemal. Disisi lain negara juga membutuhkan lembaga-lembaga Islam. Penting untuk dicatat bahwa gerakan ini tidak dimotifasi oleh ateisme maupun oleh pandangan anti-islam.
Mustafa Kemal selalu menekankan kesetiaannya pada Islam. Pada 1923, misalnya ia menyatakan “Agama kita adalah agama yang paling masuk akal dan alami. Karena itulah agama kita menjadi agama yang terakhir. Agama yang alami harus sesuai dengan akal, ilmu pengetahuan, dan logika. dan agama kita memang memenuhi persyaratan itu”. Jadi usaha Kemal untuk mensekularkan Turki lebih dimotifasi oleh pragmatisme dan keinginan untuk menghilangkan model negara Dinasti Utsmani termasuk menghapuskan penerapan syariah yang telah digunakan oleh Eropa sebagai alasan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam negri Turki.
Ia melihat bahwa penghapusan symbol-simbol lama itu merupakan langkah yang penting bagi Turki agar bisa menjadi negri yang benar-benar independen dari hegemoni dan campur tangan Barat. Ia bahkan menganggap reformasi yang dilakukannya sebagai upaya untuk melindungi Islam, untuk memisahkan agama yang suci dari politik yang kotor. Kemal dan pendukungnya beranggapan bahwa pengadopsian norma dan institusi modern memang mengharuskan dikorbankannya beberapa pemahaman Agama tradisioanal. Dan hanya itulah cara bagi umat Islam agar terus bertahan secara terhormat dalam dunia modern ini.
Satu langkah penting yang diambil dari proses ini adalah mengontrol ulama dan tarekat sufi melalui berbagai cara termasuk menetapkan undang-undang mengenai penyatuan sistem undang-undang, mengenai penyatuan sistem pendidikan yang menjadi landasan hukum bagi penutupan seluruh madrasah dan pelimpahan seluruh urusan pendidikan pada kekuasaan kementrian pendidikan. Pemakaian baju tradisional ulama juga dilarang, dan mereka tidak lagi diperbolehkan untuk memakai gelar yang melambangkan otoritas keagamaan seperti “alim” atau “syekh”. Pada 1928, pengadopsian alfabet Roma dan pelarangan pengajaran bahasa Arab dan Persia dilakukan untuk menghancurkan hubungan kultural dan intelektual antara Dinasti utsmani lama dan Dunia Islam modern.
Usaha-usaha ini juga menandakan bahwa ulama tidak lagi memainkan peran signifikan dalam masyarakat. Pengetahuan yang mereka kuasai dan wakili dipandang tidak lebih sebagai peninggalan masalalu dan hambatan bagi usaha negara untuk menghadirkan modernitas dalam masyarakat Turki. Kesempatan mereka untuk bekerja dengan pengetahuan dan pengalaman pendidikan yang mereka miliki kini terbatas pada masjid dan institusi-institusi keagamaan. Karena institusi-institusi itupun dikontrol dan dibiayai oleh negara, independensi ulama pun dilumpuhkan secara efektif. Kelas intelektual lama tergantikan oleh kelas intelektual baru yang berusaha untuk memutuskan ikatan masalalu dan membangun negara dengan budaya sekular baru. Sebagai contoh institut negara Turki mulai menulis sejarah Turki dan Institut bahasa Turki menyusun ulang bahasa Turki.
c.      Gerakan pembaruan Mustafa Kemal Attaturk di Turki
Secara bertahap namun pasti, Mustafa Kemal melakukan pembaharuan/ reformasi. Kebijakan-kebijakan Mustafa Kemal diantaranya:
1)      Undang-undang tentang Unifikasi dan Sekulerisasi Pendidikan, tanggal 3 Maret 1924.
2)      Undang-undang tentang Kopiyah, tanggal 25 November 1925.
3)      Undang-undang tentang Pemberhentian Petugas Jamaah dan Makam, Penghapusan Lembaga Pemakaman, tanggal 30 November 1925.
4)      Peraturan sipil tentang Perkawinan, tanggal 17 Februari 1926 (mengadopsi UU Perdata Swiss 1926)
5)      Undang-undang Penggunaan Huruf Latin untuk Abjad Turki dan Penghapusan Tulisan Arab, tanggal 1 November 1928, dan
6)      Undang-undang Larangan Penggunaan Pakaian Asli, tanggal 13 Desember 1934. 

Kebijakan-kebijakan Mustafa Kemal yang lain adalah:
1)      Penghapusan Jabatan Kesultanan, tanggal 1 November 1922.
2)      Penghapusan Jabatan Khalifah 3 Maret 1924.
3)       Lembaga Wakaf dihapus dan dikuasakan kepada KUA.
4)      Memperkenalkan bangku gereja dan jam kamar ke dalam masjid, tahun 1928
5)      Mengharuskan orang sholat menggunakan sepatu dan bahasa Turki.
6)      Meletakkan alat musik barat di dalam masjid serta digunakan sebagai iringan sholat.
7)      Seluruh warga Turki diharuskan menggunakan nama kecil sebagaimana berlaku pada pola nama barat, tahun 1935

            Sungguhpun demikian, kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Mustafa Kemal yang bisa dikatakan sangat radikal tersebut telah mengundang sejumlah reaksi. Reaksi yang paling keras ditunjukkan oleh kalangan Islam konservatif. Gerakan sekulerisasi Turki oleh Mustafa Kemal berakhir seiring dengan meninggalnya beliau. Proses sekulerisasi sempat dilanjutkan oleh Ismet Inonu, seorang Presiden pengganti Mustafa Kemal.
Sungguhpun demikian, rakyat Turki tetaplah rakyat Turki, yang tidak bisa menggoyahkan akar Islam yang sudah terpatri dalam hati mereka. Memang secara politis, Negara Turki mempunyai pandangan bahwa mereka adalah bagian yang tak terpisahkan dari peradaban barat, tapi secara kultural, mereka tetap mempertahankan jati diri mereka yang tak bisa terlepas dari Islam. Walaupun Turki dinyatakan sebagai negara sekuler, Islam tetap berakar kuat di hati masyarakat Turki. Ini terbukti para petani yang hidup di pedesaan yang merupakan tiga perempat dari seluruh penduduk Turki tetap merupakan orang-orang muslim yang shaleh. Pengaruh Islam juga masih terlihat pada kaum buruh dan pedagang-pedagang kecil. Hal ini membuktikan bahwa sekulerisasi tidak tumbuh subur di masyarakat Turki yang punya akar ke Islam-an yang kuat.

d.      Berakhirnya Mustafa Kemal Attaturk
1.      Tentang Konspirasi Mustafa Kemal Untuk Menjadi Pemimpin Turki
Turki sedang goncang setelah kalah di Perang Dunia I. Di saat yang carut marut seperti ini, muncul sosok yang digadang bakal mampu menyelamatkan Turki dari keterpurukan. Mustafa Kemal, merangkak sedikit demi sedikit hingga akhirnya menuju puncak.
Sebelum menjadi Bapaknya orang Turki, diketahui Mustafa melakukan intrik-intrik khusus. Misalnya memposisikan dirinya sebagai pahlawan dengan mengusir Inggris dan Yunani dari tanah Turki. Terkesan heroik, tapi ada yang aneh dari upaya ini. Hal tersebut adalah ketika Kemal mengusir bangsa penjajah tanpa perlawanan bersenjata. Sungguh hal yang mustahil. Dari sini banyak yang kemudian menganggap jika ada semacam kerja sama terselubung antara pihak Kemal, Inggris dan Yunani untuk melakukan skenario tersebut.
2.      Kemal Menghancurkan Kekhalifahan
Naiknya Kemal menimbulkan konsekuensi yang buruk bagi kekhalifahan. Ya, tidak mungkin ada dua pemimpin saat itu. Dan rakyat sendiri sepertinya cenderung untuk memilih Kemal. Lalu, akhirnya direalisasikanlah rencana penumbangan Khalifah yang sudah berdiri ratusan tahun itu.
Sultan dilucuti dari kekuasannya dengan sangat hina. Ia dilucuti dari tampuk kepemimpinan, diusir dari Turki beserta keluarganya, serta menyita kekayaan untuk diberikan kepada negara. Langkah ini mendapatkan kecaman dari Muslim dunia. Berbagai usaha dilakukan untuk tetap mempertahankan kekhalifahan, namun pada akhirnya tak mampu terselamatkan.
3.      Mustafa Kemal yang Diduga Membenci Islam
Sub judul ini mungkin kontroversial, tapi hal tersebut bukanlah sekedar tuduhan semata. Mustafa memang Kemal tidak terang-terangan mengatakan membenci Islam, tapi hal tersebut terlihat dari beberapa aturan kontroversial yang pernah diberlakukannya di tanah Turki.
Pertama adalah pemberlakukan adzan berbahasa Turki di masa kekuasaannya. Hal ini tentu saja sangat kontroversial dan mengada-ada. Aturannya, adzan harusnya tetap dalam bahasa Arab, termasuk bacaan-bacaan dalam sholat. Aturan berikutnya yang membuatnya terkesan seolah membenci Islam adalah mulai menghapuskan sistem-sistem yang berbau keislaman di berbagai sisi. Ia kemudian mengadopsi sistem barat sebagai penggantinya.
4.      Rumor Kematian Mustafa Kemal yang Sangat Buruk
Banyak rumor yang mengatakan Mustafa Kemal mendapatkan kematian yang sangat buruk. Menurut cerita, di masa ajalnya ia mengalami sakit yang amat parah. Diduga menderita penyakit dalam dikarenakan alkohol. Perutnya membuncit dan banyak cairan yang keluar dari lubang-lubang tubuhnya.
Keadaannya sungguh sangat miris dan sama sekali tak nampak kegagahannya sebagai sang Bapak Turki. Akhirnya, pada tanggal 10 November 1938, Mustafa Kemal menghembuskan nafas terakhirnya. Makamnya sendiri dibangun teramat megah dan masih rutin dikunjungi banyak orang tiap tahunnya hingga hari ini.
Mustafa Kemal Ataturk, di satu sisi dianggap sebagai pahlawan, tapi bagi sebagian orang ia juga merupakan penjahat besar. Menghilangkan kekhalifahan yang sudah dirintis sejak ratusan tahun lalu dan menjadi simbol kebesaran umat Islam, tentu saja ini adalah sebuah hal gila yang mungkin tak termaafkan. Terlepas dari semua hal buruk yang pernah dilakukannya, Kemal Ataturk tetap menjadi sosok paling dihormati di tanah Turki.










BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Sayyid Muhammad Rasyid Ridha dilahirkan di Qalmun wilayah pemerintahan Tarablus Syam pada tahun 1282 H/1865 M. Dia adalah Muhammad Rasyid Ibn Ali Ridha Ibn Muhammad Syamsuddin Ibn Muhamad Bahauddin Ibn Manla Ali Khalifah. Ayah dan Ibu Sayyid Sayyid Muhammad Rasyid Ridha berasal dari keturunan al-Husayn putra Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah, Putri Rasulullah itu sebabnya Sayyid Muhammad Rasyid Ridha menyandangg gelar al-sayyid di depan namanya dan sering menyebut tohoh-tokoh ahl al-bayt seperti Ali ibn Abi Thalib, al-Husyan dan Ja’far al –Shadiq dengan Jadduna (nenek moyang kami).
Pengaruh pemikiran Rasyid Ridha dan juga para pemikir lainnya berkembang ke berbagai penjuru dunia Islam, termasuk Indonesia. Ide-ide pembaharu yang dikumandangkan banyak mengilhami semangat pembaruan di berbagai wilayah dunia Islam. Banyak kalangan ulama yang tertarik untuk membaca majalah Al-Manar dan mengembangkan ide yang diusungnya.
Mustafa dilahirkan pada 1881 di Kota Salonika, Yunani sekarang. Ayah bernama Ali Riza dan Ibunya Zubayda. Mustafa merupakan alumnus dari pendidikan militer, yang tertarik dengan dunia politik. Pemikirannya dilator belakangi oleh penguasa Turki, Sultan Abdul Hamid, yang despotik dan absolut serta cenderng anti pembaruan. Sultan mengekang kebebasan berpendapat. Para Mahasiswa diawasi secara ketat.
Sekularisasi yang dilakukan oleh Mustafa sendiri melupakan bahwa HAM setiap warga negaranya untuk melaksanakan aturan agama perlu. Dan negara Indonesia bukan negara sekular ataupun negara agama, melainkan negara Indonesia adalah negara yang tidak menjurus ke dalam kedua bentuk tersebut. Pemerintahan dijalankan berdasarkan Undang-undang Dasar 1945 dan Pancasila.

B.     Kritik dan Saran
Demikianlah makalah tentang Rasyid Ridha dan Mustafa Kemal At-Tatturk yang telah kami paparkan. Kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna maka dari itu kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan. Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberi pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua.





DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Moeslim, Islam Transpormatif, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995)
Ali, Yunasril Perkembangan Pemikiran Falsafi Dalam Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1988)
Asmuni,  Muhammad Yusran, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam, (Surabaya : al-Ikhlas, 1994)
Athaillah, A., Aliran Akidah Tafsîr al-Manar, (Banjarmasin: Balai Penelitian IAIN Antasari, 1990)
Faiz, Fakhruddin, Hermeneutika Qur’ani, Antara Teks, Konteks, dan Kontekstualisasi, ( Yogyakarta : Qalam, 2002)
Harahap, Syahrin, Islam Dinamis : Menggali Nilai-nilai Ajaran Alquran dalam Kehidupan modern di Indonesia, (Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya, 1997)
Muhaimin, Pembaharuan Islam: Repleksi Pemikiran Rasyid Ridha dan Tokoh-Tokoh Muhammadiyah, (Yogyakarta: Pustaka Dinamika, 2000)
Nasution, Harun, Islam Rasional, (Bandung: Mizan, 1998)
Nasution, Harun, Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994)
Shiddieqy, Hasbi Ash-, Sejarah Pengantar Ilmu al-Quran / Tafsir, (Jakarta : Bulan Bintang, 1994)
Shihab,  Muhammad Quraish, Studi Kritis Tafsîr al-Manar, (Bandung : Pustaka Hidayah, 1994)
Amed An-Na’im, Abdullahi, 2007, Islam dan Negara Sekular, Bandung : Mizan Pustaka.
Iqbal, Muhammad, Amin Hasan Nasution, 2010, Pemikiran Politik Islam dari Masa Klasik hingga Indonesia Kontemporer, Jakarta : Kencana.
Munawir Sjadzali, Munawir, 1933, Islam dan Tata Negara, Jakarta : Universitas Indonesia.
Nasution, Harun.1992. Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta : PT BulanBintang.
Thohir, Ajid.2004. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam : Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Amed An-Na’im, Abdullahi, 2007, Islam dan Negara Sekular, Bandung : Mizan Pustaka.
Iqbal, Muhammad, Amin Hasan Nasution, 2010, Pemikiran Politik Islam dari Masa Klasik hingga Indonesia Kontemporer, Jakarta : Kencana.
Munawir Sjadzali, Munawir, 1933, Islam dan Tata Negara, Jakarta : Universitas Indonesia.