Kamis, 16 Desember 2021

HAMBATAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

 

HAMBATAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

 

 

 


 

 

 

 

 

 

 

 

Disusun Oleh:

MTs Negeri 2 Pekanbaru

 

 

 

 

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2 Pekanbaru

2022-2021

 


 

KATA PENGANTAR

         Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga penulis dapat merampungkan penyusunan makalah yang berjudul “Hambatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam”.

         Penyusunan makalah semaksimal mungkin diupayakan dan didukung oleh berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini.

         Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

         Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaarnya dan besar keinginan kami agar dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

 

Tembilahan, 16 Desember 2021

 

 

MTsN 2 Pekanbaru


 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1

A.    Latar Belakang................................................................................................. 1

B.    Rumusan Masalah........................................................................................... 3

C.    Tujuan Penulisan............................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 4

A.    Pembelajaran.................................................................................................... 4

B.    Hakekat Pendidikan IPA................................................................................ 4

C.    Hambatan guru dalam mengajar................................................................... 6

BAB III PEMBAHASAN............................................................................................ 8

A.    Hambatan Dalam Proses Pembelajaran IPA................................................ 8

B.    Faktor-faktor Penghambat Guru IPA........................................................... 8

C.    Solusi Hambatan Guru dalam Pembelajaran IPA..................................... 12

BAB IV PENUTUP.................................................................................................... 16

A.    Kesimpulan..................................................................................................... 16

B.    Saran............................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA


 


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pemerintah dan penyelenggara pendidikan melakukan perbaikan mutu pendidikan secara terus-menerus. Hal ini diperlukan adanya upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya dimulai dari guru, karena guru sebagai pendidik dibarisan terdepan yang tugas dan fungsinya berhubungan langsung dengan siswa, guru mempunyai tugas utama dalam pembelajaran di sekolah untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga berdampak positif dalam pencapaian prestasi belajar siswa.[1]

Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: Tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan modelmodel pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.[2]

Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses memperoleh ilmu dan pengetahuan, penguasaan kecakapan, pembentukan sikap dan kepribadian peserta didik.[3]

Pembelajaran merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu siswa dan dari guru.[4]

Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajran, dan menilai hasil belajar.[5]

Febryana, Marmi dan Ferdy menyatakan penerapan pembelajaran IPA terpadu di SMP saat ini masih mengalami beberapa kendala seperti guruguru IPA SMP yang masih berlatar belakang pendidikan berbeda-beda. Sehingga masih banyak guru yang merasa kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran terpadu. Banyak guru yang belum dapat mengkaitkan dan memadukan materi ajar antar mata pelajaran. Karena guru yang selama ini telah terbiasa mengajar satu mata pelajaran tertentu diharuskan bisa menguasai berbagai macam mata pelajaran.[6]

Marasabessy menyatakan guru sebagai ujung tombak mata pelajaran IPA merupakan subjek utama yang perlu ditingkatkan profesionalnya, agar kualitas pembelajaran meningkat. Hal ini karena kemampuan profesional guru telah resmi dicanangkan oleh pemerintah bahwa profesi guru disejajarkan dengan profesi lainnya sebagai tenaga profesional.[7]

Mutu pendidikan akan selalu menarik perhatian masyarakat. Indonesia karena masa depan bangsa tergantung kepada pendidikan, terutama pada saat memasuki era globalisasi. Mutu pendidikan pada umumnya dan prestasi belajar peserta didik di sekolah pada khususnya merupakan suatu proses interaksi berbagai faktor seperti: guru, siswa, kurikulum, buku, laboratorium, metodologi pengajaran, pengaturan perundang–undangan dibidang pendidikan, dan berbagai masukan serta kondisi proses lainnya.[8]

Melihat latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai “hambatan guru dalam pembelajaran IPA di SMP sederajat Kecamatan Rambah Samo”

 

B.    Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi guru SMP sederajat di Kecamatan Rambah Samo pada pembelajaran IPA?

 

C.    Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hambatan–hambatan guru dalam pembelajaran IPA di SMP sederajat Kecamatan Rambah Samo.


 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pembelajaran

Materi pembelajaran atau bahan ajar (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.[9]

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bertujuan. Tujuan ini harus searah dengan tujuan belajar siswa dan kurikulum. Tujuan belajar pada siswa adalah mencapai perkembangan optimal, yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan demikian tujuan pembelajaran adalah agar siswa mencapai perkembangan optimal dalam ketiga aspek tersebut. Untuk mencapai tujuan yang sama itu, siswa melakukan kegiatan belajar, sedangkan guru melakukan pembelajaran. Kedua kegiatan tersebut saling melengkapi untuk mencapai tujuan yang sama.[10]

Kata “Pembelajaran” adalah terjemahan dari “Instruction’’ yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-wholistik, yang menempatkan peserta didik sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah peserta didik mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti bahan-bahan cetak, program televisi, media gambar, audio dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peran guru dalam mengelola proses pembelajaran, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.[11]

 

B.    Hakekat Pendidikan IPA

Ilmu pengetahuan alam atau sains adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.[12]

Hakekat ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan makna alam dan berbagai fenomena/ perilaku/karakteristik yang dikemas menjadi sekumpulan teori dan konsep melalui serangkaian proses ilmiah yang dilakukan manusia. Teori maupun konsep yang terorganisir ini menjadi sebuah inspirasi terciptanya teknologi yang dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia. Pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan autentik.[13]

Ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya.

Tujuan IPA di sekolah menengah pertama sederajat diantaranya agar siswa memiliki kemampuan (1) mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (2) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, (3) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alami.[14]

IPA terpadu merupakan sebuah mata pelajaran yang dikemas dalam tema tertentu yang didalamnya membahas perpaduan materi-materi fisika, kimia, dan biologi yang saling memiliki keterkaitan. Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan–kesan tentang hal–hal yang dipelajarinya. Dengan demikian siswa terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari. Keterpaduan dalam pembelajaran IPA dimaksudkan agar pembelajaran IPA lebih bermakna, efektif, dan efisien.[15]

 

C.    Hambatan guru dalam mengajar

Islamuddin menyatakan bahwa hambatan guru yang terjadi di sekolah secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas 2 macam:

1.     Faktor Intern siswa

Faktor Intern siswa meliputi gangguan atau kekurangan kemampuan pisiko-fisik siswa, yakni:

a.      Bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas/ inteligensi siswa

b.     Bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.

c.      Bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan indera pendengaran (mata dan telinga).

2.     2. Faktor ekstern siswa

Faktorn ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar siswa.

a.      Lingkungan keluarga, contohnya: keharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.

b.     Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya wilayah terpencil (slum area), dan teman sepermainan yang nakal.

c.      Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.[16]

Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbulah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya.[17]

Adapun karakteristik siswa yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar antara lain:

a. Latar belakang

pengetahuan dan taraf pengetahuan.

b. Gaya belajar

c. Usia kronologi

d. Tingkat kematangan

e. Spektrum dan ruang lingkup minat

f. Lingkungan sosial ekonomi

g. Hambatan-hambatan lingkungan dan kebudayaan

h. Inteligensia

i. Keselarasan dan attitude

j. Prestasi belajar

k. Motivasi, dan lain-lain.[18]

 


 

BAB III

PEMBAHASAN

A.    Hambatan Dalam Proses Pembelajaran IPA

Proses pembelajaran adalah peristiwa belajar mengajar yang melibatkan antar guru dan siswa dalam berinteraksi untuk mencapai suatu perubahan tingkah laku dari siswa serta membantu siswa untuk memperluas wawasan guna mencapai tujuan pembelajaran.

 

B.    Faktor-faktor Penghambat Guru IPA

1.     Faktor Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupaka suatu hal yang sangat penting dan dibutuhkan sebagai penunjang suatu proses pembelajaran berlangsung. Namun tidak bisa dipungkiri pula dalam segi sarana dan prasarana pada proses pembelajaran IPA ada saja hambatan yang di dapatkan oleh guru.

Menurut Nawawi dalam Ibrahim Bafadal, sarana pendidikan dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu habis tidaknya dipakai, bergerak tidaknya pada saat digunakan dan hubungan dengan proses belajar mengajar.[19]

Sarana pendidikan juga dapat dilihat dari segi fungsi atau perananya dalam proses pembelajaran, sarana pendidikan ditinjau dari fungsi dan perananya terhadap proses pembelajaran yang dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

a.      Alat pelajaran

Alat yang dipergunakan secara langsung oleh guru maupun murid dalam proses belajar mengajar, yaitu dalam bentuk seperti;

1)     Buku-buku, baik buku di perpustakan maupun buku yang terdapat dikelas sebagai buku pegangan guru ataupun buku pelajaran murid.

2)     Alat peraga, yang digunakan oleh guru pada waktu mengajar.

3)     Alat-alat praktek, yang terdapat di laboraturium dan ruang praktek (olahraga, kesenian dan lainnya).

4)     Alat tulis menulis, seperti papan tulis, penghapus, kapur tulis, pensil, karet penghapus dan lainnya.

b.     Alat peraga

Alat peraga ialah alat bantu pendidikan dan pengajaran atau segala sesuatu yang digunakan oleh guru untuk memperagakan (memperjelas) pelajaran agar memudahkan memberi pengertian kepada anak didiknya dari pembuatan yang abstrak sampai kepada yang sangat konkret.

c.      Media pengajaran

Media adalah suatu sarana. Dimana media komunikasi adalah sarana untuk mengadakan penampilan komunikasi seperti halnya surat kabar, radio dan lainnya. Media pengajaran ialah sarana yang digunakan untuk menampilkan pelajaran, dan lebih luasnya lagi disebut sebagai media pendidikan.[20]

Fasilitas sarana dan prasrana seperti laboratorium IPA dan infokus masih dikatakan terbatas

 

2.     Faktor Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran adalah muara dari rencana pembelajaran yang telah disusun dan disiapkan oleh seorang guru sebagai seorang tenaga pendidik. Oleh karena itu, sebagai seorang tenaga pendidik guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dari segi metode dalam mengajar agar santri tidak merasa bosan sehingga santri dapat lebih aktif pada saat pembelajaran berlangsung serta dapat menerima dengan baik informasi yang diberikan dan diarahkan oleh guru sebagai pendidik karena pada hal nya dalam Kurikulum 2013 ini lebih mendominasi siswa ataupun santri yang lebih aktif dalam aktivitas pembelajaran sedangkan guru hanya sebagai fasilitator saja.

Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan konsep integrative science dapat diterapkan mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, sampai kegiatan penutup. Pembelajaran IPA terpadu dapat dilaksanakan melalui model-model pembelajaran inovatif, misalnya model pembelajaran inkuari, siklus belajar atau pemecahan masalah. Strateginya dapat menggunakan pembelajaran kooperatif atau pengajaran langsung. Pendekatan dapat menggunakan keterampilan proses, lingkungan atau STM, metode dapat menggunakan eksperimen, demonstrasi, ceramah dan lain-lain. Langkah-langkah atau sintaksnya dimodifikasi sesuai model keterpaduan yang dipilih dan pendekatan scientific.[21]

Pelaksanaan pembelajaran IPA dimulai dengan menyiapkan siswa untuk menerima materi, guru melakukan Apersepsi, penjelasan tujuan pembelajaran, penyampaian materi melalui media power point dan tayangan video yang didapat dari pencarian di youtube yang disesuaikan dengan materi, siswa mengerjakan lembar kerja, pembahasan dan terakhir adalah evaluasi.

Menurut Daryanto: menjelaskan multimedia pembelajaran dapat dikategorikan ke dalam lima kelompok sebagai berikut: 1) tutorial, 2) drill dan practice, 3) simulasi, 4) percobaan atau eksperimen, dan 5) permainan. Dalam penelitian ini kategori multimedia yang digunakan adalah model simulasi. Model Simulasi, merupakan model yang mencoba menyamai proses dinamis yang terjadi di dunia nyata. Sehingga dengan model simulasi ini peserta didik akan dihadapkan kepada situasi dunia nyata. Pada model simulasi, komputer memberikan petunjuk belajar secara dinamis, interaktif dan perorangan. Melalui simulasi, lingkungan pekerjaan yang kompleks dapat ditata hingga menyerupai dunia nyata.[22]

Pembelajaran IPA pada pelaksanaan Kurikulum 2013 saat ini guru masih menyesuaikan dengan keadaan fasilitas sekolah dan pemahaman siswa, biasanya guru menggunakan metode cermah dan membentuk kelompok serta memberikan space untuk bercerita agar siswa tidak merasa bosan

 

3.     Faktor Pengembangan Bahan Ajar

Pengembangan yang dalam bahasa Inggris disebut development, mempunyai makna pengolahan frase-frase dan motif-motif dengan detail terhadap tema atau yang dikemukakan sebelumnya.[23]

Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik.[24]

Pengembangan bahan ajar memiliki spesifikasi mudah digunakan oleh siswa dan fleksibel dimanapun dan kapanpun. Produk bahan ajar menggandung berbagai elemen pendukung yaitu ilustrasi yang disertai dengan animasi yang relevan dengan kehidppan siswa. Siswa menjadi mudah memahami pembelajaran dengan lebih menyenangkan. Siswa menjadi lebih menyukai pembelajaran. Karena dalam pembelajaran, siswa menggunakan bahan ajar yang baru sehingga siswa mendapatkan penggalaman yang baru dan membekas pada siswa.

Prastowo menerangkan klasifikasi bahan ajar dilihat dari bentuknya, cara kerjanya, dan sifatnya yaitu:

1)     Dilihat dari bentuknya, bahan ajar terbagi menjadi empat: yaitu bahan cetak; bahan ajar dengar; bahan ajar pandang dengar; dan bahan ajar interaktif.

2)     Dilihat dari cara kerjanya, bahan ajar dibagi lima: bahan ajar yang tidak diproyeksikan; bahan ajar yang diproyeksikan; bahan ajar audio; bahan ajar video; dan bahan ajar komputer.

3)     Dilihat dari sifatnya, bahan ajar dibagi empat: bahan ajar berbasis cetak; bahan ajar berbasis tekologi; bahan ajar praktik; dan bahan ajar interaksi manusia.[25]

Depdiknas menjelaskan bahwa fungsi dari bahan ajar adalah sebagai berikut.

a.      Pedoman bagi Guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa.

b.     Pedoman bagi Siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya.

c.      Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.[26]

Masih kurang memahami mengenai komponen penyusunan RPP Kurikulum 2013 maupun pengembangan aspek penilaian tidak sepenuhnya buruk karena guru-guru disana diwajibkan mengikuti pelatihan-pelatihan guru, hanya saja kurang meluaskan pengetahuannya lagi mengenai kurikulum 2013 pada saat ini karena pada dasarnya sekolah ini adalah sekolah pondok dimana lembaga ini tidak mewajibkan untuk menganut kurikulum 2013 ini.

 

C.    Solusi Hambatan Guru dalam Pembelajaran IPA

Bahwa proses pembelajaran IPA di sekolah tersebut berjalan dengan semestinya, namun belum sepenuhnya menyesuaikan dengan kurikulum 2013 yang sudah diterapkan pada tahun 2018

1.     Solusi Sarana dan Prasarana

Proses pembelajaran IPA berlangsung disekolah tersebut, para guru masih kerap melangsungkan pembelajaran ataupun praktikum IPA didalam kelas saja, dengan membawa beberapa alat seperti mikroskop yang ada dilaboratorium kedalam, hal ini dikarenakan laboratorium masih terbatas, baik ruangannya yang hanya tersedia 1 unit untuk digunakan oleh dua jenjang (MTS/MA) serta alat dan bahan yang masih belum lengkap. Keadaan proses pembelajaran yang seperti ini memicu siswa cenderung merasa ngantuk dan bosan dengan pembelajaran IPA. Hal itu menjadi faktor para guru IPA mengalami hambatan dalam proses pembelajaran IPA disekolah tersebut.

Hambatan dalam mengajar pada pembelajaran IPA karena faktor tertentu yaitu salah satunya sarana dan prasarana atau alat-alat maupun laboratorium yang ketersediaannya masih terbatas. Selain dari pada itu, keterbatasan oleh alat proyektor juga menghambat guru dalam mengajar menggunakan metode audio visual. Dalam memecahkan permasalahan dalam hal ini, guru bisa menggantikan laboratorium dengan mengunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai wadah siswa/ santri melakukan praktikum serta menggunakan media bahan asli sebagai bahan praktek dalam pembelajaran IPA. Dengan melakukan hal itu akan lebih memotivasi siswa dalam memahami lebih cepat serta menyenangi pembelajaran IPA sehingga guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dibandingkan jika siswa hanya mendengarkan guru berceramah dalam menjelaskan materi didalam kelas.

Laboratorium sangat bersangkutan dengan pembelajaran IPA, namun jika keterbatasan dalam penggunaan labor bisa digantikan dengan lingkungan hidup sekitar sekolah. Pembelajaran IPA ini identik dengan yang namanya lingkungan hidup, yang dimana lingkungan dapat menunjang suatu pembelajaran IPA. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran yang memperlajari tentang makhluk hidup dan aam sekitar sehingga sangat tepat jika melaksanakan kegiatan pembelajaran di luar kelas.

 

2.     Solusi Pelaksanaan Pembelajaran

Beberapa guru IPA menginginkan menerapkan metode pembelajaran yang menyesuaikan dengan kurikulum 2013 yaitu pendekatan saintifik, namun sejauh ini para guru masih menyesuaikan dengan keadaan sekolah dan keadaan siswa. Guru menerapkan metode ceramah didalam kelas mengakibatkan siswa cenderung pasif serta merasa bosan dengan pembelajaran.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh menunjukan, guru tidak selalu menerapkan metode ceramah tetapi juga bervariasi. Guru juga mengiringi pembelajaran dengan bercerita ataupun sharing mengenai pembelajaran dengan siswa.

Solusi yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran yang menyangkut metode pembelajaran, media pembelajaran serta alokasi waktu. Guru sebaiknya tidak terlalu sering menerapkan metode ceramah didalam kelas, namun gunakanlah metode pembelajaran yang bervariasi dengan menggunakan media pembelajaran yang terlihat lebih menarik dan lebih mudah untuk dipahami oleh siswa dan praktis untuk digunakan didalam kelas, sehingga dapat menciptakan suatu proses pembelajaran yang aktif oleh santri/siswa, dengan begitu guru pun lebih mudah menyesuaikan materi pembelajaran dengan alokasi waktu yang ditetapkan dan menerapkan pendekatan saintifik kepada santri/siswa. Jadi guru tidak hanya menggunakan media gambar saja ataupun media buku paket terlalu sering karena hal itu dapat memicu proses pembelajaran yang pasif didalam kelas sehingga dapat berimbas dengan alokasi waktu yang ada.

Untuk meningkatkan pemahaman santri/siswa terhadap materi pembelajaran, guru bisa menggunakan metode kelompok, dengan membagi beberapa kelompok dengan keragaman tingkat prestasi didalam kelas, dengan begitu santri/siswa yang sulit memahami dapat bekerja sama dan saling bertanya sesama teman kelompok, dengan begitu teman yang sudah paham dapat membantu teman yang belum paham.

Media pembelajaran merupakan alat bantu penting untuk meningkatkan pemahaman siswa. Guru lebih mudah menyampaikan materi jika didukung dengan media pembelajaran yang tepat.

3.     Solusi Pengembangan Bahan Ajar

Guru sudah menggunakan RPP kurikulum 2013 sejak setahun lalu namun bukan berarti guru tidak mengalami kendala apapun. Dengan adanya perubahan kurikulum saat ini akan berimbas dengan komponen-kompnen penyusun pada RPP dan banyaknya aspek penilaian sehingga membuat guru sudah merasa malas dan kurang memahami dengan komponen penyusunnya.

Solusi pemecahan dalam hal ini adalah kembali terhadap kesadaran masing-masing sebagai seorang guru profesional dalam menghadapi perubahan Kurikulum saat ini, pihak sekolah hanya mendorong dalam hal itu, dengan memberikan semua guru-guru pelatihan yang diselenggarakan dua kali dalam setahun yang mewajibkan setiap guru untuk mengikuti dan menghadirinya. Kepala sekolah juga sudah membentuk sebuah tim pengembangan yang direkrut dari staff yang bertugas dalam membantu kesulitan guru dalam mengembangkan RPP.

 

 

 


 

BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan

1.     Proses pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Pkp Al-Hidayah Kota Jambi berjalan sebagaimana mestinya hanya saja belum begitu maksimal dalam penerapan pendekatan saintifik yang di terapkan pada Kurikulum 2013 dikarenakan beberapa faktor yang berasal dari sarana dan prasarana yang masih terbatas, menyebabkan pembelajaran IPA kurang berjalan dengan maksimal dalam penerapan kurikulum yang sedang berjalan.

2.     2. Faktor-faktor hambatan Pembelajaran IPA yang dihadapi Guru di Madrasah Tsanawiyah Pkp Al-Hidayah Kota Jambi yaitu meliputi sarana dan prasrana, pelaksanaan pembelajaran yang meliputi pula metode pembelajaran, media pembelajaran, dan alokasi waktu.

3.     3. Bentuk solusi hambatan mengajar guru IPA di MTs Pkp Al-Hidayah Kota Jambi meliputi antara lain menggunakan dan memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah dan bahan alami yang terdapat disekitar sekolah sebagai bahan praktek, menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi dan menyesuaikan dengan pemahaman santri, menciptakan dan menggunakan media pembelajaran yang beragam dan praktis untuk digunakan didalam kelas jadi tidak hanya menggunakan buku paket dan media gambar saja. Dengan menggunakan media pembelajaran dapat mempersingkat waktu guru dalam menjelaskan materi pembelajaran sehingga alokasi waktu tidak bermasalah.

 

B.    Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, maka peneliti
mengajukan beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan dalam perbaikan hambatan yang dialami guru dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alampada pelaksanaan Kurikulum 2013. Adapun saran yang diberikan oleh penelitiadalah sebagai berikut:

1.     Bagi Kepala Sekolah, Kepala sekolah diharapkan lebih meningkatkan lagi kebutuhan sekolah dalam hal sarana dan prasarana sebagai penunjang dalam proses pembelajaran IPA sehingga membuat guru lebih mudah dalam melangsungkan pembelajaran ataupun praktikum.

2.     Bagi Guru-Guru diharapkan lebih memperhatikan metode pembelajaran agar bervariasikarena tingkat pemahaman santri berbeda-beda maka perlu diadakan metode yang beragam dan sesuai sehingga santri dapat lebih cepat memahami materi yang guru sampaikan serta guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif. Selaindari metode, media pembelajaran sangat penting digunakan saat pembelajaran IPA agar guru lebih mudah dalam mengajar IPA.

3.     Bagi peneliti, penelitian ini masih terbatas pada hambatan guru dalam pembelajaran IPA pada pelaksanaan Kurikulum 2013, untuk itu perlu adanya penelitian lain lebih lanjut dengan ruang lingkup yang lebih luas.


 


DAFTAR PUSTAKA

A. Marasabessy, 2012. Analisis Pengelolaan Pembelajaran yang dilakukan oleh Guru yang Sudah Tersertifikasi dan yang Belum Tersertifikasi pada Pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar, Jurnal Penelitian Pendidikan.

Ahmad Susanto, 2013. Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Brahim Bafadal, 2004. Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi Aksara.

Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung: Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.

Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Nasional.

Dimyati dan Mudjiono, 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Febriyana, M., Marmi, S dan Ferdi, S. R, 2015. Desain Pembelajaran IPA Terpadu pada Siswa SMP dengan 20 Topik Pemanasan Global. Jurnal Radiasi 6.

Febriyana, M., Marmi, S dan Ferdi, S. R. 2015. Desain Pembelajaran IPA Terpadu pada Siswa SMP dengan Topik Pemanasan Global. Jurnal Radiasi 6 (1).

Feri Dwi Hidayanto, 2011. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri Se-Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo, Skripsi Yogyakarta: Fak. Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Firanika, Rayuni. 2010. Aspek Budaya dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Bubulak Kota Bogor Tahun 2010. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UniversitasIslam Negeri Syarif Hidayatullah.

Hardianto, 2012. Belajar dan Pembelajaran. Rokan Hulu: Universitas Pasir Pengaraian.

Indriati. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Konsep Cahaya Melalui Pembelajaran Science-Edutainment Berbantuan Media Animasi. (Jurnal Pendidikan IPA Indonesia: Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNNES Semarang.

Islamuddin, H. 2011. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Khikmatuz Zakiyah, 2015. Pengembangan Bahan Ajar Ipa Berbasis Outdoor Learning Pokok Bahasan Struktur Bagian Tumbuhan Dan Fungsinya, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Komaruddin dan Yooke Tjuparmah S. Komaruddin, 2000. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Kustandi, C dan Bambang, S. 2011. Media Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Mudasir. 2013. Desain Pembelajaran. Air Molek Indragiri Hulu: STAI Nurul Falah Press.

Prastowo, Andy. 2015. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogjakarta: DIVA Press.

Rita Prasetyowati, 2014. Pembelajaran IPA SMP Menurut Kurikulum 2013, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

Rusman, 2012. Model-model Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

S. Abdul, 2014. Profesionalisme Guru dalam Mengimplementasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Kabupaten Nganjuk. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.

Sanjaya, W. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media Grup.

Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Thursinawati. 2015. Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Pemahaman Hakikat Sains Siswa. Jurnal Pendidikan 3 (1).

 



[1] S. Abdul, Profesionalisme Guru dalam Mengimplementasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Kabupaten Nganjuk. (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2014), hlm. 201

[2] Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 1

[3] Hardianto, Belajar dan Pembelajaran. (Rokan Hulu: Universitas Pasir Pengaraian), 2012, hlm. 5-6

[4] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), hlm. 17

[5] Rusman, Op. Cit., hlm. 50

[6] Febriyana, M., Marmi, S dan Ferdi, S. R, Desain Pembelajaran IPA Terpadu pada Siswa SMP dengan 20 Topik Pemanasan Global. (Jurnal Radiasi 6, 2015), hlm. 31

[7] A. Marasabessy, Analisis Pengelolaan Pembelajaran yang dilakukan oleh Guru yang Sudah Tersertifikasi dan yang Belum Tersertifikasi pada Pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar, (Jurnal Penelitian Pendidikan, 2012), hlm. 8

[8] Firanika, Rayuni. Aspek Budaya dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Bubulak Kota Bogor Tahun 2010. (Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UniversitasIslam Negeri Syarif Hidayatullah. 2010), hlm. 72.

[9] Mudasir. Desain Pembelajaran. Air Molek (Indragiri Hulu: STAI Nurul Falah Press. 2013), hlm. 16.

[10] Kustandi, C dan Bambang, S. Media Pembelajaran. (Bogor: Ghalia Indonesia. 2011), hlm. 6.

[11] Sanjaya, W. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. (Jakarta: Prenada Media Grup. 2005), hlm. 68.

[12] Ahmad Susanto, Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hlm. 167

[13] Thursinawati. Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Pemahaman Hakikat Sains Siswa. Jurnal Pendidikan 3(1), hlm. 91.

[14] Indriati. Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Konsep Cahaya Melalui Pembelajaran Science-Edutainment Berbantuan Media Animasi. (Jurnal Pendidikan IPA Indonesia: Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNNES Semarang, 2012), hlm. 193.

[15] Febriyana, M., Marmi, S dan Ferdi, S. R. Desain Pembelajaran IPA Terpadu pada Siswa SMP dengan Topik Pemanasan Global. (Jurnal Radiasi 6 (1). 2015), hlm. 31.

[16] Islamuddin, H. Psikologi Pendidikan. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2011), hlm. 213.

[17] Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2013), hlm. 47.

[18] Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012), hlm. 121.

[19] Brahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 2

[20] Feri Dwi Hidayanto, Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri Se-Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo, Skripsi (Yogyakarta: Fak. Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, 2011), hlm. 16-17

[21] Rita Prasetyowati, Pembelajaran IPA SMP Menurut Kurikulum 2013, (Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta, 2014), hlm. 6

[22] Daryanto. Media Pembelajaran. (Bandung: Sarana Tutorial Nurani Sejahtera. 2011), hlm. 54

[23] Komaruddin dan Yooke Tjuparmah S. Komaruddin, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000), hlm. 186

[24] Khikmatuz Zakiyah, Pengembangan Bahan Ajar Ipa Berbasis Outdoor Learning Pokok Bahasan Struktur Bagian Tumbuhan Dan Fungsinya, (Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015), hlm. 36

[25] Prastowo, Andy. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. (Yogjakarta: DIVA Press. 2015), hlm. 306-309

[26] Depdiknas. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Nasional. 2008), hlm. 6