Sabtu, 14 Januari 2017

Menghayati nilai nilai mujahadah an-nafs, musabaqah bil khairt, etos kerja, inofatif, dan dinamis


MENGHAYATI NILAI NILAI MUJAHADAH AN-NAFS, MUSABAQAH BIL KHAIRAT, ETOS KERJA, INOFATIF, DAN DINAMIS


D
I
S
U
S
U
N

OLEH KELOMPOK 1 :
Ø Muhammad Mauladi





MADRASAH ALIYAH NEGERI 039 TEMBILAHAN HULU
2016/2017


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan judul "Menghayati nilai nilai mujadah an nafs, musabaqah bil khairat, etos kerja, inovatif, dan dinamis" tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.
Tembilahan, 13 Januari 2017



Kelompok I
                                                                                



Daftar Isi
BAB I
PENDAHUAN

A.    Latar Belakang
Islam Agama Rahmat bagi Seluruh Alam Kata islam berarti damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama islam adalah agama yang mengandung ajaran untuk menciptakan kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan hidup umat manusia pada khususnya dan seluruh alam pada umumnya. Agama islam adalah agama yang Allah turunkan sejak manusia pertama, Nabi pertama, yaitu Nabi Adam AS. Agama itu kemudian Allah turunkan secara berkesinambungan kepada para Nabi dan Rasul-rasul berikutnya.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari beragam agama. Kemajemukan yang ditandai dengan keanekaragaman agama itu mempunyai kecenderungan kuat terhadap identitas agama masing- masing dan berpotensi konflik. Indonesia merupakan salah satu contoh masyarakat yang multikultural. Multikultural masyarakat Indonesia tidak sauja kerena keanekaragaman suku, budaya,bahasa, ras tapi juga dalam hal agama. Agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah agama islam, Katolik, protestan, Hindu, Budha, Kong Hu Chu. Dari agama-agama tersebut terjadilah perbedaan agama yang dianut masing-masing masyarakat Indonesia. Dengan perbedaan tersebut apabila tidak terpelihara dengan baik bisa menimbulkan konflik antar umat beragama yang bertentangan dengan nilai dasar agama itu sendiri yang mengajarkan kepada kita kedamaian, hidup saling menghormati, dan saling tolong menolong.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama yang sejati, harus tercipta satu konsep hidup bernegara yang mengikat semua anggota kelompok sosial yang berbeda agama guna menghindari ”ledakan konflik antarumat beragama yang terjadi tiba-tiba”.
Makalah ini akan membahas tentang  Mujahadah Nafs tentang kontrol diri yang perlu dimiliki setiap umat muslim.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud Muzahadah Nafs?
2.      Apa yang dimaksud Musabaqah bil khairat?
3.      Apa yang dimaksud Etos kerja?
4.      Apa yang dimaksud  Dinamis?
5.      Apa yang dimaksud Inovatif?

C.    Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah ;
1.      Mengetahui apa yang dimaksud Muzahadah Nafs?
2.      Mengetahui apa yang dimaksud Musabaqah bil khairat?
3.      Mengetahui apa yang dimaksud Etos kerja?
4.      Mengetahui apa yang dimaksud  Dinamis?
5.      Mengetahui apa yang dimaksud Inovatif?






BAB II
PEMBAHASAN

A.      Mujahadah An-Nafs
1.      Pengertian
Mujahadah an-Nafs berasal dari bahasa Arab yang terdiri atas dua kata, yakni mujahadah yang artinya kesungguhan dalam mengendalikan sesuatu dan an-Nafs yang artinya diri pribadi. Jadi, mujahadah an-Nafs adalah kesungguhan dalam mengendalikan diri pribadi atau sikap kontrol diri.
Sikap kontrol diri atau mujahadah an-Nafs adalah satu sikap yang diajarkan Islam agar manusia mampu menjadi pribadi yang tidak selalu mengedepankan hawa nafsu dan emosinya dalam menjalani kehidupan. Akan tetapi, mampu mengendalikan emosi dan hawa nafsunya dengan selalu mengedepankan kejernihan hati dan pikiran serta perilaku mulia yang dapat meninggikan derajatnya di hadapan Allah swt.
Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :
“Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati”
(H.R. Tarmidzi: 2383)
Di antara tanda kecintaan seorang hamba kepada Allah swt., yaitu dia yang mengutamakan perkara yang disukai-Nya daripada mengutamakan kehendak nafsu pribadinya. Orang-orang yang sanggup melawan hawa nafsu adalah mereka yang beriman kepada Allah swt. dan hari akhir, inilah kekuatan yang ada dalam diri umat Islam.

Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :
“Dan saya juga mendengar Rasulullah saw. Bersabda, “Mujahid adalah orang yang berjihad terhadap jiwanya”
(H.R. Ahmad)
Perang melawan hawa nafsu merupakan jihad akbar, yang nilainya lebih utama dibanding jihad memerangi orang-orang kafir, yang sering disebut jihad kecil (al jihad al asghar) oleh Rasulullah saw.

Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :
“Nabi Muhammad saw. Bersabda: Telah kembalilah kita dari sebuah perlawanan yang kecil (perang Badar dengan orang Kaum Kafir Quraisy waktu itu), menuju peperangan yang agung, bertanyalah para sahabat: Ya Rasulullah, apa yang engkau maksudkan peperangan yang besar? Rasul menjawab: Perang melawan hawa nafsu”

2.      Perilaku yang Mencerminkan Sikap Mujahadah an-Nafs
a.       Berpikir positif
Selalu berpikir positif dalam segala hal, tidak pernah mempunyai prasangka buruk terhadap apa pun dan siapa pun, tidak memiliki perasaan untuk merendahkan, atau bahkan menghina siapa pun yang ditemuinya. Ketika seseorang memiliki perilaku berpikir positif, dia akan selalu mempertimbangkan setiap ucapan dan perilakunya untuk memberikan manfaat kepada orang lain.
Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :
“Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. bahwasanya Nabi Muhammad saw. Bersabda, “Demi Zat (Allah) yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, tidaklah beriman seorang hamba dengan sempurna sehingga dia mencintai tetangganya atau saudaranya seperti halnya mereka mencintai dirinya sendiri”
(H.R. Muslim: 65)
b.      Bekerja keras, tuntas, dan ikhlas
c.       Optimis dalam segala hal
Sikap optimis artinya keyakinan yang kuat bahwa kesungguhan dan kerja keras yang kita lakukan akan mendapatkan petunjuk dan pertolongan dari Allah swt. dengan berbagai macam kemudahan.
         Allah swt. berfirman :
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ


Artinya :
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik” (Q.S. Al-Ankabut (29): 69)
d.      Bersyukur ketika mendapat keberhasilan
e.       Bersabar ketika mendapat kegagalan
Seseorang yang memiliki sikap kontrol diri akan bersabar dan menganggap bahwa setiap kegagalan dalam usahanya adalah ujian baginya untuk meningkatkan usaha dan doanya lebih maksimal lagi di kemudian hari.
Allah swt. berfirman :
¢ÓÍ_t7»tƒ (#qç7ydøŒ$# (#qÝ¡¡¡ystFsù `ÏB y#ßqムÏmŠÅzr&ur Ÿwur (#qÝ¡t«÷ƒ($s? `ÏB Çy÷r§ «!$# ( ¼çm¯RÎ) Ÿw ß§t«÷ƒ($tƒ `ÏB Çy÷r§ «!$# žwÎ) ãPöqs)ø9$# tbrãÏÿ»s3ø9$# ÇÑÐÈ  
Artinya :
“Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita) tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir.” (Q.S. Yusuf (12): 87)

3.      Hikmah atau Manfaat dari Sikap Mujahadah an-Nafs
a.     Menambah ketentraman hati dan pikiran
Seseorang yang memiliki sikap kontrol diri, hatinya akan merasa tenteram dan nyaman, tidak pernah berburuk sangka terhadap siapa pun yang ditemuinya, tidak mengucapkan sesuatu yang dapat merugikan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :
“Sesungguhnya dalam tubuh (manusia) itu terdapat segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik maka baik pula seluruh tubuhya, akan tetapi apabila rusak segumpal daging itu maka rusak pulalah seluruh tubuhnya, ingatlah segumpal daging itu adalah hati.”
(H.R. Bukhari: 50 dan Muslim: 2996)

b.     Mendapatkan hasil yang memuaskan
Seseorang yang dapat mengontrol dirinya dari sifat malas dan menunda pekerjaan menggantinya dengan kerja keras, tuntas, dan ikhlas tentu akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Allah swt. berfirman :
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ
Artinya :
“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.” (Q.S. An-Najm (53): 39)
c.     Memiliki kepercayaan diri yang tinggi
d.    Menambah ketawakalan kepada Allah swt. dalam menyerahkan semua  urusan

4.      Dapat Melakukan Mujahadah an Nafs hanya karena hidayah Allah
Mujahadah al-nafs merupakan perbuatan yang berat. Meskipun berat Allah menjanjikan jalan keluar bagi orang beriman yang bersungguh-sungguh berjuang mengendalikan nafsunya. Sebagaimana firman Allah :  “Orang-orang yang berjihad di jalan Kami, pasti akan kami tunjukkan kepadanya jalan-jalan Kami…” (QS al-Ankabut: 69).
Imam Ibn al-Qayyim berkata: “Allah menggantungkan hidayah dengan laku jihad. Maka orang yang paling sempurna hidayah (yang diperoleh)-nya adalah dia yang paling besar laku jihadnya. Jihad yang paling fardu adalah jihad melawan nafsu, melawan syahwat, melawan syetan, melawan rayuan duniawi. Siapa yang bersungguh-sungguh dalam jihad melawan keempat hal tersebut, Allah akan menunjukkan padanya jalan ridha-Nya, yang akan mengantarkannya ke pintu surga-Nya. Sebaliknya, siapa yang meninggalkan jihad, maka ia akan sepi dari hidayah…”
Di ayat lain, Allah menjelaskan bahwa membebaskan nafsu merupakan karunia Allah, sebagaimana frimannya: “Dan aku tidak membebaskan nafs-ku, karena sesungguhnya nafs itu selalu sangat menyuruh kepada keburukan, kecuali nafs yang dirahmati Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf/12: 53).
Kalimat yang bergaris bawah menunjukkan bahwa kita tidak akan sanggup mengendalikan diri, kecuali mendapatkan rahmat dan kasih sayang Allah

5.      Akibat mengikuti nafsu
Para pelaku tindak kriminal di sekitar kita, seperti para koruptor, pemakai narkoba, pembunuh, misalnya, adalah orang-orang yang gagal dalam laku mujahadah diri. Sebaliknya, mereka justru menuruti segala keinginan dan syahwat diri, sehingga mereka tertawan dan diperbudak olehnya. Mereka tidak pernah menyadari tentang buah kejahatan yang akan datang menjelang, cepat atau lambat. Yang mereka pikirkan adalah bayangan semu tentang kenikmatan sesaat dan instan. Na’udzu billah, semoga kita dihindarkan cara pandang sedemikian.






6.      Hikmah mujahadah an nafs
Ada beberapa hikmah yang dapat diambil dari mujahadah an-nafs, yaitu:
a)      Dapat meminimalisasi akibat negatif dari perbuatan yang dilakukan, karena dipertimbangkan dengan matang.
b)      Berusaha berbuat yang baik dan terbaik, sebaik perbuatan itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah
c)      Tidak cepat bereaksi terhadap berbagai permasalahan yang timbul.

7.      Cara Mujahadah an nafs
Ada empat cara melakukan mujahadah an-nafs dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
1)        Bersabar atau menyisihkan waktu yang lebih lama untuk mengambil keputusan dari perbuatan yang akan dilakukan. 
Ketika seseorang atau umat Islam dihadapkan kepada banyak tantangan dan kesulitan atau berposisi minoritas, hendaklah bersabar. Sikap sabar akan membuka pikiran jernih yang menjadi pembuka ide-ide brilian yang mengambil keputusan.
2)        Memikirkan akibat dari perbuatan yang kita lakukan.
Berpikir tentang akibat perbuatan yang akan dilakukan dapat meminimalisasi hal-hal negatif dan penyesalan yang akan ditimbulkan dari perbuatan tersebut. Bukankah setiap perbuatan sebenarnya akan kembali kepada pelakunya sendiri? Allah Swt berfirman: “Jika kamu berbuat baik, maka kamu berbuat baik kepada dirimu sendiri. Jika kamu berlaku jahat, maka kamu berbuat jahat pada dirimu sendiri.” (QS Al-Isra: 7). Sebagian ulama salaf menafsirkan ayat ini dengan berkata: “Sesungguhnya amal kebaikan melahirkan cahaya di dalam kalbu, kesehatan pada badan, kecerahan pada wajah, keluasan pada rizki, serta kecintaan dari segala makhluk. Sedangkan kejahatan, sebaliknya, menciptakan kegelapan di hati, keringkihan di badan, kesuraman di wajah, kesempitan pada rizki, serta kebencian dari hati segala makhluk.”
3)        Berdzikir kepada Allah
Berdzikir merupakan cara untuk menyadarkan diri bahwa segala perbuatan kita dilihat dan dicatat oleh Allah untuk dipertanggungjawabkan di akhirat. Dengan berdzikir iman akan bertambah, membentengi godaan setan dan menjadi penyelamat dari neraka. Sebagaimana sabda Nabi saw:
 ذِكْرُ اللهِ عِلْمُ الإيمَانِ وَبَرَائِهِ مِنَ النِّفَاقِ وَحُصِنَ مِنَ الشَّيْطَانِ وَحُرِزَ مِنَ النِّيْرَانِ
Dzikirullah itu (dapat membuka) pengetahuan tentang keimanan, pembebasan dari kemuafikan, benteng dari syetan, dan penyelamat dari neraka.” (Miftah al-Shudur).
Ibnu Atha’illah al-Sakandari dalam al-Hikam-nya memberikan nasehat:
لا تترك الذكر لعدم حضورك مع الله فيه، لأن غفلتك عن وجود ذكره أشد من غفلتك في وجود ذكره
Janganlah engkau meninggalkan zikir karena engkau tidak hadir bersama Allah (tidak khusyuk), karena kelalaianmu sambil tidak berzikir itu lebih dahsyat daripada kelalaianmu sambil zikir kepada-Nya.”
4)        Berdoa kepada Allah
Doa menjadi modal spritual  ketika dalam kesulitan. Inilah yang dicontohkan Rasulullah,  ketika beliau dilempari batu dan diusir dari Thaif, justru beliau mendoakan penduduk thaif agar diberi hidayah oleh Allah


A.         Musabaqah fil khoiroh ( Upaya dalam menuju kebaikan )

Dalam melihat hidup masyarakat disekitar kita, sering kita jumpai ada beberapa orang yang mempunyai kecenderungan tertentu. Orang yang terbiasa berbuat maksiyat, maka dari hari kehari dia akan semakin terjerumus kedalam lembah yang hitam. Sebaliknya orang yang suka sholat berjamaah ke masjid, maka dia akan ramah ke tetangganya, rutin berinfaq dan bahagia kehidupan keluarganya.
Semakin seseorang memperbanyak dalam membiasakan untuk berbuat baik, maka semakin banyak terbuka pintu-pintu kebaikan yang lain. Salah satu kunci kesuksesan hidup kita adalah bagaimana kita membiasakan berbuat baik. Semakin kita terbiasa melakukan perbuatan baik, maka semakin mudah jalan kita untuk mencapai kebahagiaan hidup. Agar manusia terbiasa beribadah, maka beberapa ibadah dilakukan dalam kurun waktu tertentu seperti sholat lima kali dalam sehari, puasa sunnah dua kali seminggu, dan sholat jum’at sekali sepekan.
Permasalahan awal yang biasaya ditemukan dalam melakukan sesuatu yaitu dalam memulainya. Terkadang memulai suatu aktifitas itu lebih berat dibandingkan ketika melaksanakannya. Maka ketika kita mendorong mobil yang mogok, akan diperlukan tenaga yang besar saat sebelum mobil bergerak. Setelah mobil tersebut bergerak, diperlukan daya dorong yang kecil. Ada juga sifat kita yang menunda perbuatan baik, padahal perbuatan baik janganlah ditunda. Kalau kita ada keinginan untuk menunda, maka tundalah untuk menunda. Hal ini seperti yang disampaikan Rasululloh SAW:  “ Bersegeralah untuk beramal, jangan menundanya hingga datang tujuh perkara. Apakah akan terus kamu tunda untuk beramal kecuali jika sudah datang : kemiskinan yang membuatmu lupa, kekayaan yang membuatmu berbuat melebihi batas, sakit yang merusakmu, usia lanjut yang membuatmu pikun, kematian yang tiba-tiba menjemputmu, dajjal, suatu perkara gaib terburuk yang ditunggu, saat kiamat, saat bencana yang lebih dahsyat dan siksanya yang amat pedih.”
Salah satu cara untuk mempermudah kita dalam memulai suatu ibadah adalah dengan mengetahui akan besarnya manfaat yang akan dirasakan. Segala hambatan atau godaan untuk tidak melaksanakan kebaikan tersebut akan bisa dilewatkan dengan keyakinan yang kuat. Oleh sebab itu, kita wajib mencari ilmu tentang fadhilah ( kelebihan ) dari suatu amalan atau ibadah. Bahkan untuk menguatkan hati, kita juga perlu mencari ilmu secara berulang kali. Bahkan beberapa pengulangan dalam Al-qur’an digunakan agar manusia semakin ingat.

وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِي هَٰذَا الْقُرْآنِ لِيَذَّكَّرُوا وَمَا يَزِيدُهُمْ إِلَّا نُفُورًا
    Artinya : “ Dan  sesungguhnya  dalam  Al-qur’an  ini  Kami telah  ulang - ulangi ( peringatan – peringatan ), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari(dari kebenaran).” (QS. Al Isra’ 41)
Jadi, mulailah perbuatan baik yang ingin anda lakukan sekarang dan jangan ditunda. Kalau belum yakin, perluas dan perdalam ilmu agar kita semakin yakin.


وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al Baqarah 148).

Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan fastabiqul khairat (berlomba-lombalah atau bersegeralah dalam berbuat baik). Imam An Nawawi dalam kitabnya Riyadhush shalihiin meletakkan bab khusus dengan judul bab "bersegera dalam melakukan kebaikan, dan dorongan bagi orang-orang yang ingin berbuat baik agar segera melakukannya dengan penuh kesungguhan tanpa ragu sedikitpun". Berikut beberapa poin bagaimana Imam An Nawawi memahami ayat tersebut.


Pertama, bahwa melakukan kebaikan adalah hal yang tidak bisa ditunda, melainkan harus segera dikerjakan. Sebab kesempatan hidup sangat terbatas. Kematian bisa saja datang secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya. Karena itu semasih ada kehidupan, segeralah berbuat baik. Lebih dari itu bahwa kesempatan berbuat baik belum tentu setiap saat kita dapatkan. Karenanya begitu ada kesempatan untuk kebaikan, jangan ditunda-tunda lagi, tetapi segera dikerjakan. Karena itu Allah swt. dalam Al Qur’an selalu menggunakan istilah bersegeralah, seperti fastabiquu atau wa saari’uu yang maksudnya sama, bergegas dengan segera, jangan ditunda-tunda lagi untuk berbuat baik atau memohon ampunan Allah swt. Dalam hadist Rasulullah saw. Juga menggunakan istilah baadiruu maksudnya sama, tidak jauh dari bersegera dan bergegas.
Kedua, bahwa untuk berbuat baik hendaknya selalu saling mendorong dan saling tolong menolong. Kita harus membangun lingkungan yang baik. Lingkungan yang membuat kita terdorong untuk berbuat kebaikan. Dalam sebuah hadits yang menceritakan seorang pembunuh seratus orang lalu ia ingin bertaubat, disebutkan bahwa untuk mencapai tujuan taubat tersebut disyaratkan agar ia meninggalkan lingkungannya yang buruk. Sebab tidak sedikit memang seorang yang tadinya baik menjadi rusak karena lingkungan. Karena itu Imam An Nawawi menggunakan "al hatstsu" yang artinya saling mendukung dan memotivasi. Sebab dari lingkungan yang saling mendukung kebaikan akan tercipta kebiasaan berbuat baik secara istiqamah.
Ketiga, bahwa kesigapan melakukan kebaikan harus didukung dengan kesungguhan yang dalam. Imam An Nawawi mengatakan "bil jiddi min ghairi taraddud". Kalimat ini menunjukkan bahwa tidak mungkin kebaikan dicapai oleh seseorang yang setengah hati dalam mengerjakannya. Rasulullah SAW bersabda untuk mendorong segera beramal sebelum datangnya fitnah, di mana ketika fitnah itu tiba, seseorang tidak akan pernah bisa berbuat baik. SebabBOLEH jadi pada saat itu seseorang dipagi harinya masih beriman, tetapi pada sore harinya tiba-tiba menjadi kafir. Atau sebaliknya pada sore harinya masih beriman tetapi pada pagi harinya tiba-tiba menjadi kafir. 
Uqbah bin Harits RA pernah suatu hari bercerita: “Aku shalat Ashar di Madinah di belakang Rasulullah SAW, tiba-tiba selesai shalat Rasulullah segera keluar melangkahi barisan shaf para sahabat dan menuju kamar salah seorang istrinya. Para sahabat kaget melihat tergesa-gesanya Rasulullah. Lalu Rasulullah keluar, dan kaget ketika melihat para sahabatnya memandangnya penuh keheranan. Rasulullah SAW lalu bersabda, "Aku teringat ada sekeping emas dalam kamar, dan aku tidak suka kalau emas tersebut masih bersamaku. Maka aku segera perintahkan untuk dibagikan kepada yang berhak". (HR. Bukhari).
Melalui usaha maupun pekerjaan yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh, doa, sabar dan tawakal sebagai sandarannya serta selalu saling berkompetisi didalam berbuat kebaikan dsb, adalah satu kendaraan yang paling tepat dan efektif untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia dan kehidupan negeri akhirat yang abadi.



B.         Etos Kerja

Mahkota umat islam itu adalah jihad. Mereka yang tercabut semangat jihad dari dadanya, dia telah mencampakan mahkota harga diri kemuliaanya, baik secara individu maupun sebagai umat. Sungguh banyak orang yang berfikiran sempit yang menafsir dan mengartikan jihad hanya dengan pengertian perang.
Ketauhilah bahwa jihad atau mujahadah yang berasal dari kata jahada-yujahidu, mempunyai makna sikap yang bersungguh-sungguh untuk mengerahkan seluruh potensi diri untuk mencapai suatu tujuan atau citacita. Inilah arti jihad yang paling mukhtabar yang diketahui oleh seluruh kaum alim dimana pun mereka berada, sebagai firman allah di dalam Al-Qur’an :
وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
Artinya :
“Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”.(Q.S. Al-Ankabut :6).
A.    Pengertian Etos Kerja
Etos berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Kata kerja berarti usaha, amal, dan apa yang harus dilakukan (diperbuat). Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Kerja dalam arti pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi, intelektual dan fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan maupun keakhiratan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahamkan bahwa semua usaha manusia baik yang dilakukan oleh akal, perasaan, maupun perbuatan adalah termasuk ke dalam kerja.

B.     Dalil Mengenai Etos Kerja
Islam sangat mendorong orang-orang mukmin untuk bekerja keras, karena pada hakikatnya kehidupan dunia ini merupakan kesempatan yang tidak akan pernah terulang untuk berbuat kebajikan atau sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Ini sekaligus untuk menguji orang-orang mukmin, siapakah diantara mereka yang paling baik dan tekun dalam bekerja. Allah SWT berfirman :
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
 Artinya “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”(Q. S Al-Mulk:2)
Untuk menekankan perintah agar kita semua menggunakan kesempatan hidup ini dengan giat bekerja dan beramal, Allah swt menegaskan bahwa tidak ada satu amal atau satu pekerjaan pun yang terlewatkan untuk mendapatkan imbalan di hari akhir nanti, karena semua amal dan pekerjaan kita akan disaksikan Allah swt, Rasulullah saw dan orang-orang mukmin lainnya. Allah swt berfirman :

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan Katakanlah; “Bekerjalah kamu, maka Allah swt dan Rasulullah-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”(QS. At-Taubah:105)

Disisi lain, Rasulullah saw sangat menekankan kepada seluruh umatnya, agar tidak menjadi orang yang pemalas dan orang yang suka meminta-minta. Pekerjaan apapun, walau tampak hina dimata banyak orang, jauh lebih baik dan mulia daripada harta yang ia peroleh dengan meminta-minta. Dalam sebuah riwayat disebutkan;
وعن حكيْم بن حزام رضى الله عنهما عن النّبيّ صلّى الله عليْه وسلّم قال (اليد العليا خير منْ يد السّفلى، وابْدأ بمنْ تعول وخيْر الصّدقة عنْ ظهر غنى ومنْ يسْتعْففْ يعفّه الله ومنْ يسْتغْن يغْنه الله) متفق عليه ,والفظ للبخارى
Dari Hakim putra Hizam, ra., dari Rasulullah saw., beliau bersabda; “Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah, dahulukanlah orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-baiknya sedekah itu ialah lebihnya kebutuhan sendiri. Dan barang siapa memelihara kehormatannya, maka Allah akan memeliharanya. Dan barang siapa mencukupkan akan dirinya, maka Allah akan beri kecukupan padanya.” (H.R Bukhari)
Perbuatan suka memberi atau enggan meminta-minta dalam memenuhi kebutuhan hidup, sangatlah dipuji oleh agama. Hal ini jelas dikatakan Nabi SAW dalam hadis di atas bahwa Nabi mencela orang yang suka meminta-minta (mengemis) karena perbuatan tersebut merendahkan martabat kehormatan manusia. Padahal Allah sendiri sudah memuliakan manusia, seperti terungkap melalui firman-Nya :

وَلَقَدْ كَرَمْنَا بَنِى اَدَم َوَحَمْلنَاهُمْ فىِ اْلبَرِّ وَاْلبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيْرٍ مِمَنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلاً
 “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkat mereka di daratan dan di lautan. Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas  kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Q.S Al-Isra’ : 70)
Dalam sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah SAW telah bersabda : Orang mu’min yang memiliki keimanan yang kuat lebih Allah cintai daripada yang lemah imannya. Bahwa keimanan yang kuat itu akan menerbitkan kebaikan dalam segala hal. Kejarlah (sukailah) pekerjaan yang bermanfaat dan mintalah pertolongan kepada Allah. Janganlah lemah berkemauan untuk bekerja. Jika suatu hal yang jelek yang tidak disenangi menimpa engkau janganlah engkau ucapkan : Seandainya aku kerjakan begitu, takkan jadi begini, tetapi katakanlah (pandanglah) sesungguhnya yang demikian itu sudah ketentuan Allah. Dia berbuat apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya ucapan “seandainya” itu adalah pembukaan pekerjaan setan.” (H.R Muslim) mengisyaratkan bahwa Nabi Muhammad SAW memerintahkan tentang tiga hal, yaitu : menguatkan keimanan, melakukan hal yang bermanfaat, dan memohon pertolongan kepada Allah. Di samping itu beliau melarang berbuat dua hal, yaitu: menjadi lemah, dan menyesali apa yang telah menimpa diri dari sesuatu yang tidak disukai, sehingga mengatakan :  “Seandainya aku lakukan begitu, tak akan terjadi begini.”
Islam senantiasa mengajarkan kepada umatnya agar berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak dibenarkan seorang muslim berpangku tangan saja atau berdoa mengharap rezeki datang dari langit tanpa mengiringinya dengan usaha. Namun demikian, tidak dibenarkan pula terlalu mengandalkan kemampuan diri sehingga melupakan pertolongan Allah SWT dan tidak mau berdoa kepada-Nya

1.      Bekerja secara halal (thalaba ad-dunya halalan) baik dari jenis pekerjaan maupun cara menjalankannya. Contohnya, orang yang berprofesi sebagai pedagang ikan di pasar. Murninya, pekerjaan ini adalah halal, namun jika pedagang tersebut melakukan hal-hal yang tidak baik (membahayakan orang lain), misalnya menjual ikan berformalin, maka dapat dikatakan profesi yang semula halal menjadi haram (‘haram lighairihi’).
2.      Bekerja agar tidak menjadi beban hidup orang lain (ta’affufan an al-mas’alah). Sebagai orang beriman dilarang menjadi beban hidup orang lain (benalu). Rasulullah pernah menegur seorang sahabat yang muda dan kuat tetapi pekerjaannya mengemis. Beliau kemudian bersabda, “Sungguh orang yang mau membawa tali atau kapak kemudian mengambil kayu bakar dan memikulnya diatas punggung lebih baik dari orang yang mengemis kepada orang kaya, diberi atau ditolak” (HR Bukhari dan Muslim).
3.      Bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga (sa’yan ala iyalihi). Karena memenuhi kebutuhan keluarga hukumnya fardlu ain, tidak dapat diwakilkan, dan melaksanakannya juga termasuk dalam jihad. Hadis Rasulullah menyebutkan “Tidaklah seseorang memperoleh hasil terbaik melebihi yang dihasilkan tangannya. Dan tidaklah sesuatu yang dinafkahkan seseorang kepada diri, keluarga, anak, dan pembantunya kecuali dihitung sebagai sedekah” (HR Ibnu Majah).
4.      Bekerja guna meringankan beban hidup tetangga (ta’aththufan ala jarihi). Islam mendorong kerja keras untuk kebutuhan diri dan keluarga, tetapi Islam melarang kaum beriman bersikap egois.


1.      Melandasi setiap kegiatan kerja semata-mata ikhlas karena Allah serta untuk memperoleh ridla-Nya. Pekerjaan yang halal bila dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah tentu akan mendapatkan pahala ibadah.
Rasulullah saw bersabda, yang artinya : Allah swt tidak akan menerima amalan, melainkan amalan yang ikhlas dan yang karena untuk mencari keridaan-Nya. (H.R.Ibnu Majah )
2.      Mencintai pekerjaannya. Karena pekerja yang mencinta pekerjaanya, biasanya dalam bekerja akan tenang, senang, bijaksana, dan akan meraih hasil kerja yang optimal.
Rasulullah saw bersabda, yang artinya Sesungguhnya Allah cinta kepada seseorang di antara kamu yang apabila mengerjakan sesuatu pekerjaan maka ia rapihkan pekerjaan itu.
3.      Mengawali setiap kegiatan kerjanya dengan ucapan basmalah.
Nabi saw bersabda yang artinya :Setiap urusan yang baik (bermanfaat) yang tidak dimulai dengan ucapan basmalah (bismillahirrahmanirrahim) maka terputus berkahnya. (H.R.Abdul Qahir dari Abu Hurairah)
4.      Melaksanakan setiap kegiatan kerjanya dengan cara yang halal.
Nabi saw bersabda, yang artinya : Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang baik, mencintai yang baik (halal), dan tidak menerima (sesuatu) kecuali yang baik, dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin sesuatu yang diperintahkan kepada para utusan-Nya. (H.R.Muslim dan Tirmidzi)
5.      Tidak melakukan kegiatan kerja yang bersifat mendurhakai Allah. Misalnya bekerja sebagai germo, pencatat riba (rentenir), dan pelayan bar.
Nabi saw bersabda, yang artinya :“Tidak ada ketaatan terhadap makhluk untuk mendurhakai sang pencipta”.(H.R.Ahmad bin Hambai)
6.      Memiliki sifat-sifat terpuji seperti jujur, dapat dipercaya, suka tolong menolong dalam kebaikan, dan professional dalam kerjanya
7.      Bersabar apabila menghadapi hambatan-hambatan dalam kerjanya. Sebaliknya, bersyukur apabila memperoleh keberhasilan.
8.      Menjaga keseimbangan antara kerja yang manfaatnya untuk kehidupan di dunia dan yang manfaatnya untuk kehidupan di akhirat. Seseorang yang sibuk bekerja sehingga meninggalkan shalat lima waktu, tidak sesuai dengan Islam.
Rasulullah saw bersabda yang artinya,”Kerjakanlah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya, tetapi kerjakanlah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok.”(H.R.Ibnu Asakin)



C.         Dinamis
Dinamisme merupakan kemampuan melihat sisi terang kehidupan dan memelihara sikap positif, sekalipun berada dalam kesulitan. Dinamisme adalh pendekatan yang positif terhadp kehidupan sehari-hari untuk mencapi kberhsilan yang berguna bagi kehidupan.
Dalam firman Allah:
وَقَالَ يَا بَنِيَّ لَا تَدْخُلُوا مِنْ بَابٍ وَاحِدٍ وَادْخُلُوا مِنْ أَبْوَابٍ مُتَفَرِّقَةٍ ۖ وَمَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ۖ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَعَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ
 “Dan Ya'qub berkata: "Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian Aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dari pada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah Aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri".(Q.S. yusuf : 67)

Dinamis berasal dari kata dynamic artinya : bergerak. Dalam istilah Al-quran dinamis itu identik dengan AL-INSAN yang artinya manusia yang diambil dari kataunasun artinya jinak dan harmonis atau dari kata nasiya artinya lupa, atau daeri katana’sun artinya pergerakan atau dinamis.

Makna tersebut paling tidak memberikan gambaran sepintas bahwa manusia mempunyai potensi untuk lupa , hidup harmonis, dan kemampuan untuk bergerak yang melahirkan dinamisme. Secara istilah dinamis adalah : sifat yang hidup penuh semangat, terus bergerak, untuk menghasilkan perubahan yang membawa kemajuan. Manusia yang dinamis akan selalu aktif melihat perkembangan zaman, gejala apa yang telah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi. Sehingga menjadikan ia mampu beradaptasi, berkomunikasi, berintegrasi, dan bersosilisasi dengan apa dan siapa saja yang berada di lingkungannya.

Manusia merupakan makhluk sosialis – dinamis yang hidupnya selalu di hadapkan dengan perubahan – perubahan, baik perubahan alam maupun perubahan masyarakat, tidak ada satupun di ala mini yang mengalami stagnasi (kemandekan), semua diciptakan Allah sesuai dengan sunnah-Nya yaitu perubahan, yang tidak berubah hanyalah dzat Allah, untuk menyikapi perubahan itu manusia harus bersikap kreatif dan dinamis, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-ankabut ayat 69 :

الَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”.

Allah menjadikan kehidupan manusia dalam keadaaan susah payah. Oleh karena itu manusia harus tetap mensikapinya dengan sikap dinamis dan kreatif dalam menghadapi kehidupan dan ciri dari orang yang kreatif – dinamis itu ia akan senang menghadapi masalah yang rumit – rumit atau sulit lalu dihadapinya dengan lapang dada. Keseriusan dan ketekunan dengan demikian mendorong mereka lebih maju.

Sebaliknya orang yang bodoh biasanya enggan sekali menghadapi problematika yang sulit yang di carinya adalah yang mudah – mudah saja sehingga menjadikan mereka pasif dan statis. Allah berfirman dalam QS. Al-insyirah

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu Telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”

Maksudnya: sebagian ahli tafsir menafsirkan apabila kamu (Muhammad) Telah selesai berdakwah Maka beribadatlah kepada Allah; apabila kamu Telah selesai mengerjakan urusan dunia Maka kerjakanlah urusan akhirat, dan ada lagi yang mengatakan: apabila Telah selesai mengerjakan shalat berdoalah.



A.     Ciri-ciri sikap dinamis

a)      Wajar dan realistis
b)      Yakin pengorbanan dan Amal shaleh

Beberapa sifat yang dimiliki orang yang dinamis adalah :
· Bersungguh-sungguh, sehingga cepat dalam berpikir dan bertindak
· Tidak mau berdiam terlalu lama di suatu persoalan
· Cepat beradaptasi terhadap suatu kondisi dan perubahan
· Membuang hal-hal dan beban yang tidak perlu
· Sehingga tetap tenang dan bahagia meski banyak persoalan yang dihadapi

Ada beberapa karakter manusia dinamis yang mungkin bisa di pelihara dalam diri kita :

1. Selalu berusaha igin tahu
Seseorang yang dinamis selalu ingin megetahui letak sebuah persoalanmengapa demikian? Ia berusaha ingin tahu seluk beluk segala macam apa saja. Meski ia ahli di satu bidang tertentu. Ia menghimpun berbagai fakta seperti juga orang-orang menghimpun perangko atau kalori di tubuhnya. Ia tidak merasa dirinya berkecukupan soal pengetahuan. Ia ingin belajar tentang segala bidang yang baru. Meski ia memiliki minat besar pada bidang tertentu. Ia sangat senang mempelajari suatu keterampilan baru. Bertemu, berkenalan dengan orang-orang baru. Setidaknya ia ingin melakukan semua hal meski hanya sekali.
Namun ia akan BERHENTI pada saat ia merasa bahwa gerakannya itu sudah terlampau jauh menjangkau hidaupnya. Apalagi saat semuanya terlalu mengikat perhatian dan geraknya. Ia akan berhenti sebentar untuk menengok matahari terbenam di pinggir pantai, melihat gumpalan awan yang indah sambil terbaring di padang rumput luas atau membaca sebuah novel klasik di pinggir danau sambil menikmati secangkir coklat panas. Seorang yang dinamis kadang menemui seorang teman lama yang jarang ditemuinya unntuk bersilaturahmi.
Namun semuanya ini hanya sekedar untuk mengisi tenaga baterai dinamisnya saja. Ia menolak sama sekali untuk mandeg. Seorang yang dinamis, dalam karakternya yang selalu ingin tahu, MENDENGAR perkataan orang-orang yang lebih pintar, bijaksana, dan lebih tua pengalamannya dari dirinya sendiri. Sehingga ia bisa menarik pelajaran dari mereka. Ia juga mendengar ucapan orang yang suka berkhayal, pedagang ulung, orang uang pemarah, orang yang merasa kesepian dan sebagainya. Ia mendengarkan ucapan kerabat-kerabatnya, sahabat, dan orang-orang disekitarnya. Sebab seperti filosofi, Mereka juga punya kisah sendiri yang dikemukakan.

2. Bersikap Independen
Seseorang yang dinamis bersifat independen. Namun bukanlah seorang yang bertindak ngawur atau tidak masuk akal. Ia menghormati buah pikiran orang lain. Tetapi ia menjalankan tugasnya tanpa bergantung dengan orang lain. Ia menyadari jika ia terlampau menggantungkan nasibnya pada orang lain, maka hanya sedikit yang bisa ia capai dalam hidup ini.

3. Memiliki Daya Cipta Yang Kuat
Seseorang yang dinamis biasanya terangsang apabila berhadapan dengan sesuatu yang baru. Ia sangat antusias terhadap segala sesuatu yang baru dan ingin ia dekati . Ia tidak mau menolak sebuah gagasan begitu saja. Ia bersedia merasakan, memikirkan dan menjalani gagasan itu jika dirasakan tepat dan berguna. Dalam hal-hal yang penting seringkali, ia menelurkan ide-ide yang luar biasa dan sesuai kebutuhan orang banyak. Bahkan ia bisa mananggulangi berbagai permasalahan yang mengintarinya dengan pembiayaan hemat dan metode yang praktis.
 

4. Mendahulukan Yang Lebih Penting
Seseorang yang dinamis menyadari bahwa ia tidak bisa menjalankan seluruh pekerjaan secara serentak bersama-sama. Oleh sebab itu ia menyusun rencana bagi dirinya sendiri dengan memberikan prioritas pada hal-hal yang lebih urgen dan penting terlebih dahulu. Ia tidakBOLEH dikalahkan oleh waktu. Akan tetapi waktu itu justru harus ia taklukkan demi kepentingan pekerjaannya. Mungkin ini sebabnya, manusia dinamis sangat menghargai waktu dan bisa memanfaatkan waktu.

5. Dedikasi Yang Besar
Seseorang yang dinamis menyukai dan menekuni pekerjaannya dengan sungguh-sungguh. Ia menyenangi seluruh bidang kehidupannya. Ia menyukai lingkungan tempatnya berada. Ia selalu bersungguh-sungguh menggunakan sejumlah besar waktu, tenaga dan sumber perlengkapan lain untuk memberikan yang terbaik pada tugasnya. Seorang yang dinamis selalu berusaha menjadi yang terbaik di bidangnya.


6. Tahan Uji
Seseorang yang dinamis tidak akan menyerah sebelum kemampuannya berakhir. Ia akan terus berupaya dan berusaha sekuat tenaga mencapai cita-citanya. Meski ia harus berhadapan dengan tembok besar tantangan dan hambatan. Ia mampu merobohkan tembok besar itu. Dalam perjalanannya pasti ia akan menemui cemoohan orang-orang yang iri kepadanya. Tetapi ia menanggapi dengan tenang dan tidak putus asa.

A.    Siswa yang Dinamis

Seseorang yang memiliki semangat tinggi, penuh energi, selalu bergairah untuk mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik dan memiliki kekuatan jiwa dan kemauan untuk menghadapi tantangan kesulitan yang dihadapi disebut sebagai pribadi yang dinamis. Pribadi dinamis adalah pribadi yang aktif yang selalu memiliki rasa optimisme yang tinggi di dalam mencapai apa yang dicita-citakan.

Begitu juga seorang siswa yang dinamis tidak pernah merasa lelah untuk berbuat, baik perbuatan itu memiliki manfaat pada dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Karena mereka tahu bahwa suatu perbuatan yang berdampak positif pada orang lain pada dasarnya juga bermanfaat buat diri sendiri (QS Al Isra’ 17:7).

 “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai”

Setidaknya empat kriteria berikut dapat dibuat sebagai standar apakah seorang siswa termasuk siswa yang bertipe dinamis atau loyo:

1)      berakhlak mulia (QS Al Ahzab :21)


لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
 “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.

Kemudian dalam surat Al Qalam :4)


وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
 “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”


Memiliki energi dan ketangkasan tinggi bukan berarti tidak berakhlak. Jujur dan berani tapi hormat terhadap yang tua, menyayangi yang muda, santun dalam berkata-kata dan berperilaku, serta memakai etika agama dan sosial sebagai standar dalam melangkah merupakan ciri-ciri umum dari akhlak yang mulia. Ini mungkin yang membedakan antara siswa dinamis dengan pribadi dinamis yang non- siswa.
2)       Inovatif. Seorang siswa dinamis selalu ingin melakukan inovasi. Kebaikan itu banyak ragamnya. Dan jalan menuju kebaikan tersebut lebih banyak lagi ragamnya. Oleh karena itu, ia selalu ingin mencoba mencari jalan baru (inovasi) yang mungkin lebih efektif dan lebih efisien menuju suatu tujuan bersama. Mencoba cara baru tidak otomatis akan berhasil, namun demikian dalam kemauan dan keberanian untuk mencoba itu sendiri sudah merupakan suatu keberhasilan.
3)       Inisiatif. Inilah salah satu ciri khas seorang siswa dinamis yang berjiwa pemimpin. Seorang siswa tidak akan bisa menjadi calon pemimpin yang baik apabila setiap tindak-tanduknya selalu menunggu komando. Ibarat anak ayam yang selalu menunggu suapan dari induknya. Keberanian untuk mengambil inisiatif diperlukan terutama ketika ia dipercaya untuk memegang suatu amanah kepemimpinan. Keberhasilan suatu organisasi, baik besar maupun kecil, sangat tergantung antara lain pada seberapa besar inisiatif dari setiap pimpinannya baik pimpinan level atas maupun yang level bawah sesuai dengan kekuasaan dan otoritas yang diberikan padanya.
4)      Ikhlas. Walaupun sikap ikhlas sudah masuk pada kategori akhak mulia (poin pertama), namun perlu ada penekanan di sini mengingat sangat pentingnya hal ini dimiliki oleh setiap individu santri yang dinamis terutama di saat-saat di mana keikhlasan sangat diperlukan. Di samping karena perintah Allah
(QS Al A’raf 7:29 )
قُلْ أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ ۖ وَأَقِيمُوا وُجُوهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ ۚ كَمَا بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ
Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". Dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepada-Nya)".
 juga sebagai cara untuk memotivasi diri. Sebagai contoh, saat apa yang dilakukannya tidak mendapat apresiasi yang layak baik secara moril maupun materil.

Empat kriteria di atas apabila dimiliki oleh seorang santri akan menjadikanmahasiswa yang bersangkutan sebagai figur yang tidak hanya dikagumi dan diteladani karena akhlaknya yang mulia, tapi juga sebagai figur yang akan membuat langkah-langkah yang memiliki manfaat besar besar bagi lingkungan sekitarnya. Inisiatif dan langkah inovatifnya akan menjadi terobosan baru untuk mencapai kemaslahatan dan kesejahteraan umat yang lebih luas.




B.     Hikmah dinamis

(1)   Menjadikan kehidupan stabil
(2)   Meningkatkan kesejahteraan hidup individu dan social
(3)   Menjunjung nilai – nilai kemanusiaan
(4)   Menghindari diri dan masyarakat dari sifat stagnan atau statis
(5)   Terlaksannya nilai- nilai agama islam
(6)   Mempercepat proses menuju kemajuan individu dan mayarakat



A.         Inovatif

               Pembelajaran inovatif merupakan suatu pemaknaan terhadap proses pembelajaran yang bersifat komprehensif yang berkaitan dengan berbagai teori pebelajaran modern yang berlandaskan pada inovasi pembelajaran. Seperti teori belajar konstruktifis dan teori lainnya.
                Dari segi definisinya, Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Sudah barang tentu perbedaan ini mengarah pada proses dan hasil yang lebih baik ari sebelumya. Proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan cenderung mengarah pada penguasaan hafalan konsep dan teori yang bersifat abstrak. Pebelajaran yang semacam ini akan membuat anak kurang tertarik dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang berakibat pada rendahnya hasil pembelajaran serta ketidak bermaknaan pengetahuan yang diperoleh oleh siswa. Di samping itu, pengetahuan yang dipelajari siswa seolah-olah terpisah dari permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi oleh siswa.
                Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang bepusat pada siswa. Proses pembelajaran dirancang, disususun, dan dikondisiskan untuk siswa agar belajar. Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, pemahaman konteks siswa menjadi bagian yang sangat penting, karena dari sinilah seluruh perancangan proses pembelajaran dimulai. Hubungan antara guru dan siswa menjadi hubungan yang saling belajar dan saling membangun. Otonomi siswa dan subyek pendidikan menjadi titik acuan seluruh perencanaan dan proses pembelajaran, dengan mengacu pada pembelajaran aktif dan inovatif.

A)    Karakteristik Pembelajaran Inovatif
               Model pembelajaran inovatif memiliki karakteristik yang khas, di antaranya guru memiliki keinginan untuk melakukan perubahan, pemahaman dan keterampilan untuk mencapai tujuan, memahami benar apa faktor-faktor penunjang, menggunakan strategi atau metode melaksanakan perubahan, dan mengevaluasi ketercapain tujuan yang ditetapkan dalam perencanaan, karakteristik tersebut meliputi :
·         Keunggulan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dapat memberikan manfaat atau keuntungan, bagi penerimanya, yang dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, prestise sosial, kenyamanan, kepuasaan dan lainnya
·         Konfirmanilitas/Kompatibel (Compatibility), ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (value), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima.
·         Kompleksitas (complexity), ialah tingkat kesukaran atau kerumitan untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima.
·         Trialabilitas (Trialability), ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima.
·         Dapat diamati (Observability) ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat. Adapun beberapa kemampuan bidang yang dapat diamati, diantaranya : manajemen pendidikan, metodologi pengajaran, media pembelajaran, sumber belajar, pelatihan guru, implementasi kurikulum,dll.







B)    Model-model Pembelajaran Inovatif
1.      Model Examples Non Examples
Contoh dapat dari Kasus/Gambar yang Relevan dengan Kompetensi Dasar.
Langkah-langkah :
o   Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
o   Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/In Focus
o   Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar
o   Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
o   Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
o   Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
o   Kesimpulan.

2.      Picture And Picture
Langkah-langkah :
o   Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
o   Menyajikan materi sebagai pengantar
o   Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
o   Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
o   Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
o   Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
o   Kesimpulan/rangkuman.

3.      Numbered Heads Together
Langkah-langkah :
o   Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
o   Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
o   Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
o   Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
o   Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
o   Kesimpulan.

4.      Cooperative Script
Metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah :
o   Guru membagi siswa untuk berpasangan
o   Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
o   Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
o   Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar :
a)      Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
b)      Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
o   Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya
o   Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru
o   Penutup.

5.      Kepala Bernomor Struktur
Langkah-langkah :
o   Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
o   Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai. Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
o   Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
o   Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain

6.      Student Teams-Achievement Divisions (Stad)/Tim Siswa Kelompok Prestasi (Slavin, 1995)
Langkah-langkah :
o   Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
o   Guru menyajikan pelajaran
o   Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
o   Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
o   Memberi evaluasi
o   Kesimpulan.

7.      Jigsaw (Model Tim Ahli)/(Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978)
Langkah-langkah :
o   Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim
o   Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
o   Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
o   Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
o   Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
o   Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
o   Guru memberi evaluasi
o   Penutup.

8.      Problem Based Instruction (PBI)/(Pembelajaran Berdasarkan Masalah)
Langkah-langkah :
o   Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. *Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
o   Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
o   Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
o   Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
o   Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

9.      Artikulasi
Langkah-langkah :
o   Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
o   Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
o   Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
o   Suruhlan seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya
o   Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya
o   Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
o   Kesimpulan/penutup.

10.   Mind Mapping
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban
Langkah-langkah :
o   Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
o   Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
o   Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
o   Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
o   Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
o   Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.

11.  Make – A Match (Mencari Pasangan) (Lorna Curran, 1994)
Langkah-langkah :
o   Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
o   Setiap siswa mendapat satu buah kartu
o   Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
o   Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
o   Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
o   Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
o   Demikian seterusnya
o   Kesimpulan/penutup


12.  Think Pair And Share (Frank Lyman, 1985)
Langkah-langkah :
o   Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
o   Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
o   Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
o   Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
o   Berawal dari kegiatan tersebutmengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diuangkapkan para siswa
o   Guru memberi kesimpulan
o   Penutup

13.  Debat
Langkah-langkah :
o   Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yg lainnya kontra
o   Guru memberikan tugas untuk membaca materiyang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
o   Setelah selesai membaca materi. Guru menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
o   Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
o   Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
o   Dari data-data di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada topik yang diinginkan.


C)    Pentingnya Pembelajaran Inovatif
                Daya kreativitas dan inovasi secara alamiah telah dimiliki oleh setiap orang. Namun tumbuh dan berkembangnya pada setiap orang ini akan berbeda tergantung dari kesempatan masing-masing untuk mengembangkannya. Pengembangan atau tumbuhnya dengan subur kreativitas dan inovasi pada setiap orang atau sehubungan dengan pekerjaan guru adalah dengan adanya latihan yang berkesinambungan. Latihan ini harus dibarengi pula dengan penanaman sikap dan nilai yang luhur, yaitu sikap seorang ilmuwan dan nilai yang berlandaskan pada IMTAQ.
                Inovasi pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan mesti dilakukan oleh guru. Dengan adanya inovasi pembelajaran maka kita sebagai calon guru sebaiknya dapat belajar menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menggairahkan, dinamis, penuh semangat, dan penuh tantangan. Suasana pembelajaran seperti itu dapat mempermudah peserta didik dalam memperoleh ilmu dan guru juga dapat menanamkan nilai-nilai luhur yang hakiki pada peserta didik untuk menuju tercapainya tujuan pembelajaran.



BABIII
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Mujahadah an-Nafs berasal dari bahasa Arab yang terdiri atas dua kata, yakni mujahadah yang artinya kesungguhan dalam mengendalikan sesuatu dan an-Nafs yang artinya diri pribadi. Jadi, mujahadah an-Nafs adalah kesungguhan dalam mengendalikan diri pribadi atau sikap kontrol diri.
Sikap kontrol diri atau mujahadah an-Nafs adalah satu sikap yang diajarkan Islam agar manusia mampu menjadi pribadi yang tidak selalu mengedepankan hawa nafsu dan emosinya dalam menjalani kehidupan
Musabaqah fil khoiroh ( upaya dalam menuju kebaikan ), dalam memulai sebuah kebaikan memang terkadang ada saja yang membuat perasaan untuk menunda-nunda. Tapi bukan berarti kita tidak bisa memaksa untuk mecoba dan terus mencoba untuk selalu berbuat kebaikan. Semua itu memang harus dilakukan sedikit demi sedikit dan sering dilakukan agar kita terbiasa nantinya.
Etos kerja merupakan semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Kerja dalam arti pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi, intelektual dan fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan maupun keakhiratan.
Prinsip dasar etos kerja dalam islam :
1.      Bekerja secara halal (thalaba ad-dunya halalan) baik dari jenis pekerjaan maupun cara menjalankannya.
2.      Bekerja agar tidak menjadi beban hidup orang lain (ta’affufan an al-mas’alah). Sebagai orang beriman dilarang menjadi beban hidup orang lain (benalu).
3.      Bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga (sa’yan ala iyalihi). Karena memenuhi kebutuhan keluarga hukumnya fardlu ain, tidak dapat diwakilkan, dan melaksanakannya juga termasuk dalam jihad.
4.      Bekerja guna meringankan beban hidup tetangga (ta’aththufan ala jarihi). Islam mendorong kerja keras untuk kebutuhan diri dan keluarga, tetapi Islam melarang kaum beriman bersikap egois.
Dinamis berasal dari kata dynamic artinya : bergerak. Dalam istilah Al-quran dinamis itu identik dengan AL-INSAN yang artinya manusia yang diambil dari kataunasun artinya jinak dan harmonis atau dari kata nasiya artinya lupa,atau daeri kata na’sun artinya pergerakan atau dinamis.
Beberapa sifat yang dimiliki orang yang dinamis adalah :
1. Bersungguh-sungguh, sehingga cepat dalam berpikir dan bertindak
2. Tidak mau berdiam terlalu lama di suatu persoalan
3. Cepat beradaptasi terhadap suatu kondisi dan perubahan
Model pembelajaran inovatif memiliki karakteristik yang khas, di antaranya guru memiliki keinginan untuk melakukan perubahan, pemahaman dan keterampilan untuk mencapai tujuan, memahami benar apa faktor-faktor penunjang, menggunakan strategi atau metode melaksanakan perubahan, dan mengevaluasi ketercapain tujuan yang ditetapkan dalam perencanaan.Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Inovasi pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan harus dimiliki atau dilakukan oleh guru. Hal ini disebabkan karena pembelajaran akan lebih hidup dan bermakna. Kemauan guru untuk mencoba menemukan, menggali dan mencari berbagai terobosan, pendekatan, metode dan strategi pembelajaran merupakan salah satu penunjang akan munculnya berbagai inovasi-inovasi baru.

B.      Saran
Bagi para pembaca janganlah ragu untuk berbuat baik. Seseorang yang suka berbuat baik pasti akan mendapatkan balasan yang baik pula. Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kesalahan maupun dari segi materi dan dari segi makalah, penulis harapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian.
Semoga bermanfaat untuk para pembaca dan akhirnya kami dari kelompok I (Satu) mengucapkan terimakasih kepada Bapak guru, dan kawan-kawan dari kelompok I (Satu) yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

http://devidportofolio.blogspot.com/2008/11/ model-model-pembelajaran.html\



Ahmad Al-Buny,Djamal Uddin.(2001).Ahlaqus sufiyah,pustaka Hikmah perdana.

Djamarah Syaiful Bahri, Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Edukasi Kompasiana. 2011. Pentingnya Inovasi Dalam Pembelajaran. Diunduh darihttp://edukasi.kompasiana.com/2011/09/24/pentingnya-inovasidalam-pembelajaran-

396045.html pada tanggal 26 Juni 2013


http://mambaululumklaten.com/hadist-kebersihan

http://andreanperdana.blogspot.com/2013/02/apa-sih-pentingnya-inovasi-pembelajaran.html pada tanggal 26 Juni 2013

Sumantri Mulyani, Johar Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV. Maulana

file.upi.edu/…/INOVASI_PENDIDIKAN/Inovasi_Pendidikan.pdf

Gatot H. Pramobo,  Membiasakan berbuat baik,  Juni 2008

 Alqur’an