MENGHAYATI NILAI NILAI MUJAHADAH AN-NAFS, MUSABAQAH BIL KHAIRAT,
ETOS KERJA, INOFATIF, DAN DINAMIS
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK 1 :
Ø Muhammad Mauladi
MADRASAH ALIYAH NEGERI 039
TEMBILAHAN HULU
2016/2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah
pendidikan agama islam dengan judul "Menghayati nilai nilai mujadah an
nafs, musabaqah bil khairat, etos kerja, inovatif, dan dinamis" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu
tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini
dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah
selanjutnya.
Tembilahan, 13 Januari 2017
Daftar Isi
BAB I
PENDAHUAN
A.
Latar
Belakang
Islam Agama Rahmat bagi Seluruh Alam Kata islam
berarti damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh.
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama islam adalah agama yang mengandung
ajaran untuk menciptakan kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan hidup umat
manusia pada khususnya dan seluruh alam pada umumnya. Agama islam adalah agama
yang Allah turunkan sejak manusia pertama, Nabi pertama, yaitu Nabi Adam AS.
Agama itu kemudian Allah turunkan secara berkesinambungan kepada para Nabi dan
Rasul-rasul berikutnya.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang
terdiri dari beragam agama. Kemajemukan yang ditandai dengan keanekaragaman
agama itu mempunyai kecenderungan kuat terhadap identitas agama masing- masing
dan berpotensi konflik. Indonesia merupakan salah satu contoh masyarakat yang
multikultural. Multikultural masyarakat Indonesia tidak sauja kerena
keanekaragaman suku, budaya,bahasa, ras tapi juga dalam hal agama. Agama yang
diakui oleh pemerintah Indonesia adalah agama islam, Katolik, protestan, Hindu,
Budha, Kong Hu Chu. Dari agama-agama tersebut terjadilah perbedaan agama yang
dianut masing-masing masyarakat Indonesia. Dengan perbedaan tersebut apabila
tidak terpelihara dengan baik bisa menimbulkan konflik antar umat beragama yang
bertentangan dengan nilai dasar agama itu sendiri yang mengajarkan kepada kita
kedamaian, hidup saling menghormati, dan saling tolong menolong.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan kerukunan hidup
antar umat beragama yang sejati, harus tercipta satu konsep hidup
bernegara yang mengikat semua anggota kelompok sosial yang berbeda agama guna
menghindari ”ledakan konflik antarumat beragama yang terjadi tiba-tiba”.
Makalah ini akan membahas tentang Mujahadah Nafs
tentang kontrol diri yang perlu dimiliki setiap umat muslim.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa yang
dimaksud Muzahadah Nafs?
2. Apa yang
dimaksud Musabaqah bil khairat?
3. Apa yang
dimaksud Etos kerja?
4. Apa yang
dimaksud Dinamis?
5. Apa yang
dimaksud Inovatif?
C.
Tujuan
Tujuan dari
dibuatnya makalah ini adalah ;
1. Mengetahui
apa yang dimaksud Muzahadah Nafs?
2. Mengetahui
apa yang dimaksud Musabaqah bil khairat?
3. Mengetahui
apa yang dimaksud Etos kerja?
4. Mengetahui
apa yang dimaksud Dinamis?
5. Mengetahui
apa yang dimaksud Inovatif?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Mujahadah
An-Nafs
1.
Pengertian
Mujahadah an-Nafs berasal dari bahasa Arab yang terdiri atas dua kata,
yakni mujahadah yang artinya kesungguhan dalam mengendalikan sesuatu dan
an-Nafs yang artinya diri pribadi. Jadi, mujahadah an-Nafs adalah kesungguhan
dalam mengendalikan diri pribadi atau sikap kontrol diri.
Sikap kontrol diri atau mujahadah an-Nafs adalah satu sikap yang diajarkan
Islam agar manusia mampu menjadi pribadi yang tidak selalu mengedepankan hawa
nafsu dan emosinya dalam menjalani kehidupan. Akan tetapi, mampu mengendalikan
emosi dan hawa nafsunya dengan selalu mengedepankan kejernihan hati dan pikiran
serta perilaku mulia yang dapat meninggikan derajatnya di hadapan Allah swt.
Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :
“Orang yang cerdas adalah orang yang mampu
mengendalikan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati”
(H.R.
Tarmidzi: 2383)
Di antara tanda kecintaan seorang hamba kepada Allah swt., yaitu dia yang
mengutamakan perkara yang disukai-Nya daripada mengutamakan kehendak nafsu
pribadinya. Orang-orang yang sanggup melawan hawa nafsu adalah mereka yang
beriman kepada Allah swt. dan hari akhir, inilah kekuatan yang ada dalam diri
umat Islam.
Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :
“Dan saya juga mendengar Rasulullah saw. Bersabda,
“Mujahid adalah orang yang berjihad terhadap jiwanya”
(H.R. Ahmad)
Perang melawan hawa nafsu merupakan jihad akbar, yang nilainya lebih utama
dibanding jihad memerangi orang-orang kafir, yang sering disebut jihad kecil
(al jihad al asghar) oleh Rasulullah saw.
Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :
“Nabi Muhammad saw. Bersabda: Telah kembalilah kita
dari sebuah perlawanan yang kecil (perang Badar dengan orang Kaum Kafir Quraisy
waktu itu), menuju peperangan yang agung, bertanyalah para sahabat: Ya
Rasulullah, apa yang engkau maksudkan peperangan yang besar? Rasul menjawab:
Perang melawan hawa nafsu”
2. Perilaku yang Mencerminkan Sikap Mujahadah an-Nafs
a. Berpikir
positif
Selalu berpikir positif dalam segala hal, tidak pernah
mempunyai prasangka buruk terhadap apa pun dan siapa pun, tidak memiliki
perasaan untuk merendahkan, atau bahkan menghina siapa pun yang ditemuinya.
Ketika seseorang memiliki perilaku berpikir positif, dia akan selalu mempertimbangkan
setiap ucapan dan perilakunya untuk memberikan manfaat kepada orang lain.
Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :
“Diriwayatkan
dari Anas bin Malik r.a. bahwasanya Nabi Muhammad saw. Bersabda, “Demi Zat
(Allah) yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, tidaklah beriman seorang hamba
dengan sempurna sehingga dia mencintai tetangganya atau saudaranya seperti
halnya mereka mencintai dirinya sendiri”
(H.R. Muslim: 65)
b. Bekerja
keras, tuntas, dan ikhlas
c. Optimis
dalam segala hal
Sikap optimis artinya keyakinan yang kuat bahwa
kesungguhan dan kerja keras yang kita lakukan akan mendapatkan petunjuk dan
pertolongan dari Allah swt. dengan berbagai macam kemudahan.
Allah
swt. berfirman :
وَالَّذِينَ
جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
Artinya :
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari
keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan
sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik” (Q.S. Al-Ankabut (29):
69)
d. Bersyukur
ketika mendapat keberhasilan
e. Bersabar
ketika mendapat kegagalan
Seseorang yang memiliki sikap kontrol diri akan bersabar dan menganggap
bahwa setiap kegagalan dalam usahanya adalah ujian baginya untuk meningkatkan
usaha dan doanya lebih maksimal lagi di kemudian hari.
Allah swt. berfirman :
¢ÓÍ_t7»t (#qç7ydø$# (#qÝ¡¡¡ystFsù `ÏB y#ßqã ÏmÅzr&ur wur (#qÝ¡t«÷($s? `ÏB Çy÷r§ «!$# ( ¼çm¯RÎ) w ß§t«÷($t `ÏB Çy÷r§ «!$# wÎ) ãPöqs)ø9$# tbrãÏÿ»s3ø9$# ÇÑÐÈ
Artinya :
“Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita)
tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang
kafir.” (Q.S. Yusuf (12): 87)
3.
Hikmah atau
Manfaat dari Sikap Mujahadah an-Nafs
a. Menambah
ketentraman hati dan pikiran
Seseorang
yang memiliki sikap kontrol diri, hatinya akan merasa tenteram dan nyaman,
tidak pernah berburuk sangka terhadap siapa pun yang ditemuinya, tidak
mengucapkan sesuatu yang dapat merugikan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Rasulullah
saw. Bersabda yang artinya :
“Sesungguhnya dalam tubuh (manusia) itu terdapat
segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik maka baik pula seluruh
tubuhya, akan tetapi apabila rusak segumpal daging itu maka rusak pulalah seluruh
tubuhnya, ingatlah segumpal daging itu adalah hati.”
(H.R.
Bukhari: 50 dan Muslim: 2996)
b. Mendapatkan
hasil yang memuaskan
Seseorang
yang dapat mengontrol dirinya dari sifat malas dan menunda pekerjaan
menggantinya dengan kerja keras, tuntas, dan ikhlas tentu akan mendapatkan
hasil yang memuaskan.
Allah swt.
berfirman :
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ
Artinya :
“Dan bahwa
manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.” (Q.S. An-Najm (53): 39)
c. Memiliki
kepercayaan diri yang tinggi
d. Menambah
ketawakalan kepada Allah swt. dalam menyerahkan semua urusan
4.
Dapat
Melakukan Mujahadah an Nafs hanya karena hidayah Allah
Mujahadah al-nafs merupakan perbuatan yang berat.
Meskipun berat Allah menjanjikan jalan keluar bagi orang beriman yang bersungguh-sungguh
berjuang mengendalikan nafsunya. Sebagaimana firman Allah : “Orang-orang yang berjihad di jalan Kami, pasti akan kami
tunjukkan kepadanya jalan-jalan Kami…” (QS al-Ankabut: 69).
Imam Ibn al-Qayyim berkata: “Allah
menggantungkan hidayah dengan laku jihad. Maka orang yang paling sempurna
hidayah (yang diperoleh)-nya adalah dia yang paling besar laku jihadnya. Jihad
yang paling fardu adalah jihad melawan nafsu, melawan syahwat, melawan syetan,
melawan rayuan duniawi. Siapa yang bersungguh-sungguh dalam jihad melawan
keempat hal tersebut, Allah akan menunjukkan padanya jalan ridha-Nya, yang akan
mengantarkannya ke pintu surga-Nya. Sebaliknya, siapa yang meninggalkan jihad,
maka ia akan sepi dari hidayah…”
Di ayat lain, Allah menjelaskan bahwa membebaskan
nafsu merupakan karunia Allah, sebagaimana frimannya: “Dan aku
tidak membebaskan nafs-ku, karena sesungguhnya nafs itu selalu sangat menyuruh
kepada keburukan, kecuali nafs yang dirahmati Tuhanku. Sesungguhnya
Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf/12: 53).
Kalimat yang bergaris bawah menunjukkan bahwa kita
tidak akan sanggup mengendalikan diri, kecuali mendapatkan rahmat dan kasih
sayang Allah
5.
Akibat
mengikuti nafsu
Para pelaku tindak kriminal di sekitar kita, seperti
para koruptor, pemakai narkoba, pembunuh, misalnya, adalah orang-orang yang
gagal dalam laku mujahadah diri. Sebaliknya, mereka justru menuruti segala
keinginan dan syahwat diri, sehingga mereka tertawan dan diperbudak olehnya.
Mereka tidak pernah menyadari tentang buah kejahatan yang akan datang
menjelang, cepat atau lambat. Yang mereka pikirkan adalah bayangan semu tentang
kenikmatan sesaat dan instan. Na’udzu billah, semoga kita dihindarkan cara
pandang sedemikian.
6.
Hikmah
mujahadah an nafs
Ada beberapa hikmah yang dapat diambil dari mujahadah
an-nafs, yaitu:
a) Dapat
meminimalisasi akibat negatif dari perbuatan yang dilakukan, karena
dipertimbangkan dengan matang.
b) Berusaha
berbuat yang baik dan terbaik, sebaik perbuatan itu akan dipertanggungjawabkan
di hadapan Allah
c) Tidak cepat
bereaksi terhadap berbagai permasalahan yang timbul.
7.
Cara
Mujahadah an nafs
Ada empat
cara melakukan mujahadah an-nafs dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
1) Bersabar
atau menyisihkan waktu yang lebih lama untuk mengambil keputusan dari perbuatan
yang akan dilakukan.
Ketika seseorang atau umat Islam dihadapkan kepada banyak tantangan dan
kesulitan atau berposisi minoritas, hendaklah bersabar. Sikap sabar akan
membuka pikiran jernih yang menjadi pembuka ide-ide brilian yang mengambil
keputusan.
2) Memikirkan
akibat dari perbuatan yang kita lakukan.
Berpikir
tentang akibat perbuatan yang akan dilakukan dapat meminimalisasi hal-hal
negatif dan penyesalan yang akan ditimbulkan dari perbuatan tersebut. Bukankah
setiap perbuatan sebenarnya akan kembali kepada pelakunya sendiri? Allah Swt berfirman: “Jika kamu berbuat baik, maka kamu berbuat
baik kepada dirimu sendiri. Jika kamu berlaku jahat, maka kamu berbuat jahat pada
dirimu sendiri.” (QS Al-Isra: 7). Sebagian ulama salaf menafsirkan ayat ini
dengan berkata: “Sesungguhnya amal kebaikan melahirkan cahaya di dalam kalbu,
kesehatan pada badan, kecerahan pada wajah, keluasan pada rizki, serta
kecintaan dari segala makhluk. Sedangkan kejahatan, sebaliknya, menciptakan
kegelapan di hati, keringkihan di badan, kesuraman di wajah, kesempitan pada
rizki, serta kebencian dari hati segala makhluk.”
3) Berdzikir
kepada Allah
Berdzikir
merupakan cara untuk menyadarkan diri bahwa segala perbuatan kita dilihat dan
dicatat oleh Allah untuk dipertanggungjawabkan di akhirat. Dengan berdzikir
iman akan bertambah, membentengi godaan setan dan menjadi penyelamat dari
neraka. Sebagaimana sabda Nabi saw:
ذِكْرُ
اللهِ عِلْمُ الإيمَانِ وَبَرَائِهِ مِنَ النِّفَاقِ وَحُصِنَ مِنَ الشَّيْطَانِ
وَحُرِزَ مِنَ النِّيْرَانِ
“Dzikirullah itu (dapat membuka) pengetahuan
tentang keimanan, pembebasan dari kemuafikan, benteng dari syetan, dan
penyelamat dari neraka.” (Miftah al-Shudur).
Ibnu Atha’illah
al-Sakandari dalam al-Hikam-nya memberikan nasehat:
لا تترك الذكر
لعدم حضورك مع الله فيه، لأن غفلتك عن وجود ذكره أشد من غفلتك في وجود ذكره
“Janganlah engkau meninggalkan zikir karena
engkau tidak hadir bersama Allah (tidak khusyuk), karena kelalaianmu sambil
tidak berzikir itu lebih dahsyat daripada kelalaianmu sambil zikir kepada-Nya.”
4) Berdoa
kepada Allah
Doa menjadi modal spritual ketika dalam
kesulitan. Inilah yang dicontohkan Rasulullah, ketika beliau dilempari
batu dan diusir dari Thaif, justru beliau mendoakan penduduk thaif agar diberi
hidayah oleh Allah
A.
Musabaqah
fil khoiroh ( Upaya dalam menuju kebaikan )
Dalam melihat hidup masyarakat disekitar kita, sering
kita jumpai ada beberapa orang yang mempunyai kecenderungan tertentu. Orang
yang terbiasa berbuat maksiyat, maka dari hari kehari dia akan semakin
terjerumus kedalam lembah yang hitam. Sebaliknya orang yang suka sholat
berjamaah ke masjid, maka dia akan ramah ke tetangganya, rutin berinfaq dan
bahagia kehidupan keluarganya.
Semakin seseorang memperbanyak dalam membiasakan untuk
berbuat baik, maka semakin banyak terbuka pintu-pintu kebaikan yang lain. Salah
satu kunci kesuksesan hidup kita adalah bagaimana kita membiasakan berbuat
baik. Semakin kita terbiasa melakukan perbuatan baik, maka semakin mudah jalan
kita untuk mencapai kebahagiaan hidup. Agar manusia terbiasa beribadah, maka
beberapa ibadah dilakukan dalam kurun waktu tertentu seperti sholat lima kali
dalam sehari, puasa sunnah dua kali seminggu, dan sholat jum’at sekali sepekan.
Permasalahan awal yang biasaya ditemukan dalam melakukan
sesuatu yaitu dalam memulainya. Terkadang memulai suatu aktifitas itu lebih
berat dibandingkan ketika melaksanakannya. Maka ketika kita mendorong mobil
yang mogok, akan diperlukan tenaga yang besar saat sebelum mobil bergerak.
Setelah mobil tersebut bergerak, diperlukan daya dorong yang kecil. Ada juga
sifat kita yang menunda perbuatan baik, padahal perbuatan baik janganlah
ditunda. Kalau kita ada keinginan untuk menunda, maka tundalah untuk menunda.
Hal ini seperti yang disampaikan Rasululloh SAW: “ Bersegeralah
untuk beramal, jangan menundanya hingga datang tujuh perkara. Apakah akan terus
kamu tunda untuk beramal kecuali jika sudah datang : kemiskinan yang membuatmu
lupa, kekayaan yang membuatmu berbuat melebihi batas, sakit yang merusakmu,
usia lanjut yang membuatmu pikun, kematian yang tiba-tiba menjemputmu, dajjal,
suatu perkara gaib terburuk yang ditunggu, saat kiamat, saat bencana yang lebih
dahsyat dan siksanya yang amat pedih.”
Salah satu cara untuk mempermudah kita dalam memulai
suatu ibadah adalah dengan mengetahui akan besarnya manfaat yang akan
dirasakan. Segala hambatan atau godaan untuk tidak melaksanakan kebaikan
tersebut akan bisa dilewatkan dengan keyakinan yang kuat. Oleh sebab itu, kita
wajib mencari ilmu tentang fadhilah ( kelebihan ) dari suatu amalan atau
ibadah. Bahkan untuk menguatkan hati, kita juga perlu mencari ilmu secara
berulang kali. Bahkan beberapa pengulangan dalam Al-qur’an digunakan agar
manusia semakin ingat.
وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِي هَٰذَا الْقُرْآنِ
لِيَذَّكَّرُوا وَمَا يَزِيدُهُمْ إِلَّا نُفُورًا
Artinya : “ Dan
sesungguhnya dalam Al-qur’an ini Kami telah ulang
- ulangi ( peringatan – peringatan ), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan
peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari(dari kebenaran).” (QS.
Al Isra’ 41)
Jadi,
mulailah perbuatan baik yang ingin anda lakukan sekarang dan jangan ditunda.
Kalau belum yakin, perluas dan perdalam ilmu agar kita semakin yakin.
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ أَيْنَ مَا
تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ
اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap
kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja
kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat).
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al Baqarah 148).
Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan fastabiqul khairat
(berlomba-lombalah atau bersegeralah dalam berbuat baik). Imam An Nawawi dalam
kitabnya Riyadhush shalihiin meletakkan bab khusus dengan judul bab
"bersegera dalam melakukan kebaikan, dan dorongan bagi orang-orang yang
ingin berbuat baik agar segera melakukannya dengan penuh kesungguhan tanpa ragu
sedikitpun". Berikut beberapa poin bagaimana Imam An Nawawi memahami ayat
tersebut.
Pertama, bahwa melakukan kebaikan adalah hal yang tidak bisa ditunda,
melainkan harus segera dikerjakan. Sebab kesempatan hidup sangat terbatas.
Kematian bisa saja datang secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya. Karena itu
semasih ada kehidupan, segeralah berbuat baik. Lebih dari itu bahwa kesempatan
berbuat baik belum tentu setiap saat kita dapatkan. Karenanya begitu ada
kesempatan untuk kebaikan, jangan ditunda-tunda lagi, tetapi segera dikerjakan.
Karena itu Allah swt. dalam Al Qur’an selalu menggunakan istilah bersegeralah,
seperti fastabiquu atau wa saari’uu yang maksudnya sama, bergegas dengan
segera, jangan ditunda-tunda lagi untuk berbuat baik atau memohon ampunan Allah
swt. Dalam hadist Rasulullah saw. Juga menggunakan istilah baadiruu maksudnya
sama, tidak jauh dari bersegera dan bergegas.
Kedua, bahwa untuk berbuat baik hendaknya selalu saling mendorong dan saling
tolong menolong. Kita harus membangun lingkungan yang baik. Lingkungan yang
membuat kita terdorong untuk berbuat kebaikan. Dalam sebuah hadits yang
menceritakan seorang pembunuh seratus orang lalu ia ingin bertaubat, disebutkan
bahwa untuk mencapai tujuan taubat tersebut disyaratkan agar ia meninggalkan
lingkungannya yang buruk. Sebab tidak sedikit memang seorang yang tadinya baik
menjadi rusak karena lingkungan. Karena itu Imam An Nawawi menggunakan "al
hatstsu" yang artinya saling mendukung dan memotivasi. Sebab dari
lingkungan yang saling mendukung kebaikan akan tercipta kebiasaan berbuat baik
secara istiqamah.
Ketiga, bahwa kesigapan melakukan kebaikan harus didukung dengan
kesungguhan yang dalam. Imam An Nawawi mengatakan "bil jiddi min ghairi taraddud".
Kalimat ini menunjukkan bahwa tidak mungkin kebaikan dicapai oleh seseorang
yang setengah hati dalam mengerjakannya. Rasulullah SAW bersabda untuk
mendorong segera beramal sebelum datangnya fitnah, di mana ketika fitnah itu
tiba, seseorang tidak akan pernah bisa berbuat baik. SebabBOLEH jadi pada saat itu seseorang dipagi harinya
masih beriman, tetapi pada sore harinya tiba-tiba menjadi kafir. Atau
sebaliknya pada sore harinya masih beriman tetapi pada pagi harinya tiba-tiba
menjadi kafir.
Uqbah bin Harits RA pernah suatu hari bercerita: “Aku shalat Ashar di
Madinah di belakang Rasulullah SAW, tiba-tiba selesai shalat Rasulullah segera
keluar melangkahi barisan shaf para sahabat dan menuju kamar salah seorang
istrinya. Para sahabat kaget melihat tergesa-gesanya Rasulullah. Lalu
Rasulullah keluar, dan kaget ketika melihat para sahabatnya memandangnya penuh
keheranan. Rasulullah SAW lalu bersabda, "Aku teringat ada sekeping emas
dalam kamar, dan aku tidak suka kalau emas tersebut masih bersamaku. Maka aku
segera perintahkan untuk dibagikan kepada yang berhak". (HR. Bukhari).
Melalui usaha maupun pekerjaan yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh,
doa, sabar dan tawakal sebagai sandarannya serta selalu saling berkompetisi
didalam berbuat kebaikan dsb, adalah satu kendaraan yang paling tepat dan
efektif untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia dan kehidupan negeri akhirat
yang abadi.
B.
Etos Kerja
Mahkota umat islam itu adalah jihad. Mereka yang tercabut semangat jihad
dari dadanya, dia telah mencampakan mahkota harga diri kemuliaanya, baik secara
individu maupun sebagai umat. Sungguh banyak orang yang berfikiran sempit yang
menafsir dan mengartikan jihad hanya dengan pengertian perang.
Ketauhilah bahwa jihad atau mujahadah yang berasal dari kata
jahada-yujahidu, mempunyai makna sikap yang bersungguh-sungguh untuk
mengerahkan seluruh potensi diri untuk mencapai suatu tujuan atau citacita.
Inilah arti jihad yang paling mukhtabar yang diketahui oleh seluruh kaum alim
dimana pun mereka berada, sebagai firman allah di dalam Al-Qur’an :
وَمَنْ
جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ ۚ إِنَّ
اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
Artinya :
“Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya
jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam”.(Q.S. Al-Ankabut :6).
A.
Pengertian
Etos Kerja
Etos berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan
sosial. Kata kerja berarti
usaha, amal, dan apa yang harus dilakukan (diperbuat). Etos berasal dari bahasa
Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta
keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi
juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos
kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau
suatu kelompok. Kerja dalam arti pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang
dilakukan manusia, baik dalam hal materi, intelektual dan fisik, maupun hal-hal
yang berkaitan dengan keduniaan maupun keakhiratan. Berdasarkan pengertian
tersebut dapat dipahamkan bahwa semua usaha manusia baik yang dilakukan oleh
akal, perasaan, maupun perbuatan adalah termasuk ke dalam kerja.
B.
Dalil
Mengenai Etos Kerja
Islam sangat mendorong orang-orang mukmin untuk bekerja keras, karena pada
hakikatnya kehidupan dunia ini merupakan kesempatan yang tidak akan pernah terulang
untuk berbuat kebajikan atau sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Ini
sekaligus untuk menguji orang-orang mukmin, siapakah diantara mereka yang
paling baik dan tekun dalam bekerja. Allah SWT berfirman :
الَّذِي
خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Artinya “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”(Q.
S Al-Mulk:2)
Untuk menekankan perintah agar kita semua menggunakan kesempatan hidup ini
dengan giat bekerja dan beramal, Allah swt menegaskan bahwa tidak ada satu amal
atau satu pekerjaan pun yang terlewatkan untuk mendapatkan imbalan di hari
akhir nanti, karena semua amal dan pekerjaan kita akan disaksikan Allah swt,
Rasulullah saw dan orang-orang mukmin lainnya. Allah swt berfirman :
وَقُلِ
اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ
وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan Katakanlah;
“Bekerjalah kamu, maka Allah swt dan Rasulullah-Nya serta orang-orang mukmin
akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui akan yang gaib dan nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang
telah kamu kerjakan.”(QS. At-Taubah:105)
Disisi lain, Rasulullah saw sangat menekankan kepada seluruh umatnya, agar
tidak menjadi orang yang pemalas dan orang yang suka meminta-minta. Pekerjaan
apapun, walau tampak hina dimata banyak orang, jauh lebih baik dan mulia
daripada harta yang ia peroleh dengan meminta-minta. Dalam sebuah riwayat
disebutkan;
وعن حكيْم بن حزام رضى الله عنهما عن النّبيّ صلّى الله عليْه وسلّم قال (اليد
العليا خير منْ يد السّفلى، وابْدأ بمنْ تعول وخيْر الصّدقة عنْ ظهر غنى ومنْ
يسْتعْففْ يعفّه الله ومنْ يسْتغْن يغْنه الله) متفق عليه ,والفظ للبخارى
“Dari Hakim
putra Hizam, ra., dari Rasulullah saw., beliau bersabda; “Tangan yang di atas
lebih baik dari tangan yang di bawah, dahulukanlah orang yang menjadi
tanggunganmu. Dan sebaik-baiknya sedekah itu ialah lebihnya kebutuhan sendiri.
Dan barang siapa memelihara kehormatannya, maka Allah akan memeliharanya. Dan
barang siapa mencukupkan akan dirinya, maka Allah akan beri kecukupan padanya.”
(H.R Bukhari)
Perbuatan suka memberi atau enggan meminta-minta dalam memenuhi kebutuhan
hidup, sangatlah dipuji oleh agama. Hal ini jelas dikatakan Nabi SAW dalam
hadis di atas bahwa Nabi mencela orang yang suka meminta-minta (mengemis)
karena perbuatan tersebut merendahkan martabat kehormatan manusia. Padahal
Allah sendiri sudah memuliakan manusia, seperti terungkap melalui firman-Nya :
وَلَقَدْ كَرَمْنَا بَنِى
اَدَم َوَحَمْلنَاهُمْ فىِ اْلبَرِّ وَاْلبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ
الطَّيِّبَاتِ وَفَضَلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيْرٍ مِمَنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلاً
“Dan
sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkat mereka di daratan
dan di lautan. Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan.” (Q.S Al-Isra’ : 70)
Dalam sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah SAW telah bersabda : Orang
mu’min yang memiliki keimanan yang kuat lebih Allah cintai daripada yang lemah
imannya. Bahwa keimanan yang kuat itu akan menerbitkan kebaikan dalam segala
hal. Kejarlah (sukailah) pekerjaan yang bermanfaat dan mintalah pertolongan
kepada Allah. Janganlah lemah berkemauan untuk bekerja. Jika suatu hal yang
jelek yang tidak disenangi menimpa engkau janganlah engkau ucapkan : Seandainya
aku kerjakan begitu, takkan jadi begini, tetapi katakanlah (pandanglah)
sesungguhnya yang demikian itu sudah ketentuan Allah. Dia berbuat apa yang Dia
kehendaki. Sesungguhnya ucapan “seandainya” itu adalah pembukaan pekerjaan
setan.” (H.R Muslim) mengisyaratkan bahwa Nabi Muhammad SAW memerintahkan
tentang tiga hal, yaitu : menguatkan keimanan, melakukan hal yang bermanfaat,
dan memohon pertolongan kepada Allah. Di samping itu beliau melarang berbuat
dua hal, yaitu: menjadi lemah, dan menyesali apa yang telah menimpa diri dari
sesuatu yang tidak disukai, sehingga mengatakan : “Seandainya aku lakukan
begitu, tak akan terjadi begini.”
Islam senantiasa mengajarkan kepada umatnya agar berusaha untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Tidak dibenarkan seorang muslim berpangku tangan saja atau
berdoa mengharap rezeki datang dari langit tanpa mengiringinya dengan usaha.
Namun demikian, tidak dibenarkan pula terlalu mengandalkan kemampuan diri
sehingga melupakan pertolongan Allah SWT dan tidak mau berdoa kepada-Nya
1. Bekerja secara halal (thalaba ad-dunya halalan) baik dari
jenis pekerjaan maupun cara menjalankannya. Contohnya, orang yang berprofesi
sebagai pedagang ikan di pasar. Murninya, pekerjaan ini adalah halal, namun
jika pedagang tersebut melakukan hal-hal yang tidak baik (membahayakan orang
lain), misalnya menjual ikan berformalin, maka dapat dikatakan profesi yang
semula halal menjadi haram (‘haram
lighairihi’).
2. Bekerja agar tidak menjadi beban
hidup orang lain (ta’affufan an
al-mas’alah). Sebagai orang beriman dilarang menjadi beban hidup orang lain
(benalu). Rasulullah pernah menegur seorang sahabat yang muda dan kuat tetapi
pekerjaannya mengemis. Beliau kemudian bersabda, “Sungguh orang yang mau membawa tali atau kapak kemudian mengambil kayu
bakar dan memikulnya diatas punggung lebih baik dari orang yang mengemis kepada
orang kaya, diberi atau ditolak” (HR Bukhari dan Muslim).
3. Bekerja guna memenuhi kebutuhan
keluarga (sa’yan ala iyalihi). Karena
memenuhi kebutuhan keluarga hukumnya fardlu ain, tidak dapat diwakilkan, dan
melaksanakannya juga termasuk dalam jihad. Hadis Rasulullah menyebutkan “Tidaklah seseorang memperoleh hasil terbaik
melebihi yang dihasilkan tangannya. Dan tidaklah sesuatu yang dinafkahkan
seseorang kepada diri, keluarga, anak, dan pembantunya kecuali dihitung sebagai
sedekah” (HR Ibnu Majah).
4. Bekerja guna meringankan beban hidup
tetangga (ta’aththufan ala jarihi).
Islam mendorong kerja keras untuk kebutuhan diri dan keluarga, tetapi Islam
melarang kaum beriman bersikap egois.
1. Melandasi setiap
kegiatan kerja semata-mata ikhlas karena Allah serta untuk memperoleh
ridla-Nya. Pekerjaan yang halal bila dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah
tentu akan mendapatkan pahala ibadah.
Rasulullah saw bersabda, yang artinya : Allah swt tidak akan menerima amalan,
melainkan amalan yang ikhlas dan yang karena untuk mencari keridaan-Nya. (H.R.Ibnu
Majah )
2. Mencintai
pekerjaannya. Karena pekerja yang mencinta pekerjaanya, biasanya dalam bekerja
akan tenang, senang, bijaksana, dan akan meraih hasil kerja yang optimal.
Rasulullah saw bersabda, yang artinya Sesungguhnya Allah cinta kepada
seseorang di antara kamu yang apabila mengerjakan sesuatu pekerjaan maka ia
rapihkan pekerjaan itu.
3. Mengawali setiap
kegiatan kerjanya dengan ucapan basmalah.
Nabi saw bersabda yang artinya :Setiap urusan yang baik (bermanfaat) yang tidak dimulai dengan ucapan
basmalah (bismillahirrahmanirrahim) maka terputus berkahnya. (H.R.Abdul
Qahir dari Abu Hurairah)
4. Melaksanakan
setiap kegiatan kerjanya dengan cara yang halal.
Nabi saw bersabda, yang artinya : Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang baik,
mencintai yang baik (halal), dan tidak menerima (sesuatu) kecuali yang baik,
dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin sesuatu yang
diperintahkan kepada para utusan-Nya. (H.R.Muslim dan Tirmidzi)
5. Tidak melakukan
kegiatan kerja yang bersifat mendurhakai Allah. Misalnya bekerja sebagai germo,
pencatat riba (rentenir), dan pelayan bar.
Nabi saw bersabda, yang artinya :“Tidak ada ketaatan terhadap makhluk untuk mendurhakai sang
pencipta”.(H.R.Ahmad bin Hambai)
6. Memiliki
sifat-sifat terpuji seperti jujur, dapat dipercaya, suka tolong menolong dalam
kebaikan, dan professional dalam kerjanya
7. Bersabar apabila
menghadapi hambatan-hambatan dalam kerjanya. Sebaliknya, bersyukur apabila
memperoleh keberhasilan.
8. Menjaga
keseimbangan antara kerja yang manfaatnya untuk kehidupan di dunia dan yang
manfaatnya untuk kehidupan di akhirat. Seseorang yang sibuk bekerja sehingga
meninggalkan shalat lima waktu, tidak sesuai dengan Islam.
Rasulullah saw bersabda yang artinya,”Kerjakanlah untuk kepentingan duniamu
seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya, tetapi kerjakanlah untuk
kepentingan akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok.”(H.R.Ibnu Asakin)
C.
Dinamis
Dinamisme
merupakan kemampuan melihat sisi terang kehidupan dan memelihara sikap positif,
sekalipun berada dalam kesulitan. Dinamisme adalh pendekatan yang positif
terhadp kehidupan sehari-hari untuk mencapi kberhsilan yang berguna bagi
kehidupan.
Dalam firman Allah:
وَقَالَ يَا
بَنِيَّ لَا تَدْخُلُوا مِنْ بَابٍ وَاحِدٍ وَادْخُلُوا مِنْ أَبْوَابٍ
مُتَفَرِّقَةٍ ۖ وَمَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ۖ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَعَلَيْهِ
فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ
“Dan Ya'qub berkata: "Hai anak-anakku
janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu
gerbang yang berlain-lain; namun demikian Aku tiada dapat melepaskan kamu
barang sedikitpun dari pada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu)
hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah Aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya
saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri".(Q.S. yusuf : 67)
Dinamis
berasal dari kata dynamic artinya : bergerak. Dalam istilah Al-quran dinamis
itu identik dengan AL-INSAN yang artinya manusia yang diambil dari
kataunasun artinya jinak dan harmonis atau dari kata nasiya artinya
lupa, atau daeri katana’sun artinya pergerakan atau dinamis.
Makna
tersebut paling tidak memberikan gambaran sepintas bahwa manusia mempunyai
potensi untuk lupa , hidup harmonis, dan kemampuan untuk bergerak yang
melahirkan dinamisme. Secara istilah dinamis adalah : sifat yang hidup penuh
semangat, terus bergerak, untuk menghasilkan perubahan yang membawa kemajuan.
Manusia yang dinamis akan selalu aktif melihat perkembangan zaman, gejala apa
yang telah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi. Sehingga menjadikan ia
mampu beradaptasi, berkomunikasi, berintegrasi, dan bersosilisasi dengan apa
dan siapa saja yang berada di lingkungannya.
Manusia
merupakan makhluk sosialis – dinamis yang hidupnya selalu di hadapkan
dengan perubahan – perubahan, baik perubahan alam maupun perubahan masyarakat,
tidak ada satupun di ala mini yang mengalami stagnasi (kemandekan), semua
diciptakan Allah sesuai dengan sunnah-Nya yaitu perubahan, yang tidak berubah
hanyalah dzat Allah, untuk menyikapi perubahan itu manusia harus bersikap
kreatif dan dinamis, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-ankabut
ayat 69 :
الَّذِينَ
جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ
اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan
orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan
kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”.
Allah
menjadikan kehidupan manusia dalam keadaaan susah payah. Oleh karena itu
manusia harus tetap mensikapinya dengan sikap dinamis dan kreatif dalam
menghadapi kehidupan dan ciri dari orang yang kreatif – dinamis itu ia akan
senang menghadapi masalah yang rumit – rumit atau sulit lalu dihadapinya dengan
lapang dada. Keseriusan dan ketekunan dengan demikian mendorong mereka lebih
maju.
Sebaliknya
orang yang bodoh biasanya enggan sekali menghadapi problematika yang sulit yang
di carinya adalah yang mudah – mudah saja sehingga menjadikan mereka pasif dan
statis. Allah berfirman dalam QS. Al-insyirah
“Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu Telah selesai (dari
sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”
Maksudnya:
sebagian ahli tafsir menafsirkan apabila kamu (Muhammad) Telah selesai
berdakwah Maka beribadatlah kepada Allah; apabila kamu Telah selesai
mengerjakan urusan dunia Maka kerjakanlah urusan akhirat, dan ada lagi yang
mengatakan: apabila Telah selesai mengerjakan shalat berdoalah.
A.
Ciri-ciri
sikap dinamis
a)
Wajar dan realistis
b)
Yakin pengorbanan dan Amal shaleh
Beberapa
sifat yang dimiliki orang yang dinamis adalah :
· Bersungguh-sungguh,
sehingga cepat dalam berpikir dan bertindak
· Tidak
mau berdiam terlalu lama di suatu persoalan
· Cepat
beradaptasi terhadap suatu kondisi dan perubahan
· Membuang
hal-hal dan beban yang tidak perlu
· Sehingga
tetap tenang dan bahagia meski banyak persoalan yang dihadapi
Ada beberapa karakter manusia dinamis yang mungkin bisa di pelihara
dalam diri kita :
1. Selalu berusaha igin tahu
Seseorang
yang dinamis selalu ingin megetahui letak sebuah persoalanmengapa demikian? Ia
berusaha ingin tahu seluk beluk segala macam apa saja. Meski ia ahli di satu
bidang tertentu. Ia menghimpun berbagai fakta seperti juga orang-orang
menghimpun perangko atau kalori di tubuhnya. Ia tidak merasa dirinya
berkecukupan soal pengetahuan. Ia ingin belajar tentang segala bidang yang
baru. Meski ia memiliki minat besar pada bidang tertentu. Ia sangat senang
mempelajari suatu keterampilan baru. Bertemu, berkenalan dengan orang-orang
baru. Setidaknya ia ingin melakukan semua hal meski hanya sekali.
Namun
ia akan BERHENTI pada saat ia merasa bahwa gerakannya itu sudah terlampau jauh
menjangkau hidaupnya. Apalagi saat semuanya terlalu mengikat perhatian dan
geraknya. Ia akan berhenti sebentar untuk menengok matahari terbenam di pinggir
pantai, melihat gumpalan awan yang indah sambil terbaring di padang rumput luas atau membaca sebuah novel klasik di pinggir danau
sambil menikmati secangkir coklat panas. Seorang yang dinamis kadang menemui
seorang teman lama yang jarang ditemuinya unntuk bersilaturahmi.
Namun
semuanya ini hanya sekedar untuk mengisi tenaga baterai dinamisnya saja. Ia
menolak sama sekali untuk mandeg. Seorang yang dinamis, dalam karakternya yang
selalu ingin tahu, MENDENGAR perkataan orang-orang yang lebih pintar,
bijaksana, dan lebih tua pengalamannya dari dirinya sendiri. Sehingga ia bisa
menarik pelajaran dari mereka. Ia juga mendengar ucapan orang yang suka
berkhayal, pedagang ulung, orang uang pemarah, orang yang merasa kesepian dan
sebagainya. Ia mendengarkan ucapan kerabat-kerabatnya, sahabat, dan orang-orang
disekitarnya. Sebab seperti filosofi, Mereka juga punya kisah sendiri yang
dikemukakan.
2. Bersikap Independen
Seseorang
yang dinamis bersifat independen. Namun bukanlah seorang yang bertindak ngawur
atau tidak masuk akal. Ia menghormati buah pikiran orang lain. Tetapi ia
menjalankan tugasnya tanpa bergantung dengan orang lain. Ia menyadari jika ia
terlampau menggantungkan nasibnya pada orang lain, maka hanya sedikit yang bisa
ia capai dalam hidup ini.
3. Memiliki Daya Cipta Yang Kuat
Seseorang
yang dinamis biasanya terangsang apabila berhadapan dengan sesuatu yang baru.
Ia sangat antusias terhadap segala sesuatu yang baru dan ingin ia dekati . Ia
tidak mau menolak sebuah gagasan begitu saja. Ia bersedia merasakan, memikirkan
dan menjalani gagasan itu jika dirasakan tepat dan berguna. Dalam hal-hal yang
penting seringkali, ia menelurkan ide-ide yang luar biasa dan sesuai kebutuhan
orang banyak. Bahkan ia bisa mananggulangi berbagai permasalahan yang
mengintarinya dengan pembiayaan hemat dan metode yang praktis.
4. Mendahulukan Yang Lebih Penting
Seseorang
yang dinamis menyadari bahwa ia tidak bisa menjalankan seluruh pekerjaan secara
serentak bersama-sama. Oleh sebab itu ia menyusun rencana bagi dirinya sendiri
dengan memberikan prioritas pada hal-hal yang lebih urgen dan penting terlebih
dahulu. Ia tidakBOLEH dikalahkan oleh waktu. Akan tetapi waktu itu justru harus ia
taklukkan demi kepentingan pekerjaannya. Mungkin ini sebabnya, manusia dinamis
sangat menghargai waktu dan bisa memanfaatkan waktu.
5. Dedikasi Yang Besar
Seseorang
yang dinamis menyukai dan menekuni pekerjaannya dengan sungguh-sungguh. Ia
menyenangi seluruh bidang kehidupannya. Ia menyukai lingkungan tempatnya
berada. Ia selalu bersungguh-sungguh menggunakan sejumlah besar waktu, tenaga
dan sumber perlengkapan lain untuk memberikan yang terbaik pada tugasnya.
Seorang yang dinamis selalu berusaha menjadi yang terbaik di bidangnya.
6. Tahan Uji
Seseorang
yang dinamis tidak akan menyerah sebelum kemampuannya berakhir. Ia akan terus
berupaya dan berusaha sekuat tenaga mencapai cita-citanya. Meski ia harus
berhadapan dengan tembok besar tantangan dan hambatan. Ia mampu merobohkan
tembok besar itu. Dalam perjalanannya pasti ia akan menemui cemoohan
orang-orang yang iri kepadanya. Tetapi ia menanggapi dengan tenang dan tidak
putus asa.
A.
Siswa
yang Dinamis
Seseorang
yang memiliki semangat tinggi, penuh energi, selalu bergairah untuk mengadakan
perubahan ke arah yang lebih baik dan memiliki kekuatan jiwa dan kemauan untuk
menghadapi tantangan kesulitan yang dihadapi disebut sebagai pribadi yang
dinamis. Pribadi dinamis adalah pribadi yang aktif yang selalu memiliki rasa
optimisme yang tinggi di dalam mencapai apa yang dicita-citakan.
Begitu
juga seorang siswa yang dinamis tidak pernah merasa lelah untuk berbuat, baik
perbuatan itu memiliki manfaat pada dirinya sendiri maupun untuk orang lain.
Karena mereka tahu bahwa suatu perbuatan yang berdampak positif pada orang lain
pada dasarnya juga bermanfaat buat diri sendiri (QS Al Isra’ 17:7).
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu
berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan)
itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang
kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan
mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali
pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai”
Setidaknya
empat kriteria berikut dapat dibuat sebagai standar apakah seorang siswa
termasuk siswa yang bertipe dinamis atau loyo:
1) berakhlak
mulia (QS Al Ahzab :21)
لَقَدْ كَانَ
لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ
وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya
Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah”.
Kemudian
dalam surat Al Qalam :4)
وَإِنَّكَ
لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan
Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Memiliki
energi dan ketangkasan tinggi bukan berarti tidak berakhlak. Jujur dan berani
tapi hormat terhadap yang tua, menyayangi yang muda, santun dalam berkata-kata
dan berperilaku, serta memakai etika agama dan sosial sebagai standar dalam
melangkah merupakan ciri-ciri umum dari akhlak yang mulia. Ini mungkin yang
membedakan antara siswa dinamis dengan pribadi dinamis yang non- siswa.
2) Inovatif. Seorang siswa dinamis selalu
ingin melakukan inovasi. Kebaikan itu banyak ragamnya. Dan jalan menuju
kebaikan tersebut lebih banyak lagi ragamnya. Oleh karena itu, ia selalu ingin
mencoba mencari jalan baru (inovasi) yang mungkin lebih efektif dan lebih
efisien menuju suatu tujuan bersama. Mencoba cara baru tidak otomatis akan
berhasil, namun demikian dalam kemauan dan keberanian untuk mencoba itu sendiri
sudah merupakan suatu keberhasilan.
3) Inisiatif. Inilah salah satu ciri khas
seorang siswa dinamis yang berjiwa pemimpin. Seorang siswa tidak akan
bisa menjadi calon pemimpin yang baik apabila setiap tindak-tanduknya selalu
menunggu komando. Ibarat anak ayam yang selalu menunggu suapan dari induknya.
Keberanian untuk mengambil inisiatif diperlukan terutama ketika ia dipercaya
untuk memegang suatu amanah kepemimpinan. Keberhasilan suatu organisasi, baik
besar maupun kecil, sangat tergantung antara lain pada seberapa besar inisiatif
dari setiap pimpinannya baik pimpinan level atas maupun yang level bawah sesuai
dengan kekuasaan dan otoritas yang diberikan padanya.
4) Ikhlas.
Walaupun sikap ikhlas sudah masuk pada kategori akhak mulia (poin pertama),
namun perlu ada penekanan di sini mengingat sangat pentingnya hal ini dimiliki
oleh setiap individu santri yang dinamis terutama di saat-saat di mana
keikhlasan sangat diperlukan. Di samping karena perintah Allah
(QS Al A’raf 7:29 )
قُلْ أَمَرَ
رَبِّي بِالْقِسْطِ ۖ وَأَقِيمُوا
وُجُوهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ ۚ كَمَا
بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ
Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan
keadilan". Dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu di setiap
sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya.
Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu
akan kembali kepada-Nya)".
juga sebagai
cara untuk memotivasi diri. Sebagai contoh, saat apa yang dilakukannya tidak
mendapat apresiasi yang layak baik secara moril maupun materil.
Empat
kriteria di atas apabila dimiliki oleh seorang santri akan menjadikanmahasiswa
yang bersangkutan sebagai figur yang tidak hanya dikagumi dan diteladani karena
akhlaknya yang mulia, tapi juga sebagai figur yang akan membuat langkah-langkah
yang memiliki manfaat besar besar bagi lingkungan sekitarnya. Inisiatif dan
langkah inovatifnya akan menjadi terobosan baru untuk mencapai kemaslahatan dan
kesejahteraan umat yang lebih luas.
B.
Hikmah
dinamis
(1) Menjadikan
kehidupan stabil
(2) Meningkatkan
kesejahteraan hidup individu dan social
(3) Menjunjung
nilai – nilai kemanusiaan
(4) Menghindari
diri dan masyarakat dari sifat stagnan atau statis
(5) Terlaksannya
nilai- nilai agama islam
(6) Mempercepat
proses menuju kemajuan individu dan mayarakat
A.
Inovatif
Pembelajaran inovatif merupakan
suatu pemaknaan terhadap proses pembelajaran yang bersifat komprehensif yang
berkaitan dengan berbagai teori pebelajaran modern yang berlandaskan pada
inovasi pembelajaran. Seperti teori belajar konstruktifis dan teori lainnya.
Dari
segi definisinya, Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya
yang dilakukan oleh guru (konvensional). Sudah barang tentu perbedaan ini
mengarah pada proses dan hasil yang lebih baik ari sebelumya. Proses
pembelajaran yang selama ini dilaksanakan cenderung mengarah pada penguasaan
hafalan konsep dan teori yang bersifat abstrak. Pebelajaran yang semacam ini
akan membuat anak kurang tertarik dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran yang berakibat pada rendahnya hasil pembelajaran serta ketidak
bermaknaan pengetahuan yang diperoleh oleh siswa. Di samping itu, pengetahuan
yang dipelajari siswa seolah-olah terpisah dari permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari yang dihadapi oleh siswa.
Pembelajaran
inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang bepusat pada siswa. Proses
pembelajaran dirancang, disususun, dan dikondisiskan untuk siswa agar belajar.
Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, pemahaman konteks siswa menjadi
bagian yang sangat penting, karena dari sinilah seluruh perancangan proses
pembelajaran dimulai. Hubungan antara guru dan siswa menjadi hubungan yang
saling belajar dan saling membangun. Otonomi siswa dan subyek pendidikan
menjadi titik acuan seluruh perencanaan dan proses pembelajaran, dengan mengacu
pada pembelajaran aktif dan inovatif.
A)
Karakteristik
Pembelajaran Inovatif
Model
pembelajaran inovatif memiliki karakteristik yang khas, di antaranya guru
memiliki keinginan untuk melakukan perubahan, pemahaman dan keterampilan untuk
mencapai tujuan, memahami benar apa faktor-faktor penunjang, menggunakan
strategi atau metode melaksanakan perubahan, dan mengevaluasi ketercapain
tujuan yang ditetapkan dalam perencanaan, karakteristik tersebut meliputi :
·
Keunggulan relatif, yaitu sejauh
mana inovasi dapat memberikan manfaat atau keuntungan, bagi penerimanya, yang
dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, prestise sosial, kenyamanan,
kepuasaan dan lainnya
·
Konfirmanilitas/Kompatibel
(Compatibility), ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (value),
pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima.
·
Kompleksitas (complexity), ialah
tingkat kesukaran atau kerumitan untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi
penerima.
·
Trialabilitas (Trialability), ialah
dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima.
·
Dapat diamati (Observability) ialah
mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah
diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat. Adapun beberapa kemampuan
bidang yang dapat diamati, diantaranya : manajemen pendidikan, metodologi
pengajaran, media pembelajaran, sumber belajar, pelatihan guru, implementasi
kurikulum,dll.
B)
Model-model
Pembelajaran Inovatif
1.
Model Examples Non Examples
Contoh
dapat dari Kasus/Gambar yang Relevan dengan Kompetensi Dasar.
Langkah-langkah :
o
Guru mempersiapkan gambar-gambar
sesuai dengan tujuan pembelajaran
o
Guru menempelkan gambar di papan
atau ditayangkan melalui OHP/In Focus
o
Guru memberi petunjuk dan memberi
kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar
o
Melalui diskusi kelompok 2-3 orang
siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
o
Tiap kelompok diberi kesempatan
membacakan hasil diskusinya
o
Mulai dari komentar/hasil diskusi
siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
o
Kesimpulan.
2.
Picture
And Picture
Langkah-langkah :
o
Guru menyampaikan kompetensi yang
ingin dicapai
o
Menyajikan materi sebagai pengantar
o
Guru menunjukkan/memperlihatkan
gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
o
Guru menunjuk/memanggil siswa secara
bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
o
Guru menanyakan alasan/dasar
pemikiran urutan gambar tersebut
o
Dari alasan/urutan gambar tersebut
guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
o
Kesimpulan/rangkuman.
3.
Numbered
Heads Together
Langkah-langkah :
o
Siswa dibagi dalam kelompok, setiap
siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
o
Guru memberikan tugas dan
masing-masing kelompok mengerjakannya
o
Kelompok mendiskusikan jawaban yang
benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui
jawabannya
o
Guru memanggil salah satu nomor
siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
o
Tanggapan dari teman yang lain,
kemudian guru menunjuk nomor yang lain
o
Kesimpulan.
4.
Cooperative
Script
Metode
belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan
mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah
:
o
Guru membagi siswa untuk berpasangan
o
Guru membagikan wacana/materi tiap
siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
o
Guru dan siswa menetapkan siapa yang
pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
o
Pembicara membacakan ringkasannya
selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar :
a)
Menyimak/mengoreksi/menunjukkan
ide-ide pokok yang kurang lengkap
b)
Membantu mengingat/menghafal ide-ide
pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
o
Bertukar peran, semula sebagai
pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya
o
Kesimpulan siswa bersama-sama dengan
guru
o
Penutup.
5.
Kepala
Bernomor Struktur
Langkah-langkah :
o
Siswa dibagi dalam kelompok, setiap
siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
o
Penugasan diberikan kepada setiap
siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai. Misalnya : siswa
nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa
nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
o
Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja
sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung
bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini
siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja
sama mereka
o
Laporkan hasil dan tanggapan dari
kelompok yang lain
6.
Student
Teams-Achievement Divisions (Stad)/Tim Siswa Kelompok Prestasi (Slavin, 1995)
Langkah-langkah :
o
Membentuk kelompok yang anggotanya =
4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
o
Guru menyajikan pelajaran
o
Guru memberi tugas kepada kelompok
untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan
pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
o
Guru memberi kuis/pertanyaan kepada
seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
o
Memberi evaluasi
o
Kesimpulan.
7.
Jigsaw (Model
Tim Ahli)/(Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978)
Langkah-langkah :
o
Siswa dikelompokkan ke dalam 4
anggota tim
o
Tiap orang dalam tim diberi bagian
materi yang berbeda
o
Tiap orang dalam tim diberi bagian
materi yang ditugaskan
o
Anggota dari tim yang berbeda yang
telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru
(kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
o
Setelah selesai diskusi sebagai tim
ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu
tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan dengan sungguh-sungguh
o
Tiap tim ahli mempresentasikan hasil
diskusi
o
Guru memberi evaluasi
o
Penutup.
8.
Problem
Based Instruction (PBI)/(Pembelajaran Berdasarkan Masalah)
Langkah-langkah :
o
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. *Memotivasi siswa terlibat
dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
o
Guru membantu siswa mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
(menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
o
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
o
Guru membantu siswa dalam
merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka
berbagi tugas dengan temannya.
o
Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang
mereka gunakan.
9.
Artikulasi
Langkah-langkah :
o
Menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai
o
Guru menyajikan materi sebagaimana
biasa
o
Untuk mengetahui daya serap siswa,
bentuklah kelompok berpasangan dua orang
o
Suruhlan seorang dari pasangan itu
menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar
sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga
kelompok lainnya
o
Suruh siswa secara bergiliran/diacak
menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa
sudah menyampaikan hasil wawancaranya
o
Guru mengulangi/menjelaskan kembali
materi yang sekiranya belum dipahami siswa
o
Kesimpulan/penutup.
10. Mind Mapping
Sangat
baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif
jawaban
Langkah-langkah
:
o
Guru menyampaikan kompetensi yang
ingin dicapai
o
Guru mengemukakan
konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang
mempunyai alternatif jawaban
o
Membentuk kelompok yang anggotanya
2-3 orang
o
Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat
alternatif jawaban hasil diskusi
o
Tiap kelompok (atau diacak kelompok
tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan
mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
o
Dari data-data di papan siswa
diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang
disediakan guru.
11. Make – A Match (Mencari Pasangan) (Lorna Curran, 1994)
Langkah-langkah :
o
Guru menyiapkan beberapa kartu yang
berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu
bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
o
Setiap siswa mendapat satu buah
kartu
o
Tiap siswa memikirkan jawaban/soal
dari kartu yang dipegang
o
Setiap siswa mencari pasangan yang
mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
o
Setiap siswa yang dapat mencocokkan
kartunya sebelum batas waktu diberi poin
o
Setelah satu babak kartu dikocok
lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
o
Demikian seterusnya
o
Kesimpulan/penutup
12. Think Pair And Share (Frank Lyman, 1985)
Langkah-langkah :
o
Guru menyampaikan inti materi dan
kompetensi yang ingin dicapai
o
Siswa diminta untuk berfikir tentang
materi/permasalahan yang disampaikan guru
o
Siswa diminta berpasangan dengan
teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
o
Guru memimpin pleno kecil diskusi,
tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
o
Berawal dari kegiatan
tersebutmengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi
yang belum diuangkapkan para siswa
o
Guru memberi kesimpulan
o
Penutup
13. Debat
Langkah-langkah :
o
Guru membagi 2 kelompok peserta
debat yang satu pro dan yg lainnya kontra
o
Guru memberikan tugas untuk membaca
materiyang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
o
Setelah selesai membaca materi. Guru
menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi
atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar
siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
o
Sementara siswa menyampaikan
gagasannya guru menulis guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di
papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
o
Guru menambahkan konsep/ide yang
belum terungkap
o
Dari data-data di papan tersebut,
guru mengajak siswa membuat kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada topik
yang diinginkan.
C)
Pentingnya
Pembelajaran Inovatif
Daya
kreativitas dan inovasi secara alamiah telah dimiliki oleh setiap orang. Namun
tumbuh dan berkembangnya pada setiap orang ini akan berbeda tergantung dari
kesempatan masing-masing untuk mengembangkannya. Pengembangan atau tumbuhnya
dengan subur kreativitas dan inovasi pada setiap orang atau sehubungan dengan
pekerjaan guru adalah dengan adanya latihan yang berkesinambungan. Latihan ini
harus dibarengi pula dengan penanaman sikap dan nilai yang luhur, yaitu sikap
seorang ilmuwan dan nilai yang berlandaskan pada IMTAQ.
Inovasi
pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan mesti dilakukan oleh guru.
Dengan adanya inovasi pembelajaran maka kita sebagai calon guru sebaiknya dapat
belajar menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menggairahkan, dinamis,
penuh semangat, dan penuh tantangan. Suasana pembelajaran seperti itu dapat
mempermudah peserta didik dalam memperoleh ilmu dan guru juga dapat menanamkan
nilai-nilai luhur yang hakiki pada peserta didik untuk menuju tercapainya
tujuan pembelajaran.
BABIII
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Mujahadah an-Nafs berasal dari bahasa Arab yang terdiri atas dua kata,
yakni mujahadah yang artinya kesungguhan dalam mengendalikan sesuatu dan
an-Nafs yang artinya diri pribadi. Jadi, mujahadah an-Nafs adalah kesungguhan
dalam mengendalikan diri pribadi atau sikap kontrol diri.
Sikap kontrol diri atau mujahadah an-Nafs adalah satu sikap yang diajarkan
Islam agar manusia mampu menjadi pribadi yang tidak selalu mengedepankan hawa
nafsu dan emosinya dalam menjalani kehidupan
Musabaqah fil khoiroh ( upaya dalam menuju kebaikan ),
dalam memulai sebuah kebaikan memang terkadang ada saja yang membuat perasaan
untuk menunda-nunda. Tapi bukan berarti kita tidak bisa memaksa untuk
mecoba dan terus mencoba untuk selalu berbuat kebaikan. Semua itu memang harus
dilakukan sedikit demi sedikit dan sering dilakukan agar kita terbiasa
nantinya.
Etos kerja merupakan semangat kerja yang menjadi
ciri khas dan
keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Kerja dalam arti pengertian luas
adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi,
intelektual dan fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan maupun
keakhiratan.
Prinsip dasar etos kerja dalam islam :
1. Bekerja secara
halal (thalaba ad-dunya halalan) baik
dari jenis pekerjaan maupun cara menjalankannya.
2. Bekerja agar
tidak menjadi beban hidup orang lain (ta’affufan
an al-mas’alah). Sebagai orang beriman dilarang menjadi beban hidup orang
lain (benalu).
3. Bekerja guna
memenuhi kebutuhan keluarga (sa’yan ala
iyalihi). Karena memenuhi kebutuhan keluarga hukumnya fardlu ain, tidak
dapat diwakilkan, dan melaksanakannya juga termasuk dalam jihad.
4. Bekerja guna
meringankan beban hidup tetangga (ta’aththufan
ala jarihi). Islam mendorong kerja keras untuk kebutuhan diri dan keluarga,
tetapi Islam melarang kaum beriman bersikap egois.
Dinamis
berasal dari kata dynamic artinya : bergerak. Dalam istilah Al-quran dinamis
itu identik dengan AL-INSAN yang artinya manusia yang diambil dari
kataunasun artinya jinak dan harmonis atau dari kata nasiya artinya
lupa,atau daeri kata na’sun artinya pergerakan atau dinamis.
Beberapa
sifat yang dimiliki orang yang dinamis adalah :
1. Bersungguh-sungguh, sehingga cepat dalam berpikir
dan bertindak
2. Tidak mau berdiam terlalu lama di suatu persoalan
3. Cepat beradaptasi terhadap suatu kondisi dan
perubahan
Model pembelajaran inovatif memiliki karakteristik yang
khas, di antaranya guru memiliki keinginan untuk melakukan perubahan, pemahaman
dan keterampilan untuk mencapai tujuan, memahami benar apa faktor-faktor
penunjang, menggunakan strategi atau metode melaksanakan perubahan, dan
mengevaluasi ketercapain tujuan yang ditetapkan dalam perencanaan.Pembelajaran
inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru
(konvensional). Inovasi pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan harus
dimiliki atau dilakukan oleh guru. Hal ini disebabkan karena pembelajaran akan
lebih hidup dan bermakna. Kemauan guru untuk mencoba menemukan, menggali dan
mencari berbagai terobosan, pendekatan, metode dan strategi pembelajaran
merupakan salah satu penunjang akan munculnya berbagai inovasi-inovasi baru.
B.
Saran
Bagi para pembaca janganlah ragu untuk berbuat baik.
Seseorang yang suka berbuat baik pasti akan mendapatkan balasan yang baik pula.
Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kesalahan maupun dari segi materi dan
dari segi makalah, penulis harapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian.
Semoga bermanfaat untuk para pembaca dan akhirnya kami
dari kelompok I (Satu) mengucapkan terimakasih kepada Bapak guru, dan
kawan-kawan dari kelompok I (Satu) yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://devidportofolio.blogspot.com/2008/11/
model-model-pembelajaran.html\
Ahmad Al-Buny,Djamal
Uddin.(2001).Ahlaqus sufiyah,pustaka Hikmah perdana.
Djamarah Syaiful Bahri, Aswan Zain.
2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Edukasi Kompasiana. 2011. Pentingnya
Inovasi Dalam Pembelajaran. Diunduh darihttp://edukasi.kompasiana.com/2011/09/24/pentingnya-inovasidalam-pembelajaran-
396045.html pada tanggal 26 Juni
2013
http://mambaululumklaten.com/hadist-kebersihan
http://andreanperdana.blogspot.com/2013/02/apa-sih-pentingnya-inovasi-pembelajaran.html
pada tanggal 26 Juni 2013
Sumantri Mulyani, Johar Permana.
2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV. Maulana
file.upi.edu/…/INOVASI_PENDIDIKAN/Inovasi_Pendidikan.pdf
Gatot H.
Pramobo, Membiasakan berbuat baik, Juni 2008
Alqur’an