HAMBATAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Disusun Oleh:
MTs Negeri 2 Pekanbaru
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2 Pekanbaru
2022-2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga penulis
dapat merampungkan penyusunan makalah yang berjudul “Hambatan pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam”.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin
diupayakan dan didukung oleh berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam
penyusunannya. Untuk itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, penulis
menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan
bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis membuka
selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik
demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan
semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaarnya dan besar keinginan
kami agar dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain
yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.
Tembilahan, 16 Desember
2021
MTsN 2 Pekanbaru
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................... 3
C. Tujuan
Penulisan............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 4
A.
Pembelajaran.................................................................................................... 4
B.
Hakekat Pendidikan IPA................................................................................ 4
C.
Hambatan
guru dalam mengajar................................................................... 6
BAB III PEMBAHASAN............................................................................................ 8
A.
Hambatan Dalam Proses Pembelajaran IPA................................................ 8
B.
Faktor-faktor Penghambat Guru IPA........................................................... 8
C.
Solusi Hambatan Guru dalam Pembelajaran IPA..................................... 12
BAB IV PENUTUP.................................................................................................... 16
A. Kesimpulan..................................................................................................... 16
B. Saran............................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pemerintah dan penyelenggara
pendidikan melakukan perbaikan mutu pendidikan
secara terus-menerus. Hal ini
diperlukan adanya upaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan, khususnya dimulai dari guru,
karena guru sebagai pendidik dibarisan
terdepan yang tugas dan fungsinya
berhubungan langsung dengan siswa,
guru mempunyai tugas utama dalam
pembelajaran di sekolah untuk menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan sehingga berdampak
positif dalam pencapaian prestasi
belajar siswa.[1]
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen
yang saling berhubungan satu dengan
yang lain. Komponen tersebut
meliputi: Tujuan, materi, metode, dan
evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut
harus diperhatikan oleh guru dalam memilih
dan menentukan modelmodel pembelajaran apa yang akan digunakan
dalam kegiatan pembelajaran.[2]
Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan
belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses memperoleh ilmu
dan pengetahuan, penguasaan kecakapan, pembentukan
sikap dan kepribadian peserta didik.[3]
Pembelajaran merupakan
peristiwa sehari-hari di sekolah.
Belajar merupakan hal yang kompleks.
Kompleksitas belajar tersebut dapat
dipandang dari dua subjek, yaitu
siswa dan dari guru.[4]
Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan
guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana
seorang guru merencanakan pembelajaran,
melaksanakan kegiatan pembelajran, dan menilai
hasil belajar.[5]
Febryana, Marmi dan Ferdy menyatakan penerapan pembelajaran
IPA terpadu di SMP saat ini masih mengalami
beberapa kendala seperti guru–guru
IPA SMP yang masih berlatar belakang pendidikan
berbeda-beda. Sehingga masih banyak
guru yang merasa kesulitan dalam melaksanakan
pembelajaran terpadu. Banyak guru yang
belum dapat mengkaitkan dan memadukan materi
ajar antar mata pelajaran. Karena guru yang selama
ini telah terbiasa mengajar satu mata pelajaran
tertentu diharuskan bisa menguasai
berbagai macam mata pelajaran.[6]
Marasabessy menyatakan guru sebagai
ujung tombak mata pelajaran IPA merupakan subjek utama yang perlu ditingkatkan
profesionalnya, agar kualitas pembelajaran meningkat. Hal ini karena kemampuan profesional
guru telah resmi dicanangkan oleh pemerintah bahwa profesi guru disejajarkan
dengan profesi lainnya sebagai tenaga profesional.[7]
Mutu pendidikan akan selalu menarik
perhatian masyarakat. Indonesia karena masa depan bangsa tergantung kepada
pendidikan, terutama pada saat memasuki era globalisasi. Mutu pendidikan pada
umumnya dan prestasi belajar peserta didik di sekolah pada khususnya merupakan
suatu proses interaksi berbagai faktor seperti: guru, siswa, kurikulum, buku,
laboratorium, metodologi pengajaran, pengaturan perundang–undangan dibidang
pendidikan, dan berbagai masukan serta kondisi proses lainnya.[8]
Melihat latar belakang di atas
peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai “hambatan guru dalam
pembelajaran IPA di SMP sederajat Kecamatan Rambah Samo”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah hambatan-hambatan
apa saja yang dihadapi guru SMP sederajat di Kecamatan Rambah Samo pada
pembelajaran IPA?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hambatan–hambatan
guru dalam pembelajaran IPA di SMP sederajat Kecamatan Rambah Samo.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Materi pembelajaran atau bahan ajar
(instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan.[9]
Pembelajaran
adalah suatu kegiatan yang bertujuan. Tujuan ini harus searah dengan tujuan
belajar siswa dan kurikulum. Tujuan belajar pada siswa adalah mencapai
perkembangan optimal, yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dengan demikian tujuan pembelajaran adalah agar siswa mencapai perkembangan
optimal dalam ketiga aspek tersebut. Untuk mencapai tujuan yang sama itu, siswa
melakukan kegiatan belajar, sedangkan guru melakukan pembelajaran. Kedua
kegiatan tersebut saling melengkapi untuk mencapai tujuan yang sama.[10]
Kata “Pembelajaran” adalah
terjemahan dari “Instruction’’ yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan
di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-wholistik,
yang menempatkan peserta didik sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu,
istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat
mempermudah peserta didik mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media
seperti bahan-bahan cetak, program televisi, media gambar, audio dan lain
sebagainya, sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peran guru dalam
mengelola proses pembelajaran, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru
sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.[11]
Ilmu
pengetahuan alam atau sains adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui
pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan
dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.[12]
Hakekat
ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan makna alam dan berbagai fenomena/
perilaku/karakteristik yang dikemas menjadi sekumpulan teori dan konsep melalui
serangkaian proses ilmiah yang dilakukan manusia. Teori maupun konsep yang
terorganisir ini menjadi sebuah inspirasi terciptanya teknologi yang dapat dimanfaatkan
bagi kehidupan manusia. Pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu
model pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok
aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik
dan autentik.[13]
Ilmu
pengetahuan alam (IPA) adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan
data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan tentang sebuah
gejala yang dapat dipercaya.
Tujuan IPA di sekolah menengah pertama
sederajat diantaranya agar siswa memiliki kemampuan (1) mengembangkan pemahaman
tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (2) mengembangkan rasa ingin
tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi
antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, (3) meningkatkan kesadaran
untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan
serta sumber daya alami.[14]
IPA terpadu merupakan sebuah mata
pelajaran yang dikemas dalam tema tertentu yang didalamnya membahas perpaduan
materi-materi fisika, kimia, dan biologi yang saling memiliki keterkaitan.
Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga
dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan–kesan
tentang hal–hal yang dipelajarinya. Dengan demikian siswa terlatih untuk dapat menemukan
sendiri berbagai konsep yang dipelajari. Keterpaduan dalam pembelajaran IPA dimaksudkan
agar pembelajaran IPA lebih bermakna, efektif, dan efisien.[15]
C.
Hambatan
guru dalam mengajar
Islamuddin menyatakan bahwa
hambatan guru yang terjadi di sekolah secara garis besar, faktor-faktor
penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas 2 macam:
1.
Faktor
Intern siswa
Faktor Intern siswa meliputi gangguan
atau kekurangan kemampuan pisiko-fisik siswa, yakni:
a.
Bersifat
kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas/ inteligensi
siswa
b.
Bersifat afektif (ranah
rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
c.
Bersifat
psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan indera pendengaran
(mata dan telinga).
2.
2.
Faktor ekstern siswa
Faktorn ekstern siswa meliputi semua
situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar siswa.
a.
Lingkungan keluarga, contohnya: keharmonisan hubungan antara ayah dan
ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b.
Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya wilayah terpencil (slum
area), dan teman sepermainan yang nakal.
c.
Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang
buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang
berkualitas rendah.[16]
Teori Medan (Field Theory) dari
Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu
medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan
yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan
belajar, maka timbulah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari
bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan
belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru,
demikian seterusnya.[17]
Adapun karakteristik siswa yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar antara lain:
a. Latar
belakang
pengetahuan dan
taraf pengetahuan.
b. Gaya belajar
c. Usia
kronologi
d. Tingkat
kematangan
e. Spektrum dan
ruang lingkup minat
f. Lingkungan
sosial ekonomi
g. Hambatan-hambatan
lingkungan dan kebudayaan
h.
Inteligensia
i.
Keselarasan dan attitude
j.
Prestasi belajar
k.
Motivasi, dan lain-lain.[18]
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Hambatan Dalam Proses Pembelajaran IPA
Proses
pembelajaran adalah peristiwa belajar mengajar yang melibatkan antar guru dan
siswa dalam berinteraksi untuk mencapai suatu perubahan tingkah laku dari siswa
serta membantu siswa untuk memperluas wawasan guna mencapai tujuan
pembelajaran.
B.
Faktor-faktor Penghambat Guru IPA
1.
Faktor Sarana dan Prasarana
Sarana
dan prasarana merupaka suatu hal yang sangat penting dan dibutuhkan sebagai
penunjang suatu proses pembelajaran berlangsung. Namun tidak bisa dipungkiri
pula dalam segi sarana dan prasarana pada proses pembelajaran IPA ada saja
hambatan yang di dapatkan oleh guru.
Menurut
Nawawi dalam Ibrahim Bafadal, sarana pendidikan dibedakan menjadi beberapa
macam, yaitu habis tidaknya dipakai, bergerak tidaknya pada saat digunakan dan
hubungan dengan proses belajar mengajar.[19]
Sarana
pendidikan juga dapat dilihat dari segi fungsi atau perananya dalam proses
pembelajaran, sarana pendidikan ditinjau dari fungsi dan perananya terhadap
proses pembelajaran yang dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
a.
Alat pelajaran
Alat
yang dipergunakan secara langsung oleh guru maupun murid dalam proses belajar
mengajar, yaitu dalam bentuk seperti;
1)
Buku-buku, baik buku di perpustakan maupun buku yang
terdapat dikelas sebagai buku pegangan guru ataupun buku pelajaran murid.
2)
Alat peraga, yang digunakan oleh guru pada waktu
mengajar.
3)
Alat-alat praktek, yang terdapat di laboraturium dan
ruang praktek (olahraga, kesenian dan lainnya).
4)
Alat tulis menulis, seperti papan tulis, penghapus,
kapur tulis, pensil, karet penghapus dan lainnya.
b.
Alat peraga
Alat
peraga ialah alat bantu pendidikan dan pengajaran atau segala sesuatu yang
digunakan oleh guru untuk memperagakan (memperjelas) pelajaran agar memudahkan
memberi pengertian kepada anak didiknya dari pembuatan yang abstrak sampai
kepada yang sangat konkret.
c.
Media pengajaran
Media
adalah suatu sarana. Dimana media komunikasi adalah sarana untuk mengadakan
penampilan komunikasi seperti halnya surat kabar, radio dan lainnya. Media
pengajaran ialah sarana yang digunakan untuk menampilkan pelajaran, dan lebih
luasnya lagi disebut sebagai media pendidikan.[20]
Fasilitas
sarana dan prasrana seperti laboratorium IPA dan infokus masih dikatakan
terbatas
2.
Faktor Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan
pembelajaran adalah muara dari rencana pembelajaran yang telah disusun dan
disiapkan oleh seorang guru sebagai seorang tenaga pendidik. Oleh karena itu,
sebagai seorang tenaga pendidik guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif
dari segi metode dalam mengajar agar santri tidak merasa bosan sehingga santri
dapat lebih aktif pada saat pembelajaran berlangsung serta dapat menerima
dengan baik informasi yang diberikan dan diarahkan oleh guru sebagai pendidik
karena pada hal nya dalam Kurikulum 2013 ini lebih mendominasi siswa ataupun
santri yang lebih aktif dalam aktivitas pembelajaran sedangkan guru hanya
sebagai fasilitator saja.
Pelaksanaan
pembelajaran IPA dengan konsep integrative science dapat diterapkan
mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, sampai kegiatan penutup.
Pembelajaran IPA terpadu dapat dilaksanakan melalui model-model pembelajaran
inovatif, misalnya model pembelajaran inkuari, siklus belajar atau pemecahan
masalah. Strateginya dapat menggunakan pembelajaran kooperatif atau pengajaran
langsung. Pendekatan dapat menggunakan keterampilan proses, lingkungan atau
STM, metode dapat menggunakan eksperimen, demonstrasi, ceramah dan lain-lain.
Langkah-langkah atau sintaksnya dimodifikasi sesuai model keterpaduan yang
dipilih dan pendekatan scientific.[21]
Pelaksanaan
pembelajaran IPA dimulai dengan menyiapkan siswa untuk menerima materi, guru
melakukan Apersepsi, penjelasan tujuan pembelajaran, penyampaian materi melalui
media power point dan tayangan video yang didapat dari pencarian di youtube
yang disesuaikan dengan materi, siswa mengerjakan lembar kerja, pembahasan dan
terakhir adalah evaluasi.
Menurut
Daryanto: menjelaskan multimedia pembelajaran dapat dikategorikan ke dalam lima
kelompok sebagai berikut: 1) tutorial, 2) drill dan practice, 3) simulasi, 4)
percobaan atau eksperimen, dan 5) permainan. Dalam penelitian ini kategori
multimedia yang digunakan adalah model simulasi. Model Simulasi, merupakan
model yang mencoba menyamai proses dinamis yang terjadi di dunia nyata.
Sehingga dengan model simulasi ini peserta didik akan dihadapkan kepada situasi
dunia nyata. Pada model simulasi, komputer memberikan petunjuk belajar secara
dinamis, interaktif dan perorangan. Melalui simulasi, lingkungan pekerjaan yang
kompleks dapat ditata hingga menyerupai dunia nyata.[22]
Pembelajaran
IPA pada pelaksanaan Kurikulum 2013 saat ini guru masih menyesuaikan dengan
keadaan fasilitas sekolah dan pemahaman siswa, biasanya guru menggunakan metode
cermah dan membentuk kelompok serta memberikan space untuk bercerita agar siswa
tidak merasa bosan
3.
Faktor Pengembangan Bahan Ajar
Pengembangan
yang dalam bahasa Inggris disebut development, mempunyai makna pengolahan frase-frase dan motif-motif
dengan detail terhadap tema
atau yang dikemukakan sebelumnya.[23]
Bahan
ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi
pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara
sistematis dan menarik.[24]
Pengembangan
bahan ajar memiliki spesifikasi mudah digunakan oleh siswa dan fleksibel
dimanapun dan kapanpun. Produk bahan ajar menggandung berbagai elemen pendukung
yaitu ilustrasi yang disertai dengan animasi yang relevan dengan kehidppan
siswa. Siswa menjadi mudah memahami pembelajaran dengan lebih menyenangkan.
Siswa menjadi lebih menyukai pembelajaran. Karena dalam pembelajaran, siswa
menggunakan bahan ajar yang baru sehingga siswa mendapatkan penggalaman yang
baru dan membekas pada siswa.
Prastowo
menerangkan klasifikasi bahan ajar dilihat dari bentuknya, cara kerjanya, dan
sifatnya yaitu:
1)
Dilihat dari bentuknya, bahan ajar terbagi menjadi
empat: yaitu bahan cetak; bahan ajar dengar; bahan ajar pandang dengar; dan
bahan ajar interaktif.
2)
Dilihat dari cara kerjanya, bahan ajar dibagi lima:
bahan ajar yang tidak diproyeksikan; bahan ajar yang diproyeksikan; bahan ajar
audio; bahan ajar video; dan bahan ajar komputer.
3)
Dilihat dari sifatnya, bahan ajar dibagi empat: bahan
ajar berbasis cetak; bahan ajar berbasis tekologi; bahan ajar praktik; dan
bahan ajar interaksi manusia.[25]
Depdiknas
menjelaskan bahwa fungsi dari bahan ajar adalah sebagai berikut.
a.
Pedoman bagi Guru yang akan mengarahkan semua
aktivitasnya dalam proses pembelajaran,
sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa.
b.
Pedoman bagi Siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya
dalam proses pembelajaran,
sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya.
c.
Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.[26]
Masih
kurang memahami mengenai komponen penyusunan RPP Kurikulum 2013 maupun
pengembangan aspek penilaian tidak sepenuhnya buruk karena guru-guru disana
diwajibkan mengikuti pelatihan-pelatihan guru, hanya saja kurang meluaskan
pengetahuannya lagi mengenai kurikulum 2013 pada saat ini karena pada dasarnya
sekolah ini adalah sekolah pondok dimana lembaga ini tidak mewajibkan untuk
menganut kurikulum 2013 ini.
C.
Solusi Hambatan Guru dalam Pembelajaran IPA
Bahwa
proses pembelajaran IPA di sekolah tersebut berjalan dengan semestinya, namun
belum sepenuhnya menyesuaikan dengan kurikulum 2013 yang sudah diterapkan pada
tahun 2018
1.
Solusi Sarana dan Prasarana
Proses
pembelajaran IPA berlangsung disekolah tersebut, para guru masih kerap
melangsungkan pembelajaran ataupun praktikum IPA didalam kelas saja, dengan
membawa beberapa alat seperti mikroskop yang ada dilaboratorium kedalam, hal
ini dikarenakan laboratorium masih terbatas, baik ruangannya yang hanya
tersedia 1 unit untuk digunakan oleh dua jenjang (MTS/MA) serta alat dan bahan
yang masih belum lengkap. Keadaan proses pembelajaran yang seperti ini memicu
siswa cenderung merasa ngantuk dan bosan dengan pembelajaran IPA. Hal itu
menjadi faktor para guru IPA mengalami hambatan dalam proses pembelajaran IPA
disekolah tersebut.
Hambatan
dalam mengajar pada pembelajaran IPA karena faktor tertentu yaitu salah satunya
sarana dan prasarana atau alat-alat maupun laboratorium yang ketersediaannya
masih terbatas. Selain dari pada itu, keterbatasan oleh alat proyektor juga
menghambat guru dalam mengajar menggunakan metode audio visual. Dalam
memecahkan permasalahan dalam hal ini, guru bisa menggantikan laboratorium
dengan mengunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai wadah siswa/ santri
melakukan praktikum serta menggunakan media bahan asli sebagai bahan praktek
dalam pembelajaran IPA. Dengan melakukan hal itu akan lebih memotivasi siswa
dalam memahami lebih cepat serta menyenangi pembelajaran IPA sehingga guru
dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dibandingkan jika siswa hanya
mendengarkan guru berceramah dalam menjelaskan materi didalam kelas.
Laboratorium
sangat bersangkutan dengan pembelajaran IPA, namun jika keterbatasan dalam
penggunaan labor bisa digantikan dengan lingkungan hidup sekitar sekolah.
Pembelajaran IPA ini identik dengan yang namanya lingkungan hidup, yang dimana
lingkungan dapat menunjang suatu pembelajaran IPA. Ilmu Pengetahuan Alam
merupakan mata pelajaran yang memperlajari tentang makhluk hidup dan aam
sekitar sehingga sangat tepat jika melaksanakan kegiatan pembelajaran di luar
kelas.
2.
Solusi Pelaksanaan Pembelajaran
Beberapa
guru IPA menginginkan menerapkan metode pembelajaran yang menyesuaikan dengan
kurikulum 2013 yaitu pendekatan saintifik, namun sejauh ini para guru masih
menyesuaikan dengan keadaan sekolah dan keadaan siswa. Guru menerapkan metode
ceramah didalam kelas mengakibatkan siswa cenderung pasif serta merasa bosan
dengan pembelajaran.
Berdasarkan
hasil data yang diperoleh menunjukan, guru tidak selalu menerapkan metode
ceramah tetapi juga bervariasi. Guru juga mengiringi pembelajaran dengan
bercerita ataupun sharing mengenai pembelajaran dengan siswa.
Solusi
yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran yang menyangkut metode
pembelajaran, media pembelajaran serta alokasi waktu. Guru sebaiknya tidak
terlalu sering menerapkan metode ceramah didalam kelas, namun gunakanlah metode pembelajaran yang
bervariasi dengan menggunakan media pembelajaran yang terlihat lebih menarik
dan lebih mudah untuk dipahami oleh siswa dan praktis untuk digunakan didalam
kelas, sehingga dapat menciptakan suatu proses pembelajaran yang aktif oleh
santri/siswa, dengan begitu guru pun lebih mudah menyesuaikan materi
pembelajaran dengan alokasi waktu yang ditetapkan dan menerapkan pendekatan
saintifik kepada santri/siswa. Jadi guru tidak hanya menggunakan media gambar
saja ataupun media buku paket terlalu sering karena hal itu dapat memicu proses
pembelajaran yang pasif didalam kelas sehingga dapat berimbas dengan alokasi
waktu yang ada.
Untuk
meningkatkan pemahaman santri/siswa terhadap materi pembelajaran, guru bisa
menggunakan metode kelompok, dengan membagi beberapa kelompok dengan keragaman
tingkat prestasi didalam kelas, dengan begitu santri/siswa yang sulit memahami
dapat bekerja sama dan saling bertanya sesama teman kelompok, dengan begitu
teman yang sudah paham dapat membantu teman yang belum paham.
Media
pembelajaran merupakan alat bantu penting untuk meningkatkan pemahaman siswa.
Guru lebih mudah menyampaikan materi jika didukung dengan media pembelajaran
yang tepat.
3.
Solusi Pengembangan Bahan Ajar
Guru
sudah menggunakan RPP kurikulum 2013 sejak setahun lalu namun bukan berarti
guru tidak mengalami kendala apapun. Dengan adanya perubahan kurikulum saat ini
akan berimbas dengan komponen-kompnen penyusun pada RPP dan banyaknya aspek
penilaian sehingga membuat guru sudah merasa malas dan kurang memahami dengan komponen
penyusunnya.
Solusi
pemecahan dalam hal ini adalah kembali terhadap kesadaran masing-masing sebagai
seorang guru profesional dalam menghadapi perubahan Kurikulum saat ini, pihak
sekolah hanya mendorong dalam hal itu, dengan memberikan semua guru-guru
pelatihan yang diselenggarakan dua kali dalam setahun yang mewajibkan setiap
guru untuk mengikuti dan menghadirinya. Kepala sekolah juga sudah membentuk
sebuah tim pengembangan yang direkrut dari staff yang bertugas dalam membantu
kesulitan guru dalam mengembangkan RPP.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Proses pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Pkp
Al-Hidayah Kota Jambi berjalan sebagaimana mestinya hanya saja belum begitu
maksimal dalam penerapan pendekatan saintifik yang di terapkan pada Kurikulum
2013 dikarenakan beberapa faktor yang berasal dari sarana dan prasarana yang
masih terbatas, menyebabkan pembelajaran IPA kurang berjalan dengan maksimal dalam
penerapan kurikulum yang sedang berjalan.
2.
2. Faktor-faktor hambatan Pembelajaran IPA yang
dihadapi Guru di Madrasah Tsanawiyah Pkp Al-Hidayah Kota Jambi yaitu meliputi
sarana dan prasrana, pelaksanaan pembelajaran yang meliputi pula metode pembelajaran,
media pembelajaran, dan alokasi waktu.
3.
3. Bentuk solusi hambatan mengajar guru IPA di MTs Pkp
Al-Hidayah Kota Jambi meliputi antara lain menggunakan dan memanfaatkan
lingkungan sekitar sekolah dan bahan alami yang terdapat disekitar sekolah sebagai
bahan praktek, menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi dan menyesuaikan dengan
pemahaman santri, menciptakan dan menggunakan media pembelajaran yang beragam
dan praktis untuk digunakan didalam kelas jadi tidak hanya menggunakan buku paket
dan media gambar saja. Dengan menggunakan media pembelajaran dapat
mempersingkat waktu guru dalam menjelaskan materi pembelajaran sehingga alokasi
waktu tidak bermasalah.
B.
Saran
Berdasarkan
hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, maka peneliti
mengajukan beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan dalam perbaikan hambatan
yang dialami guru dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alampada
pelaksanaan Kurikulum 2013. Adapun saran yang diberikan oleh penelitiadalah
sebagai berikut:
1.
Bagi Kepala Sekolah, Kepala sekolah diharapkan lebih
meningkatkan lagi kebutuhan sekolah dalam hal sarana dan prasarana sebagai
penunjang dalam proses pembelajaran IPA sehingga membuat guru lebih mudah dalam
melangsungkan pembelajaran ataupun praktikum.
2.
Bagi Guru-Guru diharapkan lebih memperhatikan metode
pembelajaran agar bervariasikarena tingkat pemahaman santri berbeda-beda maka
perlu diadakan metode yang beragam dan sesuai sehingga santri dapat lebih cepat
memahami materi yang guru sampaikan serta guru dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang aktif. Selaindari metode, media pembelajaran sangat penting
digunakan saat pembelajaran IPA agar guru lebih mudah dalam mengajar IPA.
3.
Bagi peneliti, penelitian ini masih terbatas pada
hambatan guru dalam pembelajaran IPA pada pelaksanaan Kurikulum 2013, untuk itu
perlu adanya penelitian lain lebih lanjut dengan ruang lingkup yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
A. Marasabessy, 2012. Analisis
Pengelolaan Pembelajaran yang dilakukan oleh Guru yang Sudah Tersertifikasi dan
yang Belum Tersertifikasi pada Pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar,
Jurnal Penelitian Pendidikan.
Ahmad Susanto, 2013. Teori
Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Brahim Bafadal, 2004. Manajemen
Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi Aksara.
Daryanto. 2011. Media
Pembelajaran. Bandung: Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.
Depdiknas. 2008. Panduan
Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Nasional.
Dimyati dan Mudjiono, 2013. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Febriyana, M., Marmi, S dan Ferdi, S. R, 2015. Desain Pembelajaran
IPA Terpadu pada Siswa SMP dengan 20 Topik Pemanasan Global. Jurnal Radiasi
6.
Febriyana, M., Marmi, S dan Ferdi,
S. R. 2015. Desain Pembelajaran IPA Terpadu pada Siswa SMP dengan Topik
Pemanasan Global. Jurnal Radiasi 6 (1).
Feri Dwi Hidayanto, 2011.
Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Sekolah Menengah Pertama
Negeri Se-Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo, Skripsi Yogyakarta:
Fak. Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Firanika, Rayuni. 2010. Aspek
Budaya dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Bubulak Kota Bogor Tahun
2010. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UniversitasIslam
Negeri Syarif Hidayatullah.
Hardianto, 2012. Belajar dan Pembelajaran. Rokan Hulu:
Universitas Pasir Pengaraian.
Indriati. 2012. Meningkatkan
Hasil Belajar Ipa Konsep Cahaya Melalui Pembelajaran Science-Edutainment
Berbantuan Media Animasi. (Jurnal Pendidikan IPA Indonesia: Prodi
Pendidikan IPA FMIPA UNNES Semarang.
Islamuddin,
H. 2011. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Khikmatuz Zakiyah, 2015.
Pengembangan Bahan Ajar Ipa Berbasis Outdoor Learning Pokok Bahasan Struktur
Bagian Tumbuhan Dan Fungsinya, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang.
Komaruddin dan Yooke
Tjuparmah S. Komaruddin, 2000. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Kustandi, C dan Bambang, S. 2011. Media
Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Mudasir. 2013. Desain
Pembelajaran. Air Molek Indragiri Hulu: STAI Nurul Falah Press.
Prastowo, Andy. 2015. Panduan
Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogjakarta: DIVA Press.
Rita Prasetyowati, 2014.
Pembelajaran IPA SMP Menurut Kurikulum 2013, Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.
Rusman, 2012. Model-model Pembelajaran, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
S. Abdul, 2014. Profesionalisme Guru dalam Mengimplementasikan
Teknologi Informasi dan Komunikasi di Kabupaten Nganjuk. Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan.
Sanjaya, W. 2005. Pembelajaran
dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media
Grup.
Sardiman. 2012. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Thursinawati. 2015. Penerapan
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Pemahaman
Hakikat Sains Siswa. Jurnal Pendidikan 3 (1).
![]()
[1] S. Abdul, Profesionalisme Guru
dalam Mengimplementasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Kabupaten
Nganjuk. (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2014), hlm. 201
[2] Rusman, Model-model Pembelajaran,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 1
[3] Hardianto, Belajar dan
Pembelajaran. (Rokan Hulu: Universitas Pasir Pengaraian), 2012, hlm. 5-6
[4] Dimyati dan Mudjiono, Belajar
dan Pembelajaran. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), hlm. 17
[5] Rusman, Op. Cit., hlm. 50
[6] Febriyana, M., Marmi, S dan Ferdi,
S. R, Desain Pembelajaran IPA Terpadu pada Siswa SMP dengan 20 Topik
Pemanasan Global. (Jurnal Radiasi 6, 2015), hlm. 31
[7] A. Marasabessy, Analisis Pengelolaan Pembelajaran yang
dilakukan oleh Guru yang Sudah Tersertifikasi dan yang Belum Tersertifikasi
pada Pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar, (Jurnal Penelitian
Pendidikan, 2012), hlm. 8
[8]
Firanika, Rayuni. Aspek Budaya dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan
Bubulak Kota Bogor Tahun 2010. (Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UniversitasIslam Negeri Syarif Hidayatullah. 2010), hlm. 72.
[9]
Mudasir. Desain Pembelajaran. Air Molek (Indragiri Hulu: STAI Nurul
Falah Press. 2013), hlm. 16.
[10] Kustandi,
C dan Bambang, S. Media Pembelajaran. (Bogor: Ghalia Indonesia. 2011),
hlm. 6.
[11]
Sanjaya, W. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
(Jakarta: Prenada Media Grup. 2005), hlm. 68.
[12] Ahmad Susanto, Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah
Dasar, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hlm. 167
[13]
Thursinawati. Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep dan Pemahaman Hakikat Sains Siswa. Jurnal Pendidikan 3(1),
hlm. 91.
[14] Indriati.
Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Konsep Cahaya Melalui Pembelajaran
Science-Edutainment Berbantuan Media Animasi. (Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia: Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNNES Semarang, 2012), hlm. 193.
[15]
Febriyana, M., Marmi, S dan Ferdi, S. R. Desain Pembelajaran IPA Terpadu
pada Siswa SMP dengan Topik Pemanasan Global. (Jurnal Radiasi 6 (1). 2015),
hlm. 31.
[16]
Islamuddin, H. Psikologi Pendidikan. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2011),
hlm. 213.
[17]
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: PT Rineka
Cipta. 2013), hlm. 47.
[18]
Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. 2012), hlm. 121.
[19] Brahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan
Aplikasinya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 2
[20] Feri Dwi Hidayanto, Pengelolaan Sarana dan Prasarana
Pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri Se-Kecamatan Pengasih Kabupaten
Kulon Progo, Skripsi (Yogyakarta: Fak. Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Yogyakarta, 2011), hlm. 16-17
[21] Rita Prasetyowati, Pembelajaran IPA SMP Menurut
Kurikulum 2013, (Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Yogyakarta, 2014), hlm. 6
[22] Daryanto. Media Pembelajaran. (Bandung: Sarana
Tutorial Nurani Sejahtera. 2011), hlm. 54
[23] Komaruddin dan Yooke Tjuparmah S. Komaruddin, Kamus
Istilah Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000), hlm. 186
[24] Khikmatuz Zakiyah, Pengembangan Bahan Ajar Ipa Berbasis
Outdoor Learning Pokok Bahasan Struktur Bagian Tumbuhan Dan Fungsinya, (Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015), hlm. 36
[25] Prastowo, Andy. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar
Inovatif. (Yogjakarta: DIVA Press. 2015), hlm. 306-309
[26] Depdiknas. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. (Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Nasional. 2008), hlm. 6